Bukan Cadarku yang Radikal tapi Pikiranmu yang Radikal


Masihkah ada yang menawan
Di negeri tanpa perawan
Setelah dilalap tuan-tuan rupawan
Yang memangkas harapan perempuan
Dari lahannya di penghujung zaman

Inilah aku perempuan yang naas
Di teras sembilu yang ganas
Telah kusikat sekat dalam sakit
Menanti khalifah sang petuah

Jubahku menjadi resah
Saat kerudung dirundung salah
Aku pecah ditengah gibah
Bincang orang seperti lintah
Merontah pada rintih
Yang bahkan tak tersentuh

Inilah aku perempuan yang terasingkan
Yang mahir menjuntai khimar
Berjalan semampai tak melambai
Meski tasbihku tertindas
Pekikku tegas dan tandas
“Aku bukan teroris”
Aku hanya haus di taman surga yang tandus

Inilah aku perempuan berjubah hitam
Rapat tak berjarak pada kain
Yang menghijab gelap syahwat
Akulah perempuan bercadar sutera

(Penggalan puisi dari saudariku Nurfadjri Hasbudi)
-----------------

Diriwayatkan dari Usamah Bin Zaid. Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam Bersabda : "Aku tidak meninggalkan satu fitnah pun yang lebih membahayakan para lelaki selain fitnah wanita." HR.Bukhari : 5096 dan Muslim 2740

Mengapa Bercadar?
Apa kau tidak takut nanti tidak mendapatkan pekerjaan karena pakaianmu itu?

Mengapa bercadar?
Apakah akhlakmu sudah baik, lebih baik perbaiki akhlak dulu.

Mengapa Bercadar?
Bagaimana laki-laki akan melihat wajahmu. Apa kau tidak takut bila nanti tak ada laki-laki yang akan menikahimu.

Mengapa Bercadar?
Tidak perlu terlalu fanatik, bukankah aurat wanita kecuali wajah dan telapak tangan.

Mengapa Bercadar?
Bagaimana orang-orang bisa melihat raut wajahmu. Apakah marah atau sedang tersenyum.

Mengapa Bercadar?
Sudah seberapa tinggi pengetahuan agamamu , bacaan al-quranmu, hafalanmu. Kalau baru awam lebih baik tidak usah bercadar.

Mengapa dan Mengapa lainnya.

Diluar sana telah banyak perempuan bercadar yang memiliki kehidupan lebih baik setelah memutuskan untuk berhijrah, bahkan memutuskan untuk mengenakan cadar. Pekerjaan yang layak dan pendamping yang menerima mereka serta meletakkan cintanya atas dasar bersama dalam taat.

Bukankah Allah telah mengatur semuanya dengan sedemikian rupa. Baik jodoh, rejeki, bahkan ajal.

Meskipun kita bukanlah keturunan dari ustadz atau pun ustadzah, tetaplah memperbaiki diri menjadi baik.

Dalam setiap perubahan, kita akan selalu dihadapkan dalam pilihan-pilihan sulit. Namun ketika kita meletakkan pilihan itu kepada Allah maka Allah akan pilihkan yang terbaik, yang baik-baik.

Menjawab pertanyaan-pertanyaan mengapa bercadar ? Tanggapilah dengan kepala dingin, dengan senyuman, dengan prasangka baik.
Jadikan setiap perkataan yang memungkinkan hati menjadi panas, atau bersedih menjadi kekuatan untuk terus memperbaiki diri.
Bukan untuk mundur dan tidak istiqomah.

"Nilaiku sebagai wanita tidak diukur dari lingkar pinggang dan jumlah pria yang menyukaiku. Nilaiku sebagai manusia diukur dengan derajat yang lebih tinggi : kebijakan dan kesalehan. Tujuan hidupku, tidak peduli apapun yang dikatakan majalah wanita, adalah sesuatu yang lebih mulia dari sekedar tampil cantik di depan pria."

Cadar Tidak Akan Mencuri Cantikmu
Justru cadar disyariatkan untuk menutupi yang karenanya sebagian ulama mewajibkan memakai cadar. Meskipun aurat perempuan terkecuali muka dan telapak tangan.

