Untukmu Yang Mengira Aku Lupa



Untukmu yang mengira aku lupa—yang hanya perlu kau tahu adalah, aku mengingatnya. Tapi kurasa melangitkan do’a-do’a lebih Allah terima daripada kebiasaan yang dulu timbul karena belum adanya pengetahuan kita dalam agama.
.
Aku diam bukan berarti melupakan.. bukan. Tapi karena aku memilih cara terbaik untuk meletakkanmu dalam sebuah penjagaan. Manusia paling mulia, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, bahwa;
.
“Orang yang meniru suatu kaum, ia seolah adalah bagian dari kaum tersebut” (HR. Abu Dawud)
.
Maka aku tidak ingin, hanya dengan sebuah kalimat ucapan akan membuat kita terpelesat meninggalkan tuntunan meniti perjalanan pulang. Bukankah setiap kita akan berpulang? Dan sebaik-baik rombongan adalah rombongannya orang-orang beriman. Yang meninggalkan makanan tertentu bukan karena itu tidak enak tapi karena dilarang. Yang meninggalkan suatu kebiasaan melekat bukan karena itu tidak lagi nyaman tapi lagi-lagi karena itu dilarang. Sehingga ia menjadi rombongan yang in syaa Allah, akan berpulang dalam keadaan iman yang selamat. Laa hawla wa laa quwwata illa billah..
.
Bukan, bukan karena agama ini tidak “pas” dengan zaman, tapi ini tentang sebuah prinsip yang akan terus dipegang meski zaman terus berjalan.
.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullahu mengatakan, “Panjang umur bagi seseorang tidak selalu berbuah baik, kecuali kalau dihabiskan dalam menggapai keridhaan Allah dan ketaatanNya,..”
.
Semoga kau dan aku demikian.. dan aku meng-aamiin-kan.
.
Lanjut beliau, rahimahullah ”...sebaik-baik orang adalah orang yang panjang umurnya dan baik amalannya. Sementara orang yang paling buruk adalah manusia yang panjang umurnya dan buruk amalannya.”
.
Engkau yang merasa aku telah lupa, ingatlah bahwa aku mengingatnya dengan begitu baik. Hingga cukup do’a-do’a baik itu melangit.. semoga mulai dari sekarang, kita dapat saling memahami. Dan menerima, bahwa #janganadaulangtahundiantara kita.. :’)
_______________
#CatatanMusafir

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita dibalik Jilbab

Faidza ‘Azamta Fatawakkal ‘Alallah

Pilihan Hidup