Bisikan Iman




Mungkin suatu saat, kita pernah merasakan hati yang sesak, amalan terasa berat, dan badan yang penat. Hari yang berat dan dipenuhi keluhan. Sepertinya dunia menjadi sempit. Kita sibuk mengutak-atik gadget, mengecek WA, membalas komentar fb, serta memandang postingan-postingan foto instagram. Jam-jam berlalu, dan matahari semakin meninggi tanpa agenda. Tanpa dzikir saat subuhnya, dan tanpa tilawah. "Allahu Akbar Allahu...Akbar!", ternyata adzan dhuhur sudah berkumandang.

Saat itu, iman kita sedang krisis. Saat itu jiwa kita tengah haus. Hati sedang dilanda dahaga. Dan iman butuh di-refresh kembali. Cara yang terbaik adalah segera 'bangkit' menggulung tikar kemalasan, dan melipat selimut yang menutupi himmah. Keluar mencari cahaya mentari, melihat gunung, memandang awan atau memanjat pohon.

Saat itu, kita sedang mencari kebeningan iman dalam sanubari, yang menyejukkan pandangan ketika melihat seseorang beribadah. Iman, yang menggetarkan jiwa, ketika mendengar adzan. Dan hati yang berubah jadi gelisah sebelum kumandang adzan dipenuhi.

Al -Imam Ibnul Qayyim ketika beliau dihinggap kemalasan dalam beramal, maka beliau mendatangi majelis gurunya, Ibnu Taimiyyah. Kata beliau, "Belum sempat saya mendengar petuah dari Ibnu Taimiyyah di majelisnya, baru melihat wajahnya, semangat saya kembali bangkit dalam beramal". Al-Imam Ahmad bin Hambal, menurut pengakuan muridnya, bahwa "Selama 40 tahun saya bersama Imam Ahmad, namun tidaklah saya mendapati Imam, kecuali ia lebih baik dari hari sebelumnya"

Bisikan iman yang kita peroleh dari majelis ilmu dan halaqah mampu menggetarkan jiwa dan menggerakkan amal. Padanya ada quwwah dan cahaya. Kecemerlangan pancaran hati sebanding dengan kekuatan iman. Redupnya iman, adalah redupnya hati. Dan redupnya hati adalah kegelapan, kebutaan dan keputusasa-an.

Sebuah karya hanya akan lahir dengan iman. Kekuatan iman akan mendorong seseorang untuk berbuat, bekerja, dan beramal. Tanpa iman, gairah akan luntur, semangat akan pudar, dan hasrat akan sirna. Hidup hanya akan dilalui dengan kemalasan, suntuk dan kehampaan. Tanpa iman, tidak akan ada arti raga yang tersemat bersama jiwa.

Iman berasa manis, meluruhkan selaput keangkuhan. Memiliki iman, hati akan hidup. Harapan akan terus terurai. Dan mimpi-mimpi indah akan segera terwujud.
Maroji' : Api Tarbiyah_Syamsuar Hamka

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita dibalik Jilbab

Faidza ‘Azamta Fatawakkal ‘Alallah

Pilihan Hidup