Yang lebih elegan dan berat daripada galau?
Hari itu hati Musa guncah, retak, dan pecah. Kegalauan menyelimuti hatinya, kegalauan yang tak pernah musa bayangkan, kegalauan sebab amanah dakwah yang turun hanya pada manusia pilihanNya. “Ya Rabbku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku”, kata musa dalam doanya yang melegenda sepanjang massa. Sebuah keteterimaan dan bukannya sebuah penolakan ketika tugas berat jatuh pada pundaknya. “Pergilah kepada Fir’aun; Sesungguhnya ia telah melampaui batas“. (QS. Thaha: 24). Allah swt memberi tugas untuk berdakwah kepada Fir’aun yang saat itu dengan kecongkannya dan kesombongannya Fir’aun mengklaim dirinya ‘ububiyah ilahiyah’ bahwa dirinya adalah Rabb dan pantas untuk disembah. Respon yang elegan atas kegalaun dicontohkan oleh Musa ketika menerima sebuah amanah yang sangat berat. Di atas kekurangannya musa tidak mengutuk kegelapan yang ada, tidak pula menggerutu beratnya beban dakwah yang Ia piku