Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2018

Mahasiswa dan Tri Dharma Perguruan Tinggi dalam ikatan Relawan

Gambar
"Kata orang, mahasiswa adalah kaum intelektual. Kaum muda yang mendapat kepercayaan dari masyarakat sebagai orang-orang yang mampu membawa perubahan bagi negeri ini dengan ilmu yang mereka dapatkan. Tetapi, realita di lapangan tidaklah sama dengan harapan masyarakat. Banyak diantara mereka hanya memanfaatkan fasilitas yang disediakan orang tua tanpa adanya sikap tanggung jawab, banyak yang melakukan tindakan-tindakan menyimpang dari norma, hedonisme, dan melupakan tugas serta tanggung jawab yang seharusnya mereka laksanakan dengan sungguh-sungguh." -Anonim- Ini tentang mahasiswa, bukan hanya tentang satu atau dua organisasi kemahasiswaan. Mahasiswa menempati lapisan kedua dalam relasi kemasyarakatan, yaitu berperan sebagai penghubung antara masyarakat dengan pemerintah untuk menyampaikan aspirasi rakyat kepada pemerintah, mengkritisi kebijakan-kebijakan pemerintah yang dianggap tidak adil terhadap rakyat, dan membela kepentingan rakyat dengan menjunjung tinggi moral, et

Bersua

Pekan kemarin seorang adik perempuan binaan merangkul dan memeluk saya. Lama, di selah obrolan beliau tiba-tiba mengatakan : Deby : Kak, kalau sudah menikah nanti masih latih kami kan ? Jangan lupa sama kami yah kak. *Sambil memelas* Mendengar pertanyaan itu saya hanya membalasnya dengan tertawa :') Deby : Yahh kak, berjanjilah untuk tidak meninggalkan kami Kakak tidak bisa berjanji apa-apa dik, sebisa mungkin kakak akan tetap menyempatkan waktu untuk melatih kalian. Nanti, kalau kakak menikah. Percayalah suami kakak juga akan mencintai kalian jadi kalian juga harus mencintai suami kakak seperti kalian sayang sama kak dian kan ? :') Jadi, kalian yang harusnya janji sama kakak kalau kalian tidak akan jail atau pun mengerjai suami kakak nanti ketika kakak sudah nikah. :') Kakak akan tetap sayang pada kalian dik :')

Menjadi yang dicintai

Menjadi yang paling dicintai Bukan berarti mengubah diri menjadi sisi lain Manusia-manusia dicipta oleh-Nya dengan keragaman bahkan keunikan yang tidak dimiliki manusia lain Berbeda... Maka wajarnya adalah untuk menjadi manusia yang paling dicintai ialah tetap menjadi diri sendiri Memposisikan diri Sebagai mana tempatnya Cara lainnya adalah dengan mensyukuri apa yang kita miliki, karena barangkali yang orang lain inginkan dari kita itu tidak ada dalam dirinya Cukup mudah... Memberikan Rasa Nyaman dan Aman Untuk menjadi yang paling dicintai Dengan tetap menjadi diri sendiri Orang akan merasa nyaman saat bercakap denganmu Pun merasa aman saat bersama mu Cukup itu Maka kau juga akan miliki ketenangan dan kebahagiaan

Perempuan itu...

Ia hidup dalam aksara tak lebih dan tak kurang. Perempuan yang akan kau dapati tulisan-tulisannya di media sosial. Perempuan yang akan kau temui di dunia nyata dengan banyak diam. Ia adalah perempuan yang kadang-kadang akan menjadi cerewet bila sesuatu itu memang tak adil dan baginya harus disuarakan. Perempuan pendiam dan tulisan-tulisan luluh lantah atas perasaan. Ia hidup tanpa harus membuat orang-orang terpukau. Baginya itu tak perlu. Ia harus menulis setiap lembar-lembar paragraf bukan karena cita kecilnya memang ingin menjadi penulis. Tapi ada yang memang perlu untuk ditulis. Ini tentang perempuan itu... Perempuan yang membalut sembilu rindu dalam tiap impiannya Perempuan yang membuat setiap orang yang menemuinya pangling dan bahkan akan geleng-geleng kepala melihat ulahnya Perempuan itu... Akhirnya, kembali menjadi pendiam Benar-benar diam Perempuan itu... Ia tinggal dan menetap dalam doa-doa Menjadi sederhana sebagai pelibur lara manusia-manusia gundah Perempuan

