Sabar dalam Dakwah

Kahfi :28)

“ Dan bersabarlah engkau (Muhammad) bersama orang yang menyeru Tuhannya pada pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaanNya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia; dan janganlah engkau mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta mengikuti keinginannya dan keadaannya sudah melampaui batas”

–Q.S Al-Kahfi : 28

        Allah memberikan pemaknaan yang dalam pada Q.S. Al-Kahfi tentang dakwah. Dalam ayat ini, Allah memberikan nasihat untuk Rasulullah saw untuk senantiasa bersabar dalam berdakwah, untuk menjalani amanah dakwah dengan sumbu sabar yang tak mengenal ujungnya. Allah menasihati Rasul untuk sabar berdakwah dengan sabar tanpa batas waktu, dari pagi sampai senja menuju pagi kembali. Ayat ini merupakan nasihat Allah yang berkaitan dengan kondisi Rasulullah saw pada masa itu. Sejak kecil, Rasulullah merupakan orang yang terpercaya dan dihormati atas kepribadian dan integritasnya. Setelah dewasa ia menikah dengan seorang perempuan terhormat yang baik hati, luhur budi dan kaya raya, yaitu Khadijah. Kehidupan Rasul sangat nyaman waktu itu, dengan kehormatan dan harta yang cukup. Namun di tengah kenyamanan hidup, Allah memberikan amanah untuk Rasulullah berjalan di jalan dakwah. Jalan yang sungguh sangat berat. Rasulullah, yang menerima jalan ini mengalami perubahan hidup yang amat drastis. Ia yang sebelumnya sangat dihormati, karena ia berada di jalan dakwah, berubah jadi dicaci masyarakat, diolok, bahkan sampai ada yang berani untuk mencoba membunuhnya. Rasulullah yang bergelimang harta, lama kelamaan hartanya habis karena dipergunakan di jalan dakwah. Pada akhirnya, Rasulullah harus hidup dengan cara yang amat sederhana dan bahkan hidup dengan kemiskinan. Semua itu dijalani dengan ikhlas, dan diiringi dengan pengharapan yang satu, yaitu untuk menggapai ridha Allah. Karena itulah Allah menurunkan ayat ini, tak lain untuk menghibur dan memberikan bimbingan hidup bagi Rasul yang sedang dirundung kesulitan dalam menempuh jalanNya.

        Dalam ayat ini, Allah pun menasihati Rasul agar tetap berjalan bersama-sama dengan orang yang berjalan menyeru kepada Allah di setiap saat, pagi hingga sore. Berjalan di jalan dakwah dengan ikhlas, lillah, karena Allah swt semata. Orang-orang yang berjalan di jalan dakwah lillah merupakan orang yang tangguh dan kuat. Mereka akan berusaha untuk terus melewati jalan dakwah yang panjang dengan lurus, tidak mudah tergoda untuk berhenti dipersimpangan. Allah menasihati Rasul agar berjalan dengan orang-orang ini agar menjadikan Rasul kuat dalam menghadapi kesulitan yang menimpanya.

        Selain itu dalam ayat ini Allah juga menasihati bahwa jangan sekali-kali Rasulullah berpaling dari orang-orang yang berjalan bersamanya di jalan dakwah hanya karena hal-hal yang bersifat duniawi. Dalam jalan dakwah, Allah memang selalu menguji manusia dengan dua sisi mata koin keburukan. Sisi satu merupakan sisi ujian internal dan sisi lainnya merupakan sisi ujian eksternal. Ujian sisi internal memaksa manusia untuk berhadapan denganfujur, yaitu kecenderungan manusia berhadapan dengan hawa nafsunya sendiri. Ujian sisi eksternal memaksa manusia untuk berjihad melawan godaan syaitan. Namun, bersama kesulitan akan selalu ada kemudahan. Dalam ujian yang diberikan Allah selalu Allah sediakan jalan keluarnya. Untuk menghadapi kedua sisi mata koin ujian tersebut, Allah sudah menyiapkan senjata manusia dengan sangat baik. Senjata itu adalah akal. Petunjuk Allah akan selalu hadir untuk manusia yang dapat menggunakan akalnya dengan baik.  Akal manusia yang bersih dan dipergunakan dengan baik akan mampu mengontrol sisi ujian internal maupun eksternal. Dalam ayat ini Allah menasihati Rasul agar mampu meregulasi akalnya agar tidak mudah tertipu oleh dua sisi mata koin ujian itu hanya karena hal duniawi.

        Setelah Allah menasihati Rasulullah agar mempu menjaga diri dari berpaling di jalanNya, Allah pun membimbing Rasul agar tidak mengikuti orang-orang yang lalai dari mengingat Allah dan selalu mengikuti keinginannya sendiri. Pada zaman Rasululullah, banyak orang yang tidak mau bergabung menyeru kebaikan di jalan dakwah dan lebih mementingkan apa yang ia anggap lebih baik karena sesuai keinginannya. Orang-orang itu lalai akan kewajiban mereka di dunia dan melampaui batas dalam menuruti hawa nafsunya. Padahal, di balik semua hal duniawi yang diinginkan manusia, ada hal yang jauh lebih besar yang tak akan pernah dapat dibayangkan manusia dan di luar kehidupan dunia. Manusia yang lalai dan hanya menuruti keinginannya tidak akan mampu memahami, karena hanya orang-orang yang mempergunakan akal dan terbuka hatinya saja yang mampu mengetahuinya.