Adapun kecantikan, harta, tahta dan garis keturunan adalah perkara yang akan sirna dan akan hilang bekasnya.

Al Iman Ibnul Qoyyim Al Jauziyah rahimahullah berkata : Suatu hari aku masuk menemui salah seorang teman kami disaat ia mengalami suatu rasa suka cita yang membuatnya menangis.
Aku pun bertanya kepadanya tentang hal itu,
Ia pun menjawab : "Aku teringat karunia Allah kepadaku berupa : Sunnah dan mengenalinya dan aku terbebas dari syubhat kaum dan kebatilan kaidah-kaidah mereka. Serta aku (dikaruniai) bisa menyepakati akal yang benderang dan fitrah yang lurus dari apa yang dibawa Rasulullah. Maka mengingat hal itu menjadikanku bahagia sehingga membuatku menangis." Tangisan bahagia di atas Sunnah.

Ingatlah masa keresahan dan kegelapan sebelum mengenal sunnah dan bandingkan nikmat kedamaian setelah mengenalnya. Dan tidaklah mungkin engkau bisa berpegang pada Sunnah kecuali apabila engkau mengenalinya.

Sungguh, jika engkau telah mengenalnya. Maka hanya nikmat yang akan dirasakan.

Betapa banyak fitnah bagi laki-laki saat ini, termasuk fitnah perempuan. Dan betapa banyak penghuni neraka ialah perempuan.

"Sesungguhnya dunia ini begitu manis nan hijau. Dan Allah mempercayakan kalian untuk mengurusinya, Allah ingin melihat bagaimana perbuatan kalian. Karenanya jauhilah fitnah dunia dan jauhilah fitnah wanita, sebab sungguh fitnah pertama kali di kalangan bani israil adalah masalah wanita." (H.R Muslim : 2742)

Asy Syaikh Shalih bin Fauzan al Fauzan Hafizhahullah berkata "Fitnah-fitnah ini layaknya banjir bandang, tidak ada yang bisa selamat darinya melainkan dengan berpegang pada sunnah."

Mengapa Bercadar ?
Karena Iman itu manis, Ujiannya itu manis, dan Sunnah itu manis.

Jika kau tak percaya, cobalah. Maka kau akan merasakan nikmatnya.

Syaikh bin Baz rahimahullah berkata,"Engkau sangat butuh kepada hidayah Allah sekalipun engkau orang yang paling berilmu dan paling bertaqwa. Engkau tetap membutuhkan hidayah sampai engkau mati."

Untuk tegar di atas sunnah itu perlu kekuatan yang bersumber dari rasa ikhlas dan niat yang lillah. Seperti batu karang yang harus tetap kuat dengan kuatnya hempasan ombak. Bahkan ujian itu kadang lebih kuat dari hempasan ombak dan kita pun haruslah lebih kuat dari batu karang.

Maka salut bagi perempuan yang tetap teguh meski dipaksa terjatuh, yang tetap bertahan meski ditinggalkan, yang lebih peduli akan kecemburuan Allah dibanding cemohan manusia.

Mengutip perkataan Bilal setelah ketahuan imannya oleh Umayyah : “Ya, Umayyah. Jika saya diuji dan disiksa karena keimanan saya itu berarti Allah ingin melihat kesabaran saya. Maka engkau akan melihat sabar saya lebih kuat dari sabarnya orang arab, saya akan lebih sabar dari laki-laki arab dan akan lebih kuat dari gunung uhud." Sungguh indah perkataan Bilal

Mengapa bercadar ?
Karena Islam dan Sunnah tidak ditempuh dengan cara yang mudah.

Dan kita pun belajar, alangkah nikmatnya iman.

Semoga tetap istiqomah!
Doakan saya istiqomah!

Ukhtukum Fillah,
Dian Rahmana Putri

(Ditulis saat menjadi santri di Pesantren Alam Indonesia, Bulu Dua. Desember 2017)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita dibalik Jilbab

Faidza ‘Azamta Fatawakkal ‘Alallah

Pilihan Hidup