Menjadi Batu Bata dalam Bangunan

Rasulullah SAW bersabda, "Perumpamaan aku dengan nabi sebelumku, ibarat seorang lelaki membuat sebuah bangunan, yang di perindah dan dipercantik seluruhnya, kecuali satu tempat untuk Batu bata di salah satunya. Ketika orang-orang mengelilinginya, mereka kagum dan berkata, seandainya ada Batu bata diletakkan di situ. Maka akulah Batu bata itu, dan aku adalah penutup para nabi. " Bahwa Rasul adalah nabi terakhir dari sekian banyak para nabi sebelumnya. Ini sekaligus menunjukkan bahwa antara fungsi dan peran Beliau memiliki hubungan tak terpisahkan dari fungsi dan peran para nabi sebelumnya.  Demikianlah, pada dasarnya jalan ini, adalah sebuah estafeta perjuangan. Sebagaimana yang di serukan para pendahulu, di lanjutkan dan di sempurnakan dengan yang di perjuangkan oleh kami hari ini.  Kami ingin menjadi Batu bata dari bangunan perjuangan ini. Sebuah bangunan yang telah di rintis oleh para pendahulu & senior kami. Bangunan perjuangan untuk menyeru manusia untuk kembali ke

Pulang

Kala itu saat kita menaruh harap pada tempat yang tepat Tak ada lagi cemas yang terlungkup resah Kita mendewasa dan hidup kembali dalam sibuk masing-masing Entah untuk saling melupa atau bahkan menikmati rindu sendirian Kita tumbuh Menjadi orang-orang kuat mengobati luka Hari ini... Maafkan jika ada harap yang ku tinggalkan tanpa kepastian Aku hanya ingin memastikan sampai dimana seriusmu Bukan, Karena kita memang butuh kepastian Seseorang yang datang menemui ayah ku dan memulainya dengan sederhana Membangun cinta Dalam bahtera yang akan menguji dewasa mu Kepadamu... Kadang sosok nyata itu muncul Namun sebentar rupanya hanya terkaan Lagi-lagi ... Ku biarkan Allah yang aturkan Segalanya pastilah baik Jika semestamu adalah aku Tuan... Perempuan mu ini kuat Tapi sebetapa pun kuatnya ia tetap butuh pundakmu untuk bersandar Tuan... Jika ini hanya sebentar Mohon berkabarlah bahwa engkau telah siap Agar aku bisa mempersiapkan lahir dan bathin ku untuk menjadi penena

Cinta Dalam Ikhlas

Gambar
Perasaan/pe·ra·sa·an/ n 1 hasil atau perbuatan merasa dengan pancaindra: bagaimanakah menurut ~ mu, badan saya panas ataukah dingin?; 2 rasa atau keadaan batin sewaktu menghadapi (merasai) sesuatu: bekerja dengan ~ gembira, hasilnya akan memuaskan; 3 kesanggupan untuk merasa atau merasai: sangat tajam ~ nya; 4 pertimbangan batin (hati) atas sesuatu; pendapat: pada ~ ku, itu tidak benar;   Ikhlas/ikh·las/ a bersih hati; tulus hati: memberi pertolongan dengan --; mereka benar-benar --; Mengikhlaskan/meng·ikh·las·kan/ v memberikan atau menyerahkan dengan tulus hati; merelakan  Ini tentang kisah Cinta dalam ikhlas Cinta dalam Ikhlas, melepas untuk menemukan.  Semoga cinta tetap berdetak dalam diam yang tidak lagi saling bercakap. Saat masih SMA, kang Abay pernah mencintai seorang akhwat tetapi beliau tidak ingin berpacaran, tapi menjadikan akhwat tersebut sebagai istrinya. Pada penghujung masa sekolah, Kang Abay mengungkapkan kembali niatnya kepada si akhwat namun akhirnya bel

Pernah Jatuh Cinta ?