——

       Kawan, mari buka hati kita untuk lebih melihat ayat ini dengan seksama. Nyatanya, dalam ayat ini Allah sejatinya tidak hanya berkomunikasi kepada Rasulullah, tapi Allah juga mencoba memberikan nasihat kepada kita semua selaku hamba Allah yang begitu Dia cintai. Allah memberikan amanah kepada seluruh umat Islam di dunia yang telah memperoleh pengetahuan tentang Islam untuk menyebarkan pengetahuannya itu di jalan yang sama dengan jalan Rasulullah, yaitu jalan dakwah. Allah begitu memahami bahwa jalan dakwah yang akan kita tempuh sebagai manusia biasa, akan penuh dengan rintangan. Oleh karenanya Allah menasihati kita untuk bersabar. Sabar yang tidak ada sumbu akhirnya. Sabar yang dengannya kita berjalan demi satu hal : mengharap ridha Allah. Mungkin banyak di antara manusia yang berjalan di jalan ini yang telah mengorbankan banyak hal dalam hidupnya. Mengorbankan waktu, mengorbankan harta, mengorbankan diri untuk dicaci dan dibenci, mengorbankan cita-cita dan keinginannya. Semua itu demi satu hal: dakwah dan masyarakat yang lebih baik. Dan semua itu dengan satu alasan : lillah.

       Allah begitu memahami, kawan, karena Allah Maha Tahu, bahwa manusia yang berjalan di jalan ini akan menemukan banyak rintangan dan cobaan. Untuk itulah, nasihat Allah dalam ayat ini menjadi sangat relevan. Allah Maha Tahu bahwa jalan dakwah itu terjal dan berduri, karenanya Allah menasihati setiap manusia yang melewatinya untuk berjalan dengan teman perjalanan yang memiliki satu visi dakwah, yaitu untuk menyebarkan ajaran Allah yang penuh kebaikan dan kedamaian, lillahi ta’ala. Allah menasihati tiap kita untuk berjalan bersama-sama dalam menebar kebaikan, mengajak pada kebaikan, dan mencegah kerusakan. Dengan berjalan bersama-sama, manusia akan lebih kuat menghadapi rintangan dan masalah karena masing-masing dari mereka dapat saling menopang dan saling menguatkan satu sama lain.

        Manusia yang berjalan di jalan ini tak akan luput dari ujian Allah. Seluruh manusia akan mendapat ujian dari sisi yang serupa, yaitu ujian menghadapi gempuran hawa nafsu sendiri dan gempuran godaan setan. Sayangnya, tidak semua manusia lulus ujian ini. Terkadang, dunia terlihat begitu menyilaukan sehingga membutakan mata kita. Terkadang, sebuah film di bioskop lebih menarik untuk ditonton dibanding mengikuti pengajian di majelis sebelah. Terkadang, menjaga pandangan terasa lebih sulit dibanding menatap ciptaan Allah yang sempurna. Begitulah, ujian Allah datang silih berganti menggoyahkan niat para hamba yang berjalan di jalanNya. Di sini juga rasa kebersamaan dan ukhuwah para pejalan diuji, apakah mereka mampu peduli saling menjaga satu sama lain dan saling menasihati. Hanya orang yang menggunakan senjata yang Allah berikan -yaitu akal- dengan baik lah yang mampu melewati ujianNya. Sekali lagi, Allah Maha Sayang terhadap hambanya. Allah telah menyediakan senjata dan petunjuk yang tersebar di sekalian alam. Tinggal kitalah, para hamba yang harus membuka mata hati dan akal untuk berpikir secara jernih mencari setiap hikmah yang tersembunyi di dunia.

         Allah juga memberikan petunjuk dalam nasihatnya untuk senantiasa menjaga diri dari orang-orang yang lalai dalam mengingat Allah dan senang memperturutkan keinginannya. Manusia layaknya menyadari, apa yang disenanginya belum tentu baik baginya. Manusia yang lemah pada godaan dan lalai akan mengalami disorientasi, kehilangan tujuan dan kehilangan alasan ia untuk berada di jalan dakwah ini.

         Begitulah kawan, nasihat Allah ini mengindikasikan bahwa sejatinya jalan dakwah itu adalah jalan yang panjang. Dalam berdakwah belum tentu ada kemenangan yang jelas tertera di depan mata manusia di dunia, namun ketahuilah kemenangan itu akan nyata tertera di depan mata manusia di akhirat kelak. Jalan dakwah pun merupakan sebuah proses yang panjang. Manusia tidak akan mengetahui hasilnya akan seperti apa, karena Allah-lah sang pemberi petunjuk dan pemilik hati setiap manusia. Oleh karena itu, dalam berdakwah janganlah berorientasi pada hasil, tapi berusahalah sekuat tenaga memaksimalkan proses yang dijalani untuk selalu menebar kebaikan dalam kedamaian, demi masyarakat yang lebih baik dan bermartabat.

Salam,

Calon Ibu Peradaban

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita dibalik Jilbab

Faidza ‘Azamta Fatawakkal ‘Alallah

Pilihan Hidup