PEREMPUAN yang DIPERDEBATKAN


 

"Islam itu menjual mahal harga diri seorang wanita, akan tetapi mereka sendiri lah yang memberikan diskon besar-besaran kepada laki-laki" (Abi Mustari).


Ada perempuan yang merelakan harga dirinya demi seorang laki-laki yang belum pasti menjadi jodohnya. Ia bahkan bisa saja mengorbankan kehormatannya, jika harus meninggalkan agamanya, maka ia akan melakukannya, demi sebuah cinta.


Ada perempuan yang rela mati, agar kehormatannya tetap terjaga. Dibanding harus menyerahkan dirinya kepada seorang lelaki yang bukan mahrom, ia memilih untuk menukar nyawanya.


Menjadi perempuan adalah sebuah keniscayaan. Sebagai sebaik-baik perhiasan atau seburuk-buruknya fitnah. "Perempuan adalah sumber fitnah" hadits Nabi yang shahih menyebutkan; ma taraktu ba'di fitnah adharra 'ala al-rijal min An-Nisa (Aku tidak mewariskan fitnah yang lebih merugikan/membahayakan kecuali perempuan).


Sebelum kedatangan Islam, wanita hampir tak memiliki peran. Keberadaannya tidak begitu diperhitungkan. Abu al-Hasan al-Nadawi, ulama kenamaan asal India, dalam buku masyhurnya Mādza Khasira al-`Ālāma binkhiṭāti al-Muslimīn (hlm.55) menggambarkan kondisi wanita di masa memilukan itu: “Pada masyarakat jahiliah perempuan rentan (mendapat perlakuan) tak adil dan zalim, hak-haknya dirampas, hartanya diambil, tak mendapat warisan, setelah talak atau ditinggal mati suaminya mereka dihalangi menikah dengan lelaki yang disukai, serta dijadikan sebagai warisan sebagaimana barang atau hewan.”


Saat Islam datang, kegelapan yang menyelimuti wanita menjadi sirna. Mereka seakan terlahir kembali. Hak-haknya dipenuhi, keberadaannya diperhitungkan, bahkan memiliki peran-peran yang tidak kecil.


Keutamaan dan kesempurnaan seorang wanita terletak pada ketaatan mereka kepada Allah ta’ala, kesabaran mereka di dalam menjaga dan memelihara kehormatan dan keimanan, ketaatan, nasihat dan dorongan mereka kepada suaminya, menjadi istri terbaik untuk suaminya, teman dan sahabat, penasihat dan pendorong baginya untuk taat kepada Allah ta’ala dan berdakwah ilallah.


Juga menjaga kehormatan diri dan hartanya, mendidik dan berdakwah kepada anak-anaknya hingga menjadi anak-anak yang shalih dan shalihah hingga mereka dewasa, dan sekaligus menjadi ibu yang terbaik untuk anak-anaknya, menjadi teladan dan ustadzah bagi mereka dan juga teladan dan pendidik bagi para wanita selainnya, serta berusaha untuk menjadi hamba terbaik untuk Rabbnya.


Sesungguhnya wanita muslimah mempunyai kedudukan yang sangat tinggi di dalam Islam dan pengaruh yang begitu besar di dalam kehidupan setiap Muslim. Dialah sekolah pertama di dalam membangun masyarakat yang shalih jika ia berjalan sesuai dengan petunjuk Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena berpegang teguh kepada kedua sumber itu dapat menjauhkan setiap Muslim laki-laki dan wanita dari kesesatan di dalam segala sesuatu.


Pintu jihad bagi para wanita masih tetap terbuka. Apalagi di zaman yang dipenuhi kehidupan yang serba keras kini. Mereka menempati posisi strategis untuk menjadi benteng-benteng keluarga. Di saat para suami sibuk mencari kehidupan nafkah untuk keluarga, mereka mempunyai tanggung jawab mendidik mental dan akhlak anak-anaknya agar tidak turut terseret arus yang terus menyeretnya ke tubir kehancuran. Inilah bentuk tanggung jawab kaum ibu yang tidak ringan.


Bentuk tanggung jawab ini tidak jauh beratnya dengan para pasukan yang harus menghadapi musuh secara langsung di medan peperangan. Bila kehadiran pasukan musuh dan hiruk pikuk gelombang kedatangannya mampu menggelorakan jiwa untuk melawan–pada kondisi seperti itu kita bisa menumbuhkan semangat perlawanan sebesar-besarnya. Akan tetapi musuh-musuh sekarang sudah dibungkus dan masuk dalam kemasan-kemasan menarik. Mereka masuk ke dalam sela-sela kehidupan rumah tangga dengan senjata yang menawan.