Suatu hari seorang perempuan tengah gundah, ia lalu bertanya padaku : A: Kak, apa kakak tidak memiliki masalah ? Apa kakak pernah jatuh cinta pada seorang pria ? B: Dik, tiap-tiap manusia Allah uji dengan masalah yang berbeda-beda. Jika pun sama, maka cara menyelesaikannya yang beda. Kakak pernah jatuh cinta, menaruh harap pada seorang pria. hanya saja kita yang harus mengendalikan perasaan itu bukan ? Bukannya kakak tak galau. tapi kakak lebih memilih menyerahkan semua urusan perasaan pada yang lebih berhak. Toh, menyiksa diri memikirkan sesuatu yang akan membebani diri justru akan lebih sakit jatuhnya. A: Tapi kakak tidak pernah terlihat sangat sedih sepertiku ? B: Dik, bukan karena kakak berpura-pura tegar. tapi kakak harus berusaha mengendalikan perasaan dan tidak terburu-buru. "Jodohmu adalah Cerminan dirimu" beegitu yang sering kakak baca dalam sebuah kutipan buku. A: Tapi, saya sangat mencintai dia kak ? B: Kamu mencintai dia, apakah dia mencintai kamu juga ? dik

Pengharap (an)

A : "ternyata orang yang selama ini aku perjuangkan tergenggam oleh hati lain dan aku harus mengorbankan perasaanku sendiri dari awal perjuangan hingga detik ini hingga hatiku patah. Apa aku harus berhenti saja?" . . B : "Bisa jadi bukan dialah orang yang benar-benar selama ini kamu perjuangkan. Mungkin itu hanya anggapanmu saja alias terkaanmu saja bahwa dialah orangnya. " . . Tapi bagaimana versi Tuhan? Kamu tak mengira bukan . . Mungkin orangnya bukan dia. Jangan berhenti hanya saja sembuhkan luka dari kesalahanmu menerka. Karena kecewamu tercipta dari kesalahanmu menaruh harapan lebih padanya bukan padaNya Percaya ketetapan Tuhan itu indah Hanya saja butuh waktu Dan setiap kita memiliki waktu yang telah di siapkan Tuhan untuk merayakan cinta . . . Selamat menyembuhkan luka Bahagiamu menanti di ujung sana Hanya saja butuh waktu dan sedikit sabar . . "Maukah kamu bersabar? ; dan Tuhanmu Maha Melihat." (QS. 25 : 20)

[Urusan Perasaan]

Cara terbaik mencintai seseorang adalah memeluk namanya dengan mesra dalam tubuh doa. Sebab urusan hati dan perasaan hanya Allah yang memiliki kuasa. Maka untuk urusan cinta, jangan membuatnya menjadi sesuatu yang begitu rumit. Apalagi membebani diri untuk meminta dibalas dengan perasaan yang sama. Sungguh, Keikhlasan dan Ketulusan dalam sebuah perasaan akan terlihat ketika kamu mencintainya tanpa ingin dibalas apa-apa. Kecuali melihatnya bahagia karena dicintai olehmu yang mencintai Allah. . . . "Jika kau mencintai seseorang sebelum menikah, tidaklah ada yang halal kecuali doa. Cinta itu doa. Maka doakanlah orang yang kau cintai." -Tausiyah cinta- . . ~Sungguh, percayalah itu Indah

[Menulusuri sejarah]

