Postingan

Perempuan yang tidak memajang foto di sosial media

Bismillah… Assalamualaikum wr.wb Orang yang berteman dengan saya di beberapa akun media sosial pasti tahu bahwa saya tidak lagi memasang foto profil yang jelas dan nyata. Biasanya saya pajang foto diri saya dari belakang lah, dari samping, dari jarak puluhan meter, kelihatan separuh bahkan saya blur dan saya tutup pake stiker ataupun hanya pajang kata-kata mutiara, hehehe. Ya… memang tidak umum bagi sebagian orang bahkan komentar saudara dan teman-teman saya lucu-lucu. Tapi saya punya sederetan alasan yang entah mereka bisa pahami atau tidak.  “Kok di tutup lagi,nanti di kira orang tidak punya hidung lohhh” “Ngapain di blur segala? Bikin sakit mata…” Atau mungkin saya terkesan kayak tersangka pake di tutup-tutupin mukanya… Bukannya sok-sok misterius meskipun saya memang agak misterius karena tidak mau menampakkan jati diri, (heheeh) Sebenarnya bukan untuk pencitraan. Saya memang bukan cewek bercadar yang menutupi waja...

Matinya orang baik

Orang baik mati terakhir. Begitu bunyi petikan di sebuah anime (kartun Jepang). Errr, saya lupa judulnya –a Awalnya tokoh utama dan kawan-kawannya dalam anime itu sedang membicarakan si protagonist utama yang baik karakternya. Lalu kawannya nyeletuk, “Heh, kamu itu jangan terlalu baik… nanti matinya belakangan loh!” *lol* nggak ngerti apa point buruk atau merugikannya jadi “orang baik”, “mati terakhir” pula. Nah, petikan ini beda sekali dengan apa yang (sebagian) kita percayai; orang baik mati duluan. Tentu saja ini bukan sekedar mitos atau bualan semata, memang banyak kisah kenapa orang baik meninggal terlebih dahulu dari yang lain. Cerita-cerita tersebut bisa digugling sendiri yaa, readers. Dalam kedua petikan tersebut adalah; sama-sama memaksudkan ‘baik’ yang sama . Seringkali kita menekankan kata ‘baik’ ketika kita benar-benar mendeskripsikan seseorang tersebut memang baik sekali. Meskipun banyak juga y...

Sabar dalam Dakwah

Kahfi :28) “ Dan bersabarlah engkau (Muhammad) bersama orang yang menyeru Tuhannya pada pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaanNya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia; dan janganlah engkau mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta mengikuti keinginannya dan keadaannya sudah melampaui batas” –Q.S Al-Kahfi : 28         Allah memberikan pemaknaan yang dalam pada Q.S. Al-Kahfi tentang dakwah. Dalam ayat ini, Allah memberikan nasihat untuk Rasulullah saw untuk senantiasa bersabar dalam berdakwah, untuk menjalani amanah dakwah dengan sumbu sabar yang tak mengenal ujungnya. Allah menasihati Rasul untuk sabar berdakwah dengan sabar tanpa batas waktu, dari pagi sampai senja menuju pagi kembali. Ayat ini merupakan nasihat Allah yang berkaitan dengan kondisi Rasulullah saw pada masa itu. Sejak kecil, Rasulullah merupakan orang yang terpercaya dan dihormati...

Dakwah

Banyak orang yang takut berbagi ilmu, pengetahuan atau sekedar berbagi pengalaman. Ada yang takut salah, Ada yang takut disangka sombong, Ada yang takut dianggap riya. Ada pula yang merasa masih banyak dosa, dan tak pantas berbagi rasa. Untuk mereka Ibnu Hazm rahimahullah berkata : “Seandainya yang melarang dari dosa harus orang yg tidak terlepas dosa dan yang memerintahkan kebaikan harus orang yang sudah melakukan kebaikan semua, maka tidak ada lagi yang melarang dari keburukan dan mengajak kebaikan kecuali Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (Akhlaq was Siyar hal. 252-253) Jangan ragu berbagi kebaikan. Perasaan ragu bisa jadi datang dari bisikan syaithan yang tak ingin kita berbagi kebaikan. Maka jangan takut berdakwah, Dakwah yang bukan untuk riya’ Tapi untuk cari berkah. Bukan karena sudah suci, Tapi untuk berusaha mensucikan. Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang menunjukkan kepada sebuah kebaikan maka baginya seperti pahala pelakunya....

