Tuan dan Ruang Tunggu

Tuan...
Bagaimana kabarmu disana ?
Maaf, aku menuliskanmu kembali
Sebab hanya dengan ini rinduku sedikit terkurangi

Oh iya, kau tahu tuan ?
Lama tak kutatap senja
Hingga yang kurasa hanya percikan hujan

Tuan...
Bagaimana kabarmu?
Aku telah berusaha membunuh rinduku sebisa mungkin yang aku mampu
Hingga mencari tahu kabarmu pun tak lagi
Bahkan jika ada yang menyebut namamu sebisa mungkin aku diam dan pergi dari sana
Kau tahu kenapa Tuan ?
Karena aku tak ingin melukai rinduku
Aku ingin rindu tetap terjaga meski barangkali tak pernah kau rasa

Tuan...
Aku telah menyibukkan diriku
Namun tetap saja, ada rasa yang menghantam dada
Aku takut
Takut jika ini adalah ujian yang akan menurunkan kualitas iman kita
Menjauhkan kita pada sang pemilik rindu

Tuan...
Dari kejauhan
Dari jarak yang belum ada kepastian
Aku hanya mampu mendoakanmu
Meski seringkali, ada rasa yang khwatir
Tetapi bukankah Allah yang akan menyatukan ?

Tuan...
Aku mendoakanmu, jika memang kita  adalah takdir maka Tuhan akan dekatkan
Jika tidak...
Allah akan jauhkan kita
Mudah bukan ?

Tuan...
Dalam sujudku, aku tak menyebut namamu
Aku hanya meminta yang terbaik untuk kita
Aku juga tak pernah menyesal atas pertemuan itu
Tanpa kesengajaan
Percakapaan yang tak pernah bermaksud apa-apa
Hingga rasa lahir entah darimana

Bagaimana denganmu Tuan ?
Seperti yang aku rasa, apa kau juga merasakannya ?
Jika tidak, tak apa
Biar aku mencintai sendirian
Merindu sendirian
Kamu, cintailah 'Hisaan' mu

Tuan...
Aku terkurung dalam rinduku
Aku adalah ketidaksengajaan yang tak pernah kau harap
Namun takdir menjadikan kita bertatap
Entah untuk menetap atau menutup harap
Entah untuk seatap atau saling melenyap

Tuan...
Walau satu dua patah kata
Dimana rindu mulai menggila
Kau adalah manusia asing
Tanpa permisi menanam benih rasa
Yang kuharap berbuah indah

Tuan...
Aku berada disini
Di 'Ruang Tunggu'

Aku berhenti sejenak

Entah telah berapa lama aku menulis tentangmu
Termangu dalam intuisi aksara
Memilih menjadi pena

Tuan...
Lihatlah aku disini
Mencintaimu sepenuh jiwa
Sedalam-dalam doa
Membawa serta merta hatinya padamu
Yang tulisannya tercipta karenamu

Tuan...
Nanti ketika kau pulang
Lihatlah kedua matanya
Disana begitu banyak cinta

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita dibalik Jilbab

Faidza ‘Azamta Fatawakkal ‘Alallah

Pilihan Hidup