Ketika Nabi Ibrahim berencana untuk dibakar hidup oleh seorang Raja Namrud. Ketika berita itu tersebar, ada seekor semut yang dengan sigapnya memiliki tujuan mulia agar dapat memadamkan api dari Nabi Ibrahim. Kemudian pergilah dia ke sebuah danau dan membawa air dipunggungnya yang jumlahnya hanya setetes. Sang semut ditanya oleh seekor gagak yang melihatnya membawa air : Gagak: Untuk apa air itu? Semut: Untuk memadamkan api Nabi Ibrahim Gagak: Apa kau yakin air itu dapat memadamkan api Nabi Ibrahim? Semut: Aku tau bahwa air ini tidak akan memadamkan api Nabi Ibrahim. Karna aku tau posisiku, maka aku melakukan yang bisa ku lakukan, daripada terdiam melihat kemungkaran. Kemudian, agar aku punya jawaban kepada Allah bahwa aku tidak tinggal diam atas kemungkaran dan mengusahakan yang bisa ku perjuangkan. Ketika asik menulusuri kisah nuruddin zanki, seorang khalifah yang terkenal akan kebijakannya tentang "negara tanpa pajak dan hutang". Lalu muncullah kisah Shalahuddin Al ay

[Menata Niat]

Kita mengingat ketenangan Ibrahim saat api yang menyala-nyala siap menjilat tiap jengkal kulit manusianya. Kita mengingat keteduhan hati Ismail saat ditanyakan padanya sediakah nyawa untuk perintah dari mimpi ayahanda. Kita mengingat betapa Musa yang terdesak itu menguatkan pengikutnya “Musa berkata kepada kaumnya, “Mohonlah pertolongan kepada Allah dan bersabarlah.” (QS. Al-A’raaf [7]: 128) Kita mengingat betapa keteguhan niat Khalid bin Walid yang dipecat oleh Amirul Mukminin di tengah kegemilangannya memimpin kala itu. Sang Pedang Allah yang Terhunus itu tak pernah sekalipun kalah perang dalam karirnya. Hingga Umar bin Khattab kala itu khawatir umat islam tak lagi menggantungkan ketenangan pada Allah melainkan padanya Maka bertanyalah prajuritnya sekembalinya ia dari hadapan Khalifah itu sebagai prajurit biasa. Lantas dengan mantap beliau jawab, "Aku berperang bukan karena Umar, aku berperang karena Allah SWT" Maka wahai yang Maha Kuasa, berikanlah untuk para pemilik

Wallahu Ya'lamu Wa Antum La Ta'lamun

Gambar
"Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal itu amat baik bagimu dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal itu amat buruk bagimu. Allah mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui." (Qs.Al-Baqarah: 216) Dalam kehidupan sering kali kita merasa kecewa, marah, atau sedih karena hal-hal tidak berubah seperti yang kita harapkan. Dan itu terjadi karena kita terlalu banyak berharap bukan pada tempatnya. Setiap manusia yang lahir kedunia kemudian mendewasa katanya pernah atau bahkan seringkali merasa takut kehilangan. Rasa takut itulah yang kemudian membuat kita lupa dan tidak percaya bahwa apa pun yang ada di dunia ini adalah cara Allah menegur rasa syukur kita. Bahkan Allah telah menjanjikan akan mengantikan sesuatu dengan sepadan atau dengan yang lebih baik lagi. Allah pula telah membuat rencana terbaik bagi manusia.  Hal apapun dapat terjadi karenanya mempersiapkan diri untuk menghadapi sesuatu yang bisa terjadi itu jauh lebih baik. Sebab di dunia ini tidak ada yang sempurna buk

Menjaga atau Memendam ?

Apa menurutmu aku perlu mengekspresikan rindu? Meski kutahu, Allah pasti tak suka itu. Apa menurutmu aku perlu menahan dan menggenggam tanganmu? Meski kutahu, bisa jadi 'yang suatu saat nanti harusnya kau untukku' tapi Allah buat kau meninggalkanku Apa menurutmu aku perlu berdiri dihadapanmu dan memelukmu? Meski kutahu, Allah akan sangat marah dan membuatmu mengacuhkanku . Bisa saja kau ucap kau tak akan begitu, kau ucap semua baik-baik saja tanpa perlu ragu Tapi kehendak-Nya; Lagi-lagi "Wallahu ya'lamu wa antum la ta'lamun [Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui]" (Qs.Al-Baqarah : 216) . . Jadi, perlu bukan? untuk kupilih diam sebagai caraku mencintaimu dengan hati yang kuhati-hati.

