Berfikir Positif dan Berjiwa Besar
Jika ada yang menghina kita, bagaimana perasaan anda? Sakit, marah, dan ada perasaan ingin membalasnya? Semua perasaan di atas adalah hal yang wajar dan manusiawi. Kita adalah manusia biasa yang di temani dengan perasaan peka, sedih dan sakit. Tapi, jika kita melakukan penyerangan dengan melakukan aksi yang lebih sadis, kata-kata yang lebih menyakitkan, apakah semua itu akan menjadi solusi berakhirnya permasalahan? Tidak sama sekali.
Kendalikan emosi di saat amarah kita meninggi. Redakan amarah dengan beristigfar berulang-ulang, ambil air wudhu dan positifkan pikiran kita. Mereka melakukan semua itu mungkin tidak rela dengan kemajuan kita, tidak rela dengan kesabaran kita, atau anda melakukan introfeksi diri. Ada kesalahan apa dalam diri anda hingga membuat orang itu mengkritik anda habis-habisan. Menyakiti perasan anda dengan kata-katanya yang sungguh jauh dari kata orang yang berpendidikan. Secara kepribadian mungkin mereka cacat, karena jika mereka orang yang cerdas secara ke pribadian tidak akan melakukan hal-hal seperti itu. Kata-kata dan sikapnya akan terjaga.
Abaikan mereka. Tidak usah di ambil pusing dengan kata-katanya. Meskipun pada dasarnya hati kita terluka dan sangat ingin menangis. Tapi, dengan kita berfikir positif dan mengobati hati kita dengan berjiwa besar perasaan itu perlahan akan sirna. Kita bukan berarti sabar membiarkan diri untuk di injak-injak. Tapi memang meladeni orang-orang seperti itu nggak penting. Cuma membuang-buang energi dan waktu. Mending kekesalan, amarah, dan perasaan sakit itu kita jadikan ide dan tuangkan dalam tulisan. Misalkan kita buat menjadi cerpen dengan judul: “Aku ingin menjadi pembunuh berdarah dingin.” Kita paparkan tulisan kita dengan amarah yang meluap-luap sesuai dengan perasaan yang kita rasakan. Menuangkan perasaan kita sesedih mungkin, sampai kertas yang kita tulis banjir air mata saking sedihnya. Saya rasa perasaan anda akan lebih lega setelah menulis dan kita mendapatkan 2 mamfaat sekaligus. Kita bisa menjadikan perasaan kita lebih lega karena menjadikan menulis sebagai terapi emosi dan kita bisa menghasilkan karya yang menjiwai yang membuat orang bergidik sekaligus menangis setelah membaca karya kita. Menulis di saat marah dan sedih akan menghasilkan karya yang lebih hidup karena kita menulis dengan perasaan dan emosi kita yang terjadi.
Menjadi orang yang berjiwa besar itu tidaklah rugi, justru ke pribadian kita akan sangat terlihat mempesona meski secara fisik mungkin kita tidak begitu cantik tidak begitu pintar, tidak begitu kaya. Tapi, kecerdasan emosi adalah modal utama kita meraih kesuksesan. Saya melihat bagaimana perjalanan teman-teman waktu SMU dulu mereka yang dulu selalu kerap di hina, di pandang sebelah mata oleh teman yang lain karena tidak pinter, karena kampungan dll. Kini mereka bisa sukses di bandingkan oleh orang yang menghinanya dulu. Secara kepribadian mereka memang bagus juga memiliki daya survive yang hebat juga visioner. Ssehingga bisa bersaing dengan orang-orang yang lebih hebat.
Menghadapi orang-orang yang secara ke pribadian memang tidak menyenangkan yang tidak pernah sadar dengan kelemahannya sendiri tetaplah berfikir positif. Mereka begitu karena apa? Bisa jadi memang lingkungan pendidikan keluarga membentuknya untuk seperti itu. Pendidikan yang penuh dengan celaan, caci maki, amarah. Berbeda dengan yang di besarkan di keluarga demokratis, penuh motivasi saling menghargai akan membentuk jiwa si anak hangat, dan mampu menghargai orang lain. Dan kita tetap berdo’a semoga Allah memberikan kebaikan untuknya jika mampu bantu dia bangkit untuk menjadi jiwa yang positif dengan menarik dia ke lingkungan yang positif.
Semoga kita mampu memaknai setiap langkah perjalanan menjadi mutiara hikamah. Menjadikan tempat sebagai sekolah, tiap orang sebagai guru yang bisa di jadikan untuk belajar, tiap hal adalah ilmu. Ambil yang positif dan buang yang buruknya. Jadilah pribadi-pribadi yang cerdas secara spritual, cerdas intelektual, cerdas sosial mengantarkan kita menjadi manusia terbaik di hadapan Nya
Komentar
Posting Komentar