Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2023

Mengejar Dunia

Gambar
    Dunia, takkan pernah selesai menampakkan kemilau nya. Membuat manusia saling bersikut mengejar-ngejar tiap kemewahan yang ditawarkan olehnya.   Jika imannya lemah, barangkali tergadai lah.  Tetapi jika imannya kuat, ia takkan pernah menggadaikan idealisme sebagai seorang muslim.  Tetapi, iman itu naik turun. Kadang begitu taat, lalu beberapa detik menit kemudian bermaksiat. Dunia ini, fana... tetapi manusia tetaplah berlomba mengejarnya.  Ada yang dibutakan karenanya,  Ada pula yang berusaha berpaling darinya.  Dunia ini, tempatnya lelah. Tempatnya air mata. Tempat persinggahan sejenak.  Jadi mauka wahai diri untuk bersabar sebentar lagi?  Sembari mengumpulkan bekal, meninggalkan dunia yang kelak akan sirna.  Hingga nanti, menuju kampung yang takkan lagi ada air mata.  Semoga Allah kumpulkan kita di surga-Nya. 

Berbenah Kembali Menuju-Nya

Gambar
  Kita kembali mengulang hari dengan keadaan yang tak pernah sama. Sedih, tawa, suka, duka, pilu, bahagia dan berbagai keadaan lain yang senantiasa hadir menyapa hari.  Adakah di setiap hadirnya tercipta kelapangan dalam segala keadaan? Bahwa kita hanyalah hamba yang sedang dipergilirkan menjalani setiap situasi pun di masa-masa sulit.  Bahwa manusiawi merasa ingin menyerah, bahkan bergantung pada manusia tak kan pernah menjanjikan bahagia. Baik buruknya; akan selalu ada manusia yang bertolak arah.  Karenanya, hanya Allah sebaik-baik tempat untuk kembali setelah perjalanan panjang yang berlumuran dosa; melupakan Allah disaat bahagia dan kembali hanya saat keadaan sulit saja.  Masih ada waktu berbenah, menumpahkan segala doa dan tangis dalam lirih taubat. Menginsyafi segala salah sebelum usia usai pada waktunya.  Sebab kita hanyalah manusia, yang tanpa daya dan upaya melainkan atas pertolongan dari-Nya. 

Cemburu Terbit di Ufuk Cinta

Gambar
  Seringkali, yang paling mencintai kita tak menjadi yang paling kita cintai. Dan mungkin pernah, yang paling kita cintai membuat hati kita bagai dirajam duri.  Diantara semua gairah dalam cinta, kecemburuan mungkin sosok yang paling unik. Ia bagai api; membuat beku saat tiada, menghangatkan ketika tepat ukurannya, dan membakar saat meraksasa. Mari kita berterima kasih pada rasa cemburu. Karena dengannya kita menjadi manusiawi atau tak menuntut kekasih yang kita cintai menjadi malaikat. Cemburu mengajari kita bahwa salihah tak berarti tak bisa marah. Aisyah radhiyallahu anha misalnya. Karena cemburu ia pernah berkata kepada suaminya, "engkau ini hanya mengaku mengaku sebagai nabi!" Bukan karena ia ragu tentang kenabian suaminya.  Hanya karena ia sedang cemburu dan cemburu sedang mengajarinya sebuah perasaan, "jika engkau memang seorang nabi, saat ini aku sedang tak merasakan keadilanmu. Bukan karena engkau tak adil. Ini hanya perasaanku saja." Atau pernahkah engkau

Jalan yang Memutar

Gambar
  Hidup ini tidak selamanya tentang salah dan benar. Kalau kita berhasil melewati suatu masalah, bukan berarti mereka yang gagal adalah orang-orang yang salah. Bisa jadi mereka memang sedang dilatih ketahanan dan ditempa untuk menjadi pribadi yang mereka butuhkan kelak kemudian hari.   Misalnya, kita berhasil melewati fase kuliah dengan tepat waktu, baik, dan langsung mendapatkan peluang untuk masuk fase berikutnya. Sementara itu ada orang-orang yang butuh waktu lebih lama untuk lulus, tidak kunjung paham dengan materi kuliah, tidak mudah untuk masuk fase kerja, dan sebagainya,  bukan berarti kita adalah orang berhasil Dan mereka adalah orang yang gagal. Tidak juga kita boleh merasa telah menjadi orang yang benar dan memaksa orang lain untuk menempuh jalan yang sama dengan kita. Apa sulitnya menyebut dan mengakui bahwa kita adalah orang yang tumbuh dengan privilege?   Kemarin, kita mungkin asyik bercerita tentang betapa kerasnya hidup kita, asal kita yang dari desa terpencil, dan segal