[Banyak-Banyaklah Bersyukur]

Sepagi ini aku masih bertanya tentang kabar hati, Masih baik-baik saja kan? Sekali saja, biarkan hatimu sejuk oleh iman, dan biarkan iman pula yang memukul mundur sedu sedanmu, cobalah. Kamu pasti bisa! Bukankah masih banyak nikmat yang Allah turunkan satu per satu di sisimu selain nikmat memiliki seseorang sebagai sandaran? Nikmat persahabatan, nikmat sebuah hidayah, nikmat selalu berkecukupan, serta nikmat-nikmat lain yang kamu mestinya lebih tau Mari banyak-banyaklah dalam bersyukur, Mulai dengan mencintai dirimu sendiri lalu menebar cinta-cinta pada setiap makhluk yang mencintaimu, Tersenyumlah pada semesta, kurangi dendam dan kebencian, serta kurangi perasaan-perasaan baper yang memicu gundah gelisah di hatimu. Tarik nafas dalam-dalam, lepas dan hembuskan sembari berpikir segala hal yang positif, Berjalan dengan keyakinan tinggi bahwa orang-orang dengan hati yang mukhlis akan baik dalam setiap langkah yang ia pijak, Hingga akhirnya kamu lupa, bahwa sebenarnya kamu telah kehila

[Menjaga Pandangan]

Dalam novel; Api Tauhid, karya Kang Abik. Novel tersebut secara kompleks menceritakan riwayat hidup seorang mujaddid yang terlahir di desa Nurs pada tahun 1300 Hijriyah, dialah Badiuzzaman Said Nursi. Badiuzzaman adalah sebuah gelar; ‘kejaiaban zaman’ pada saat itu. Said Nursi mendapat julukan tersebut lantaran kecerdasan dan daya ingatnya yang begitu tajam dan baik. . Pada sebuah bab diceritakan bahwa saat itu ada seseorang yang bertanya kepada Said Nursi perihal kelebihannya, kurang lebih maksudnya begini; “Apakah rahasiamu? Bagaimana kamu bisa mengingat dan menjaga ilmu itu melekat di dalam dadamu?” . Kemudian Badiuzzaman Said Nursi menjawab; “Aku menjaga pandanganku dari sesuatu yang Allaah haramkan terhadapku.”

Doa

Malam itu, Dua doa melingkar berpilin di angkasa. Malam itu, dua doa melingkar bertemu di langit kekuasaan-Mu. Malam itu ada begitu banyak doa yang melesat. Jika kalian melihatnya, maka ia akan terlihat seperti jutaan benang-benang terjulur. Tapi untuk yang dua ini, Jawabannya : Ya :)🍃 . . . أَمُـرُّ عَلَـى الدِّيَـارِ دِيَـارِ لَيْلَــى أُقَبِّــلُ ذَا الجـِدَارَا وَذَا الجــِدَارَا وَمَـا حُـبُّ الدِّيَـار شَغَفْـنَ قَلْبِـي ولَكِـنْ حُـبُّ مَنْ سَكَـنَ الدِّيَـارَا . . . "Bukan hanya karena fisikmu yang menawan aku mencintaimu, namun juga karena seseorang yang tersimpan dibalik ragamu" (Bediuzzaman~)

Harap (an)

Ada beberapa harapan yang memang harus dipaksa tumbang bahkan sebelum kita mengupayakan, Sebab Allah sudah lebih dulu menunjukkan bahwa itu bukan bagian kita Tak perlu khawatir berlebih, bukankah Allah tetap sebaik-baik perencana? :')

[AKU MENGINGAT]

