pencapaian ‘impian’ benar dimulai dari bawah

Mungkin benar kata pepatah ‘banyak teman banyak rejeki’, pun kalimat yang mengutarakan ‘menolong tanpa harap, cepat atau lambat pasti akan kembali pada diri masing-masing pihak’.
Namun, semua tidak lebih dari kedua persepsi ataukah kata-kata di atas: aku ada karena aku ingin, inilah aku. Lebih tepatnya seperti itu. Aku tidak pernah merasa mampu dalam melakoni suatu bidang, hingga saat ini pun, demikian. Semua karena keadaanku, keinginanku, dan seluruh yang menjadi impianku.
“Aku tidak mau sekadar hidup. Menikmatinya dengan cara serupa orang lain. Datar”.
Bahkan, sikapku mendapat kecaman banyak orang. Terlalu keras katanya. Tapi, menurutku, orang-orang tidak tahu membedakan, mana yang tegas dan mana yang keras.
Namun inti dari seluruhnya yakni, berawal dari ingin tanpa bantuan orang lain. Susahnya, sakitnya kurasakan sendiri. Orang-orang hanya berkata semangat, tidak lebih. “Hahaha.” Tertawa bagiku adalah jawaban tepat yang setidaknya mampu menjawab ketika kata semangat itu, nantinya berubah ke persepsi yang tidak sesuai dengan ekspetasiku; semua karena ketidak tahuan sepihak.
—————
Aku adalah dia, bukan mereka. Aku lahir mandiri, dididik hidup seorang diri.
Sekarang Aku berusia 20 tahun. Sebuah angka yang mengutarakan seseorang telah tumbuh “dewasa”. Di usia tersebut, bukan hanya aku, melainkan kalian semua–yang membaca tulisan ini–untuk memahami betapa singkatnya waktu jika dipergunakan sia-sia. Jujur, Aku tidak menyangka bahwa nafasku bisa sampai di angka 20, tepatnya pada 17 januari, kemarin.
Di usia itu, sebelumnya telah aku targetkan bahwa pencapaianku demikian.  Ada peningkatan di setiap pertambahan usia. Dan, 2017 ini, Tuhan luar biasa mengabulkannya. Meski satu diantaranya tertunda di penghujung tahun.
Pencapaian yang tidak mudah itu, menjadi tantangan bagiku. Membuatku belajar dan belajar, meski ini dan itu menjadi perbincangan sepihak. Kembali lagi, perjalanannya cuma ada aku dan tidak ada kalian. “Masa bodoh apa kata mereka yang tidak tahu”.
Pencapaian di usia 20 tahun ini, diantaranya menjadi Jurnalis di sebuah media massaa dan Terlibat dalam sebagai volunteer, menjadi pribadi yang bermanfaat untuk banyak orang, Semua ini bukan pamer, bukan berbangga diri, bukan apapun yang mungkin saja, menurut kalian (pembacanya) suatu sikap “mau dibilang dan sejenisnya.” BUKAN ITU.
Tujuannya, ingin berbagi bahwa pencapaian ‘impian’ benar dimulai dari bawah. Menikmati kendala yang dihadapi, tidak memilih mundur jika baru sekali terjatuh, dan teruslah belajar dari sebuah kegagalan. Karena, bagiku “gagal adalah seni dalam hidup: indah.”



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita dibalik Jilbab

Faidza ‘Azamta Fatawakkal ‘Alallah

Pilihan Hidup