Perjalanan
senja belum lagi sempurna merekah jingga
saat ku katupkan bibir rapat-rapat
menahan langkah yang terseret oleh masa
yang tak ingin menunggu barang sebentar saja
lalu memulai kembali perjalanan
yang membelah hari-hari dengan caranya sendiri.
di sudut sebuah jalan, berdiri seorang lelaki tua
dengan deret daun-daun yang tidak ku mengerti maknanya
mungkin ia sedang mengais rezeki untuk anak dan istri di rumah
sambil berharap seseorang menghentikan kendara.
di satu sisi yang lain menara sayup-sayup memantul-mantulkan seruannya kepada langit
sementara mereka masih terlelap
dalam istirahat siang masing-masing
seolah lupa bahwa seorang kawan telah bernasihat,
bukan di sini tempatnya,
nanti saja, di surga
lalu di suatu titik anak-anak bersenda gurau dengan senyum manis,
berteriak tentang mainan warna-warni atau sejumput manisan yang lambungkan harapnya sore itu
sebab esok baginya adalah cahaya bersinar-sinar yang belum pasti datangnya
sementara kau terlampau sibuk merangkai imaji
seolah telah tahu di mana nanti umur akan terhenti
dalam sebuah perjalanan panjang
jiwa-jiwa hanya terdiam menyusuri jalan
tapi mataku telah terlampau lelah bergumul dengan masa
aku akan segera tiba di sana
ke rumah tempat aku pulang
Bumi Allah,
Merajut Benang Cahaya, Arrifa'ah
Komentar
Posting Komentar