Kita yang berjalan di negeri luas berkalung zamrud khatulistiwa. Tanah yang bermandi air bercurah cahaya. Aku mengingat kita lahir dan hidup dari saripati badannya. Hidup setiap hari dari serat tanah dan tetesan airnya. Patutnya kita berbangga.. sebab miliki satu hal yang sama untuk dibela, dipertahankan, dan dicurahkan atasnya darah dan air mata. Meski kadang tak semua seindah kelihatannya.. setidaknya kita telah belajar menyerahkan cinta padanya. Sejauh apapun, ingatan itu kembali pada anak kecil yang mengiba minta sekolah. Atau ibu bapak yang rela banting tulang memeras keringat dan tenaga untuk makan anak-anaknya. Sejauh apapun.. ingatan itu membawa pada hukum yang bisa digadai uang ataupun kuasa. Atau janji dan kata-kata yang terlanjur dikulum si miskin di rumah kardusnya.. manis.. kemudian hambar terasa. Aku mengingat kita yang mencari-cari alasan mengapa bergerak.. dan tetap memutuskan jatuh cinta. Berkali-kali jatuh cinta dan memutuskan tetap belajar merawat Indonesia.

Pahlawan Zaman Now: Sebuah Refleksi Perjuangan

“Pahlawan/pah·la·wan/ n orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran; pejuang yang gagah berani;” – Sumber: KBBI . . “Zaman Now/za-man-now/ n masa kini dimana manusia hidup” – Sumber: Kidz Zaman Now . . Pahlawan masa kini. Ia hidup pada masa setelah perjuangan Tuanku Imam Bonjol, ulama dan pahlawan yang kharismatik, mengusir penjajah Belanda di tanah Minangkabau dengan Perang Padri yang masyhur itu. Ia hidup pada masa setelah heroiknya Bung Tomo, sang Orator ulung dan jurnalis yang kritis, memekikan Takbir tanda perlawanan terhadap penjajah Inggris dan NICA-Belanda di Surabaya. . . Siapakah pahlawan masa kini itu? Apakah mereka yang hidup di masa lalu? Ataukah kita yang hidup sekarang mampu menjadi pahlawan? . . Seseorang berhak diberikan gelar “Pahlawan” setelah kontribusinya dirasakan oleh orang banyak. Ia berperan besar dalam memperjuangkan sebuah idealisme bernama kebenaran, tentu dengan banyak pengorbanan. Pikiran, tenaga, waktu, bahkan nyawa

Beku

Tidak ada yang lebih beku dari perjumpaan dua manusia pemalu. Hadirnya dua katup bibir, tak menjamin ada ucap di sana. Maka merekalah para ahli diam—untuk selanjutnya menjadi para ahli tebak. Karena tak ada yang bisa dilakukan untuk sebuah kebisuan kolektif selain menebak dan menebak. Sebab itu di sanalah kerap terjadi sebuah tragedi memilukan yang biasa kita sebut ‘tertipu oleh apa yang kita terka sendiri.’ Cerita cinta para pemalu adalah kisah yang penuh rindu pilu. Mereka habiskan senja untuk menanti bulan pujaan di perempatan jalan, untuk sekadar menatap dalam diam. Sampai sang bulan berlalu, berjalan menjauh, lalu menyisakan bayangan punggungnya untuk kemudian hilang. Kasihanilah mereka: para ahli memendam rasa; Para ahli membisu hati; Para ahli sungkan bicara. Tapi bersiaplah. Karena barangkali ketika kau tanyakan seberapa bahagia mereka, kau akan sadar bahwa sejatinya kaulah yang lebih pantas dikasihani. Lalu kau akan menangis. Tersedu. Dalam rindu yang—ternyata selama ini—sem

[Ruang Penantian]

Gambar
A : Apa yang sedang kau nantikan ? B : Aku menanti kejutan-kejutan Tuhan dan aku yakin jika segala urusan kuserahkan padaNya maka aku tidak sedikitpun dirugikan A : Apa istimewanya sebuah penantian ? Itu membosankan... . . . B : Sederhananya, menanti adalah tentang keyakinan. Yakin bahwa setiap orang punya saat yang paling tepat. Bahwa setiap orang masing-masing miliki waktu terbaiknya. Bahwa Tuhan selalu punya maksud dan itu selalu yang terbaik A : Bagaimana bagi mereka yang tidak yakin ? B : Well... Selamat menderita di ruang penantian . . Percayalah, semua akan baik-baik saja. Selama Allah masih menjadi cinta pertama

