Setegar Karang



Semua yang kita kumpulkan dari dunia, akan segera sirna dan binasa. Sebab, baju yang indah dan cerah, akan segera luntur dan pudar. Makanan enak dan nikmat akan segera menjadi lapuk dan lumat. Dan seluruh harta yang berbinar-binar akan tersebar-sebar. Habis dibagi oleh ahli waris atau dijual ke pasar-pasar.

Setetes keringat di jalan dakwah, jauh lebih berarti dari apa yang dikumpulkan oleh manusia dengan lelah. Peluh saat mengantar proposal daurah. Pinggang letih saat menge-print surat dan undangan seminar dakwah. Uang jajan yang disisihkan untuk infaq tarbiyah. Serta waktu istirahat yang dipangkas untuk rapat membahas agenda jama'ah. Semuanya, kita harapkan kepada Allah. Menjadi pemberat timbangan kebaikan, berbalas rahmah dan berkah.

Meski orang-orang mengumpulkan pakaian yang indah, dan kendaraan mewah. Dan saat yang sama kita hanya bermodal motor 'buntut', sepeda ontel, atau hanya dengan dua betis kecil kita yang mirip pelepah. Berjalan menyusuri lorong, persimpangan jalan dan lampu merah. Dengan pakaian yang telah basah. Karena keringat ilmu dan dakwah. Mengucur di kening, menghadiri ta'lim dan liqa tarbiyah.

Waktu senggang yang kita gunakan untuk murojaah. Rasa lapar yang kita tahankan saat musyawarah, serta kepenatan yang dirasakan saat meninjau lokasi muktamar, tabliq akbar, dan muhadharah. Hingga debu-debu yang menempel di -sendal kita, saat menghadiri majelis ilmu dan musyawarah. Semuanya, akan berbalas dengan rasa iman yang indah, yang dijiwa, manis tercurah.

Berjuang untuk umat adalah usaha untuk memperbaiki diri sendiri. Usaha kita untuk mendidik diri dan mengarahkannya pada kecintaan akhirat. Menyisihkan tenaga, dan waktu adalah perjuangan untuk diri kita yang utama. Untuk melatih jiwa agar kita tidak rapuh dan manja.

Dakwah adalah jalan kita yang panjang dan berliku. Tetaplah sabar, pertahankan stamina, panjangkan nafas! Dengarkanlah gurabahan indah Muhammad Quthb, "Kita harus memahami dengan jelas bahwa perang antara Islam dan musuh-musuhnya bukanlah perang cepat dan kilat, melainkan perang yang panjang dan berat, bahkan bisa menghabiskan beberapa generasi. Untuk itu hendaknya basis massa yang dibuat untuk melaksanakan tugas berat ini harus dididik untuk menjadi orang-orang yang memiliki nafas yang panjang, kesabaran yang hebat, keimanan dan kepasrahan yang dalam kepada Allah Subhanahu wa ta'ala, siap mengahadapi kesulitan dan penderitaan yang menyertainya, dan mau mengorbankan dirinya untuk menghilangkan keterasingan yang menimpa agama Islam saat ini, dan menancapkannya kembali dengan akar yang dalam."

Berdirilah dengan tauhid yang kita pancangkan di dalam dada. Bersiaplah menyambut ujian dengan azzam yang menghujam di dasar jiwa. Dan teruslah berjuang. Menghadang gelombang. Berdiri tegak, setegar karang!

Maroji' :
Syamsuar Hamka. Api Tarbiyah. Pustaka Belajar Islam: 2016

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita dibalik Jilbab

Faidza ‘Azamta Fatawakkal ‘Alallah

Pilihan Hidup