Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2019

Lelaki Juga Sumber Fitnah

Gambar
Perempuan selalu dipersepsikan sebagai makhluk Tuhan yang paling menarik, memikat, menggoda, mengganggu ketenangan. Dalam teks-teks keagamaan "Perempuan adalah sumber fitnah" hadits Nabi yang shahih menyebutkan; ma taraktu ba'di fitnah adharra 'ala al-rijal min An-Nisa (Aku tidak mewariskan fitnah yang lebih merugikan/membahayakan kecuali perempuan) . Kata 'fitnah' dalam bahasa Arab, bukan dalam terminologi Indonesia, secara literal (bahasa) dan generik (asal kata) berarti cobaan dan ujian. Sebagai suatu cobaan atau ujian, fitnah bisa mengenai siapa saja; orang beriman maupun tidak beriman . Tafsir lain atas hadits di atas adalah bahwa hadits tersebut ingin menggugah kesadaran kaum laki-laki agar berhati-hati dan menjaga dirinya dengan 'menundukkan pandangan matanya ketika melihat perempuan.' Menundukkan mata artinya mengendalikan matanya agar tidak liar dan melotot. Menjaga diri adalah menghormati martabat diri dengan tidak mengganggu atau mele

Merdeka Dari Belenggu Jahiliyyah

Gambar
Nikmat Allah teragung (menjadi Muslim dan Mukmin) telah kita syukuri semayamnya dalam diri. Tetapi sejarah juga mengajari kita, betapa pun pernah dalam kebenaran, di lintasan sejarah, pengikut Musa dan Isa terbelenggu, konsep ketuhanannya kacau centang-perenang melewati berbagai konsili tandingan. Kemerdekaan menuntut sebuah proklamasi bahwa kita telah melepaskan diri dari semua intervensi, tekanan, dan kekangan oleh semua bentuk jahiliyah dan musuh fitrah. Ibrahim Khalilur Rahman bersama kumpulannya memberi contoh tentang bagaimana sebuah proklamasi untuk berlepas diri dari belenggu jahiliyah dibangun dengan gagah dan kokoh. Begitulah sejarah memberi kisah, bahwa proklamasi ini menuntut totalitas, tak peduli berapa pun jumlah. Ibrahim dan masyarakat bertauhidnya hanya minoritas di tengah peradaban paganis Namrud yang ingin menggilas. Tetapi mereka penuh kehormatan dengan kalimat tegas. Para pemuda Ashhabul Kahfi pun menjadi gambaran lain, bahwa proklamasi ini tidak mengikat merek

Afwan, Saya Mundur

Gambar
"Saya tidak mau bergabung, karena para kader atau ikhwa belum siap untuk dipimpin!" . "Jika seorang kader sudah memiliki kesiapan untuk dipimpin, barulah mereka akan siap untuk masuk bekerja secara tandzhim" . "Kenapa selama ini, banyak agenda yang tidak optimal pelaksanaannya? Yah, karena orang yang dipimpin tidak punya integritas sebagai seorang bawahan. Banyak membangkang dan tidak siap meluangkan waktunya, apalagi terkadang mereka membantah pemimpin mereka" . "Ah, organisasi keagamaan. Banyak anggotanya tapi tidak satupun yang memberikan teladan. Ikut organisasi keagamaan tapi masih pacaran, masih ini...masih itu... percuma" . Ungkapan di atas, mungkin kita pernah dengar dalam jama'ah. Pernyataan untuk tidak mau bergabung dengan alasan jamaah dakwah yang belum terbentuk iklim kerja yang baik. . Aduhai, bukankah komitmen yang dibangun dalam amal jama'i dakwah adalah komitmen agama? Komitmen yang tidak terbayar materi. Honor