Gadis kecil menjelang remaja

Gambar
Pulang sekolah. Menonton Inuyasha. Belum berganti seragam, ia bergeletak di ruang tengah berlantai sepetak potongan bambu. Tempat paling sejuk di rumah panggung itu. Barang sebentar, ia ke dapur, makan nasi dengan telur pakai kecap. Siang masih menyala, panas meranggas. Ia dengan malas bergegas. Membawa radio, buku pr, termos kecil teh panas, dan kalau beruntung dengan kacang rebus, ke dalam kantong kresek garis hitam putih di jamannya. Ia menyebrang kampung. Melewati jalan raya, sisian sungai kecil, lalu membelah berhektar-hektar sawah. Entah bagaimana dulu penanda, orang orang selalu tau mana sawah siapa dan sawah yang mana. Di sana tugasnya sederhana: berjaga padi yang dijemur setelah disampa'. Mengusir ayam dan sapi kalau ada. Duduk di tumpukan jerami yang gatal, mengerjakan tugas sekola, menyetel radio, atau sekadar tidur tiduran menatap tenda satu bambu yang ia pancang sendirian. Langit selalu jauh. Bagi si gadis kecil, semesta benar benar raya di tengah sawah. Kala

Merawat pertemanan

Gambar
Belajar dari Mahar. Betapa menjadi teman tak cukup bertukar nama. Menjaili, memprovokasi ide ide paling gila sekalipun, mengajak mereka, menjadi yang paling istimewa bagi setiap diri masing masing. Seraya berbisik, "ah kau mesti percaya ini boi! " Lalu sekali waktu. Mendengar bisikan samudra, ke palung paling tersembunyi dan dalam dada yang gelap biru tua milik anak manusia. Keresahan dibisikkan hati hati, biar dijawab oleh kawan. Walau sebenarnya, ia tahu jawabnya ada di ujung langit, kita ke sana dengan seorang anak, anak yang tangkas dan juga pemberaniiiii *you sing, you lose *pict: google.com *Ulfiananurmi

Radio dan buku

Gambar
Rangkulanmu dan cerita ajaib dari kepalamu. Ada kerinduan pada pengetahuan di alam raya, dipelihara semesta hingga lahir anak manusia dan kita menjelma pejalan kaki, pencari sejati. Dua anak manusia. Berkawan. Berjalan. Sekawan sejalan. Bagi mereka, cukuplah, siaran RRI masih menjadi hiburan, setelah mengeringkan dua batu baterai di atap seng keropos sekolah Muhammadiyah. Juga, sekotak buku dari tetangga berseragam sekolah, ada national geographic yang entah bicara apa, tapi gambar cukup menjelaskan banyak hal. Lalu mereka yang menghambur mencari tahu apa apa yang menggelitik kepala, mereka yang kampung dan sederhana Sekali waktu, panjang umur rasa ingin tahu, membawa mereka mengimajinasikan pengetahuan yang bahkan paling sederhana menjadi barang paling langka. Selamat berkawan, berjalan, sekawan, sejalan. *pict: google.com *Ulfiananurmi

Memelihara lingkaran pertemanan

Gambar
Menumbuhkan perasaan bahagia. Sekali waktu berbagi ingin dan angan angan. Ada serbuk bintang ajaib yang diterbangkan angin dari balik sekolah PN Timah. Melenakan anak anak kampung berseragam kaus sederhana cokelat muda. Ada sekotak ajaib sekali waktu. Buku buku dibawa ke tanah lapang nan kering, halaman sekolah milik mereka. Ada gemintang yang ditangkap mata. Dari sana, teman selaras, berkawan, membangun sedikit sedikit, walau agak takut akan semerbak fana harapan di depan sana. Karena kehidupan sudah terlalu sederhana bagi mereka Anak anak manis. Tetaplah bertumbuh dalam jiwa, berteman selaras, agar manusia Indonesia tak bubar 2030 kata mereka. *pict: google.com *Ulfiananurmi