Televisi, vedio, laser disc tidak bisa disangkal mempunyai nilai-nilai manfaat didalamnya. Akan tetapi tingkat kemudharatannya jauh lebih besar dan berbahaya, jika kita bisa menggunakan secara tepat.


Ketika agama menganjurkan agar anak-anak Islam pandai memanfaaatkan waktu sebaik-baiknya, televisi malah sebaliknya; mengajak para pemirsa berfoya-foya dengan waktu dan membuang-buangnya secara percuma. Ketika agama menganjurkan anak-anak Islam berlaku halus dan santun kepada orang yang lebih tua dan terhadap masyarakat manusia, vedio mendidik mereka dengan perilaku yang kasar dan keras. Begitu juga ketika agama menganjurkan agar anak-anak Islam manjauhi tingkah laku yang menjurus pada perbuatan zina dan maksiat, laser disc menawarkan sebagai guru privat zina yang baik setiap saat.


Ibu-ibu yang baik adalah mereka yang menyadari bahwa bentuk-bentuk tontotan seperti itu, kini bukan semata sebagai hiburan, akan tetapi sudah menjelma menjadi musuh. Mereka secara pelan telah menggerogoti pikiran dan hati putra-putri kita, agar mereka menjadi liar dan hidup diluar kendali agama.


Dari rumah kita masing-masing marilah kita kendalikan musuh agar kesewenang-wenangannya tidak terus merajalela. Dengan segala kesederhanaan kita ciptakan lingkungan yang Islami di lingkungan rumah masing masing dengan mengawal pemikiran anak-anak, mengawal mainan dan tontonan dan mengajarkan anak-anak pendidikan dan akhlak mulia, membudayakan membaca al-Qur’an di lingkungan keluarga termasuk shalat berjamaah.


Sinyal terang Islam itu sudah mulai terang dengan tingkat gairah anak-anak kita ke TPA-TPA yang ada semakin semarak. Para Muslimah mempunyai peranan besar untuk memperbaiki kondisi ini terus menerus. Semoga dengan demikian, para memilik ide kebathilan akan berpikir seribu kali. Semoga hidayatullah (hidayah Allah) selalu tercurahkan untuk kita semua. Aamiin


Wanita diciptakan dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Ia memiliki sifat yang lembut, penuh kasih sayang. Sejak kedatangannya di dunia ini, Islam tidak pernah mendiskriditkan atau mendisposisikan kaum wanita. Sebaliknya, Islam sangat menghormati dan menjunjung tinggi harkat dan martabat kaum wanita. Islam telah memposisikan wanita di tempat yang terhormat, baik di keluarga, masyarakat maupun negara. Di lingkungan keluarga, wanita sebagai ibu, istri sekaligus pengurus rumah tangga. Di lingkungan masyarakat, wanita merupakan anggota yang tidak dapat dikesampingkan karena dia merupakan pencetak dan pembentuk generasi. Sedangkan di lingkungan negara, wanita merupakan tiang negara, yang apabila rapuh maka negara tidak akan berdiri tegak.


Wanita muslimah tidak hanya sekedar duduk menunggu rumah, mengasuh anak dan mengurus rumah saja, tetapi lebih dari itu, wanita muslimah adalah pendidik dan pencetak generasi dan pahlawan, pelopor dakwah, unsur kesadaran dan kebangkitan serta bangunan dipelbagai aspek kehidupan. Dia berdiri mendampingi laki-laki dalam membangun alam dunia ini, memakmurkan kehidupan, mensejahterakan umat manusia serta menyuburkan sisi-sisi kehidupan yang kering kerontang.


Dengan uraian tersebut tampak jelas bahwa wanita muslimah yang mendapat pancaran sinar petunjuk agamanya merupakan wanita yang maju, terdidik, sadar, produktif, bersifat membangun, suci dan agresif. Dimana secara sadar dia mengetahui kewajibannya kepada Rabb-Nya, kewajibannya terhadap dirinya sendiri, orangtua, suami, putra-putrinya, kaum kerabatnya, tetangga, saudara-saudara dan teman-temannya serta kepada masyarakatnya secara keseluruhan dengan berbagai kegoncangan, peristiwa, dan pergaulan antarmanusia.


Muliakan diri kita sebagai seorang perempuan yang dimuliakan Allah, bahkan abadi namanya dalam surah An-Nisa.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita dibalik Jilbab

Faidza ‘Azamta Fatawakkal ‘Alallah

Pilihan Hidup