Terlalu Banyak Main, Mau Jadi Apa Nanti (?)
Dalam hidup, kesulitan dan rintangan adalah hal yang biasa. Tergantung kalian, bagaimana cara menghadapinya.
Menghadapi perkara dalam hidup tidaklah mudah. Mungkin sebagian besar orang dengan mudahnya berkata “ hidup itu dijalani apa adanya, santai tanpa beban”. namun sebenarnya tidak. Hidup dengan cara sederhana, bagi saya adalah tindakan yang tepat. Santai, tapi serius. Bukan terus berlarut-larut dalam permainan. Layaknya basket ball yang di pantulkan kelantai lalu di masukkan kedalam ring lawan, dan begitu seterusnya hingga salah satu dari team mendapatkan gelar juara.
Jika dalam permainan basket ball tersebut dari tahun ketahun tetap dijuarai oleh team yang sama, lantas dimana team yang satu mampu mencapai predikat juara ?, dan dimana team yang satunya memiliki upaya untuk meningkatkan kualitas permainan mereka jika hanya melawan team yang sama ?. tak ada perkembangan sama sekali. Patut disayangkan.
Begitu pula hidup, jika hanya berada dalam garis yang sama setiap hari, bulan, bahkan bertahun-tahun, tentu kualitas berfikir kita sama. Tak ada perkembangan. Datar.
Dari lingkup pergaulan yang saya lihat selama beberapa tahun belakangan ini, tak sedikit orang bahkan teman-teman saya sendiri yang berkeluh kesah atas kehidupan yang dijalaninya. Berbagai problematika kehidupan membuatnya down dan tak tahu apa yang akan dilakukan hari ini, esok, dan tahun yang akan datang. Hari demi hari, dilaluinya dengan santai. Tanpa berfikir, esok mau jadi apa?, esok mau makan apa?, apakah esok saya bisa lebih baik dari hari ini?. Bahkan sebagian dari mereka, acuh tak acuh atas kehidupannya. Baginya, apa yang terjadi, terjadilah. Yang penting bahagia dan mendapatkan apa yang diinginkan, Tanpa memikirkan akhirat sama sekali. Paraahhhhhhh :(
Perkiraan saya, hidup mereka terjadi karena dua hal ; pertama, karena kemalasan mereka sendiri. Kedua, keluarga mereka dari orang yang tergolong mampu atau bahkan konglomerat. atau Mungkin ada faktor lain ?, entahlah.. sejauh ini saya masih melihat-lihat dan berandai andai jika dihadapkan dalam problematika kehidupan mereka dan kehidupan saya sendiri.
Jujur, dari beberapa tahun yang lalu, pikiran saya akan masa depan tak henti-hentinya menyusun rangka “kelak saya jadi seperti apa”. Ketakutan, ambisi, dan orang tua membuat saya mendambakan sejumlah hal yang mampu membahagiakan tak Cuma saya sendiri, melainkan orang-orang di sekitar saya. Terutama kedua orang tua saya tercinta.
Memang, jenuh selalu menghampiri. Keinginan hidup layaknya wanita normal seusia saya, selalu jadi permasalahan tersendiri dalam batin saya. Bukan tak bahagia, justru menurut saya ini adalah cobaan yang teramat dahsyat dari sang pecipta untuk saya lalui. Lima kali dalam seminggu, perasaan itu muncul.
Godaan, bahkan emosi saya sulit terkontrol. Dan saya sadari semua itu menyakitkan banyak orang, khususnya teman terdekat saya.
Untuk keluar dari perasaan itu, saya mencoba membaca sejumlah buku yang berhubungan dengan kehidupan. Menonton film tentang arti kehidupan, dan khususnya melihat kehidupan orang lain yang kehidupannya jauh lebih rumit daripada saya.
Untuk kehidupan yang lebih baik, saya berupaya untuk Belajar lebih tekun, bekerja lebih keras, tak membebani orang lain, berdoa dan beribadah sebanyak mungkin, dan tak lupa menyerahkan semuanya hanya kepada sang pecipta, Allah SWT.
Yah, namanya juga manusia, punya keinginan dan impian dalam hidup. Ingin bahagia dan hidup tenang hingga ajal menjemput nantinya. Lantas, sejauh mana persiapan kita akan keinginan dan mimpi itu?, kalau sampai saat ini kita hanya bermain-main dan tidak menjadi pelakon utama dalam meraihnya. Nggak mungkin kan, dengan hanya duduk, diam, dan melongo’ kamu bisa mendapatkan semuanya. Termasuk kebahagiaan.
Dalam buku “ Every One Can Be Happy” karya Ade Wulan, saya sempat mengutip beberapa kalimat penting yang saya yakini mampu membawa ‘Kebahagiaan’. Jika, kalian memang niat menjalankannya.
Dalam buku tersebut, Ade Wulan memberi beberapa contoh kebahagiaan yang mampu hadir dalam kehidupan seseorang bukan karena HARTA, JABATAN, PASANGAN YANG SEMPURNA, KEHIDUPAN YANG SERBA ADA, bahkan KEINGINAN YANG TERCAPAI SESUAI YANG DIINGINKAN. Justru, lebih kepada bagaimana kalian mensyukuri pemberian darinya (sang pecipta) dan menjalani kehidupan ini dengan cara sederhana, sadar, dan bahagia.
Beberapa bulan kedepan, saya mencoba merileksasikan pikiran dan batin yang sulit terkontrol. Bukan karena kurang waras atau terkena sindrom kejiwaan. Melainkan, lebih kepada usiaku yang tak muda lagi. Empat bulan lagi, angka 21 tahun akan menjadi predikat kehidupan dalam hidupku. Berfikir apa yang harus saya jalani, dan memberikan hal yang bermanfaat bagi orang tercinta dengan cara membahagiakan mereka tentunya.
Memasuki zona zonk alias tak amat nyaman, dan mengenal kehidupan baru yang akan menjadi cobaan dan permasalahan baru buat saya.
Saya pikir, ini tantangan. Butuh kekuatan besar, support , dan petunjuk dari sang khalik untuk melewatinya. Apalagi, tahun ini tahun dimana saya harus memasuki masa KKN, lalu nyediain judul proposal, kemudian ujian proposal, pindah ketahap skripsi, dan akhirnya SARJANA…inshaallah amin yaallah….
But, pendamping hidup seriusnya kapan wi’?
Jawabannya, Setelah saya sarjana, dan setelah dapat pekerjaan yang tepat. Jodoh udah diatur ama allah Swt, kok. Nggak perlu takut dapat yang seperti apa. Intinya, berbenah diri, jaga diri, perbaiki sikap, minta ridho orang tua, dapat kerja yang baik, inshaallah entar calon suaminya bakal dapat yang kayak Almarhum Ustad Jefri Al Buchori. Allahumma amin yaallah.
Komentar
Posting Komentar