Afwan, Saya Mundur



"Saya tidak mau bergabung, karena para kader atau ikhwa belum siap untuk dipimpin!"
.
"Jika seorang kader sudah memiliki kesiapan untuk dipimpin, barulah mereka akan siap untuk masuk bekerja secara tandzhim"
.
"Kenapa selama ini, banyak agenda yang tidak optimal pelaksanaannya? Yah, karena orang yang dipimpin tidak punya integritas sebagai seorang bawahan. Banyak membangkang dan tidak siap meluangkan waktunya, apalagi terkadang mereka membantah pemimpin mereka"
.
"Ah, organisasi keagamaan. Banyak anggotanya tapi tidak satupun yang memberikan teladan. Ikut organisasi keagamaan tapi masih pacaran, masih ini...masih itu... percuma"
.
Ungkapan di atas, mungkin kita pernah dengar dalam jama'ah. Pernyataan untuk tidak mau bergabung dengan alasan jamaah dakwah yang belum terbentuk iklim kerja yang baik.
.
Aduhai, bukankah komitmen yang dibangun dalam amal jama'i dakwah adalah komitmen agama? Komitmen yang tidak terbayar materi. Honornya adalah honor dari Allah. Lembaga Dakwah berbeda dengan perusahaan dagang atau kerja kantoran yang melibatkan iming-iming materi. Dakwah hanya bisa dijalankan oleh orang yang punya keyakinan yang mantap dalam hati tentang janji-janji Allah terhadap syurga-Nya, serta balasan bagi yang menolong agama-Nya. Maka tentu persoalan komitmen memang senantiasa harus untuk dibangun dan disegarkan. Karena manusia cenderung mengikuti keinginan mereka untuk bersenang-senang. Mereka cenderung akan mencari yang mudah-mudah. Tidak menyukai hal-hal berat dan sulit-sulit. Itulah dasar manusia. Dengan realitas demikian, tugas seorang pemimpin adalah mengarahkan para anggotanya untuk fokus pada satu tujuan mereka dalam meraih kebahagiaan dunia dan akhirat.
.
Apalagi di zaman sekarang fitnah dunia begitu kuat. Maka dalam perjuangan, memang demikian adanya. Terkadang para kader harus dilowongkan waktu untuk mengawal niat mereka. Tugas pemimpin adalah membuat mereka bekerja untuk agama sama dengan bekerja untuk persoalan dunia. Mereka berkorban tanpa iming-iming harta, dan materi tapi iming-iming balasan jannah. Dan tentu itu bukan permasalahan ringan.
.
Jika semua orang berpikir seseorang tidak mau mengambil peran dakwah dengan alasan di atas, maka dakwah tidak akan berjalan. Mari kita bertanya, siapa yang akan menjalankan dakwah, kalau semua berpikir seperti itu? Toh, mungkin dengan realitas seperti itu, demikian banyak manusia mendapat hidayah. Dan itulah yang para pejuang impian.
.
Kerja dakwah bukan dilakukan jika kondisi sudah ideal. Tapi pejuang dakwah adalah mereka yang berjuang dalam kondisi yang sulit. Bukan dalam kemudahan. Tugas kita adalah membangun sistem yang efektif, bukan menunggu sistem menjadi baik, baru mau bergabung. Tugas kita adalah menciptakan iklim di mana para kader siap untuk dipimpin. Karena itu, tugas seorang ketua bukan soal mudah. Selain dibebankan amanah program kerja, ia juga harus mampu mengendalikan anggotanya.
.
Seorang pemimpin ketika masuk dalam konteks jama'ah, maka ia bertugas untuk membuat orang-orang yang berada di bawahnya untuk siap dipimpin. Bagaimana mungkin kita menanti manusia siap dipimpin kalau kita tidak pernah mengajar mereka untuk siap dipimpin. Kita hanya menunggu mereka untuk siap diamanahi, tanpa pernah kita diajari bagaimana pentingnya amanah.
.
Karena itu, inti persoalannya ada pada pemimpin. Jika orang yang diamanahi punya integritas, maka ia akan memandang bahwa tugasnya berat karena harus mampu mengarahkan manusia.
.
~API TARBIYAH

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita dibalik Jilbab

Faidza ‘Azamta Fatawakkal ‘Alallah

Pilihan Hidup