Jangan Berhenti Mencintai

Mencintai karena Allah artinya mencintai dalam kebaikan, dan saling mengingatkan dalam kebaikan, kebenaran dan kesabaran. Nah…Ternyata mencintai karena Allah itu tidak mudah. Kalau ada yang kita rasa salah dan kita ingin membantu meluruskan kadang kita takut mengingatkan. Kita takut hubungan itu rusak. Lebih luas lagi, kalau kita ingin mewujudkan tujuan yang Allah berikan pada kita, menjadi khalifah Allah yang berbuat kebaikan dan mencegah kemunkaran, membawa berkah bagi semesta, maka kita harus mengingatkan orang yang lebih banyak lagi. Mengingatkan dalam kebaikan dan kesabaran. Adakah rasa gentar? Rasa takut dibenci banyak orang? Dihina? Dianggap kuno, kolot, atau cap lain yang tidak enak? Adalah rasa lelah? Rasa lelah karena tak ditanggapi, tak diikuti? Tak digubris? Lelahkah sahabat mempersiapkan acara? Menembus lalu lintas yang macet, panas, dan membuat badan penat luar biasa? Seorang khalifah besar, Umar bin Abdul Azis, tubuhnya hancur dalam rangka dua tahun masa kepem...

PAMIT

Aku pamit. Kalimat itu sudah diketik, hampir saja dikirim pada sebuah nomor yang selama ini cukup spesial baginya. Tapi kalimat berisi dua kata itu dihapus lagi. Ia justru mematikan handphonenya. Menyimpan di bawah bantal. Kemudian, ia menangis. Menangis pelan namun deras. Tidak ada artinya kata pamit. Semua berawal tanpa kata, selesai pun tanpa kata, pikirnya. Perempuan itu lalu sejenak terdiam, menatap dinding birunya yang mengusam, membaca lembar demi lembar catatannya yang menuliskan semua perasaannya. Perempuan sembilan belas tahun itu masih menangis. Tiga tahun lalu, tanpa kata cinta layaknya sepasang muda-mudi menjalin tali asmara, dua orang ini justru saling menjauh, memilih menghindari perasaan mereka, sampai suatu waktu, tabir-tabir tersingkap dan mereka pun tak mampu menutupi lagi apa yang ada di hati mereka. Tidak ada tali apapun yang mengaitkan hati mereka, sungguh tidak ada. Atau kalaupun ada, mungkin tali itu yang disebut orang-orang bernama perasaan. Perempuan itu, t...

Berfikir Positif dan Berjiwa Besar

Jika ada yang menghina kita, bagaimana perasaan anda? Sakit, marah, dan ada perasaan ingin membalasnya? Semua perasaan di atas adalah hal yang wajar dan manusiawi. Kita adalah manusia biasa yang di temani dengan perasaan peka, sedih dan sakit. Tapi, jika kita melakukan penyerangan dengan melakukan aksi yang lebih sadis, kata-kata yang lebih menyakitkan, apakah semua itu akan menjadi solusi berakhirnya permasalahan? Tidak sama sekali. Kendalikan emosi di saat amarah kita meninggi. Redakan amarah dengan beristigfar berulang-ulang, ambil air wudhu dan positifkan pikiran kita. Mereka melakukan semua itu mungkin tidak rela dengan kemajuan kita, tidak rela dengan kesabaran kita, atau anda melakukan introfeksi diri. Ada kesalahan apa dalam diri anda hingga membuat orang itu mengkritik anda habis-habisan. Menyakiti perasan anda dengan kata-katanya yang sungguh jauh dari kata orang yang berpendidikan. Secara kepribadian mungkin mereka cacat, karena jika mereka orang yang cerdas secara ke priba...