Cinta karena Allah

Kita tidak akan selalu bersamanya, tidak juga mampu menjamin perasaan dan cintanya. Tidak setiap saat kita harus berkata, “jaga pandanganmu, yaa.. karena dengan begitu, aku tetap cantik/gagah dimatamu.”

Ada saat-saat kita harus melepasnya, membiarkannya dengan dunianya. Tapi dia yang mencintaimu, tentu tahu; mana lingkaran yang membawanya semakin membaik, atau justru menggoyahkan hijrahnya untuk kembali ke masa lalu.

Engkau yang ingin menjaganya, ikhtiyarmu selepas itu adalah do’a. Do’akan dia, langitkan kebaikan-kebaikan untuknya. Berprasangka baiklah kepadanya. Karena selagi Allah masih menjadi yang nomor satu diantara kita, maka tidak ada penjaga terbaik selain-Nya.

Dia yang mencintai Allah, tentu akan menjaga pandangannya—karena Rabb-nya, bukan sebab kita yang minta. Dia yang mencintai Allah, tentu akan menjaga imannya—bukan karena menghindari murkanya kita, tapi murka dari Rabb-nya.

Karena rumah tangga yang sakinah mawaddah warohmah, tidak akan pernah bisa terwujud tanpa adanya cinta kepada Allah disana.

Karena cinta kita kepada-Nya-lah yang akan menjadi sebaik-baik pengingat, setajam-tajam nasihat. Allah Yang Maha Melihat, Allah Yang Maha Adil dalam memperhitungkan semua yang tercatat. Bahkan dalam hal ini, seorang salaf pernah berkata, “Sungguh ketika aku bermaksiat kepada Allah, maka aku melihat pengaruh buruknya pada hewan tungganganku dan istriku.”




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita dibalik Jilbab

Faidza ‘Azamta Fatawakkal ‘Alallah

Pilihan Hidup