Tanah Gersang

Gambar
  Dalam hubungan-hubungan yang kita jalin di kehidupan, setiap orang adalah guru bagi kita.  Ya,setiap orang. Siapapun mereka. Yang baik, juga yang jahat. Betapapun yang mereka berikan pada kita selama ini hanyalah luka, rasa sakit, kepedihan, dan aniaya, mereka tetaplah guru-guru kita. Bukan karena mereka orang-orang yang bijaksana. Melainkan karena kitalah yang sedang belajar menjadi bijaksana.  Mereka mungkin tanah gersang. Dan kitalah murid yang belajar untuk menjadi bijaksana. Kita belajar untuk menjadi embun pada paginya, awan teduh bagi siangnya, dan rembulan yang menghias malamnya.  Tetapi barangkali, kita justru adalah tanah yang paling gersang. Lebih gersang dari sawah yang kerontang. Lebih cengkar dari lahan kering di kemarau yang panjang. Lebih tandus dari padang rumput yang terbakar dan hangus. Maka bagi kita sang tanah gersang, selalu ada kesempatan menjadi murid yang bijaksana.  Seperti matahari yang tak hendak dekat-dekat bumi karena khawatir nyalanya bisa memusnahkan k

Makkah Sedalam Cinta

Gambar
  Jika kau merindu Makkah, sesekali abaikanlah bayangan tentang gedung-gedung yang menjulang gagah, juga jam raksasa yang berdetak mengabarkan kian dekatnya sa'ah. Tapi biarkan khayal itu menyusuri bukit-bukit yang kini bebatuannya pecah-pecah, yang di tengahnya dulu terjepit sebuah lembah. Di situlah semua Bermula, dalam doa di dekat bangunan tua yang tetap terjaga bersahaja. "Yaa Rabb kami, sungguh telah ku tempatkan sebagian keturunanku di lembah tak bertanaman di dekat rumah-Mu yang dihormati. Yaa Rabb kami, agar mereka mendirikan salat. Maka jadikanlah hati sebagian manusia merundukkan cinta pada mereka, Dan karuniakan pada mereka rizki dari buah-buahan. Mudah-mudahan mereka bersyukur." (Q.s. Ibrahim: 37)  Mereka yang menyejarah, memulai semuanya dengan keyakinan pada penggenggam alam semesta,  bahwa hidup prihatinnya adalah agar sandaran jiwa raganya hanya kepada Allah.  Kadang iya memang duka, tapi sedalam cinta. Bayangkanlah kecamuk perasaan seorang istri yang dit

Memaafkan

Gambar
  Seringkali, memaafkan bukanlah karena orang yang bersalah layak dimaafkan. Memaafkan itu bagi kita adalah karena kita sungguh berhak untuk dianugerahi ketentraman hati.  Maka kita teringat sebuah kisah.  Dia masih kecil Ketika Harus menyaksikan ayah dan seluruh anggota keluarganya yang suci dibantai di Padang Karbala.  Dia tumbuh sebagai yatim piatu dengan warisan luka yang dalam menyayat hati.  Tak putus-putus Derita Dan penistaan yang dilakukan orang kepadanya.  Tetapi lelaki ini, 'Ali Zainal Abidin Ibn Husain ibn Ali ibn Abi Thalib membuktikan diri sebagai keturunan sang Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam Akhir zaman yang mewarisi kemudian tak terperi.  "Tidakkah Kau hidup dengan dendam," tanya seseorang, "kepada orang-orang yang telah menimpakan nestapa pada keluargamu?" Ya, pertanyaan itu layak diajukan sebab ketika kemalangan menimpa orang-orang yang terlibat dalam peristiwa Karbala; ada yang ditimpa gangguan jiwa, ada yang berantakan keluarganya, ada yang