Tarian sinting paling magis

Gambar
Kau tahu boi, dari daun gatal dan batu kapur yang digoreskan ke kulit legam anak anak kampung, mereka mementaskan tarian paling aneh sepanjang sejarah Belitong. Dari kepala Mahar yang membaca national geographic, menyerap nyawa orang orang Afrika yang mereka saja bingung ada di peta bagian mana gambar itu diambil. Mahar, serupa anak monyet baling bebal di antara mereka. Seorang penggubah, dari suara serak kerontang teman-temannya jadi longlongan paling merdu di tangga nada yang keberapa, entah yang mana. Lalu mereka menari tak karuan, sutrada itu memang sinting menjaili teman temannya. Lalu membawa pulang piala, satu satunya di lemari kaca. Mereka menjelma, dari pengetahuan sederhana jadi pementasan paling langka yang pernah ada. Sekali lagi, anak anak punya caranya sendiri, bertumbuh, berkawan dan menjelma baru bersama. *pict: google.com *Ulfiananurmi

Sabar

Gambar
Saat engkau bersedia memanjangkan sabarmu, Saat itu engkau tengah mencintai seseorang . . .  ~ Percayalah, bahwa doaku kini tak lagi memaksa. Ia melangit, apa adanya...

Sampai Aku Katakan Kepadamu.

Kamu tidak pernah tahu, ada yang tergerak hatinya karenamu. Ada yang pelan-pelan berusaha menjadi lebih baik setiap harinya, karena peringatan kecil darimu, yang bahkan kamu tidak ingat pernah melakukan itu. Kamu tidak pernah tahu, ada yang ingin menyambut pagi sesemangat dirimu. Berencana menjadi bermanfaat, bergerak seirama dengan niat yang (semoga) benar, dan melangkah dengan yakin bahwa usaha tak pernah berkhianat. Persis seperti kata-katamu. Kamu tidak pernah tahu, ada yang berubah lebih bahagia hidupnya karenamu. Karena sapamu, yang bahkan kau lontarkan ke setiap sudut kota, tak hanya dia. Tapi dia tak peduli. Dia tetap tersenyum dengan rona merah muda. Hari menjadi lebih bermakna dengan kehadiranmu, meski kau tak benar-benar hadir disitu. Cukup dengan energi-energi positifmu yang entah mengakar dimana, sepertinya sudah tervibrasi ke antero semesta. Kamu tidak pernah tahu, ada seseorang yang berubah karenamu. Mungkin tak akan pernah benar-benar tahu sampai dia sendiri yang men

[Kemerdekaan ialah Hak Segala Bangsa]

Pilihan saja tidak cukup. Merdeka adalah kuasa untuk memilih dan meniti jalan selepas masanya. . Memilih saja tidak cukup. Sebab akan terbit di kesudahan pilihan kerja-kerja yang menyita tenaga. . Buatlah pilihan dalam hidup dan jalanilah setelahnya. Sebagaimana pendahulumu memutuskan merdeka dan membayarnya dengan darah serta nyawa. . Sebagaimana Ibrahim as. dan kobaran yang menyala-nyala sebagai ganjaran pilihannya menentang penguasa. Atau Bilal yang tetap berkata "ahad" di tengah dera sebagai konsekuensi dari keimanannya. . Berjalanlah terus, Tuhanmu yang bilang begitu. . Hari ini katanya kita telah merdeka Lahir ke dunia dengan segala nestapa Gigimu pun tumbuh Di tengah dunia yang sedang keruh . Di umur balita kau diakui negara dewasa lainnya Kau dianggap sebagai salah satu penerus dunia Dengan pemimpin gagah nan perkasa Kau bangun poros baru bersama anak kecil lainnya . Tiba lah masa remaja Ketika dunia tak seindah biasanya Mereka saling tuduh Dan pemimpinmu pun jatuh .

[Menjadi Uwais masa kini]

Bagaimana menjadi Uwais masa kini? Apakah harus benar-benar berhenti beraktivitas dan tidak bersosialisasi? Adalah Uwais Al Qarni, manusia yang namanya begitu terkenal di kalangan penduduk langit. Bahkan Nabi Muhammad SAW memerintahkan Ali bin Abu Thalib dan Umar bin Khattab agar meminta didoakan oleh Uwais Al Qarni, karena doanya tidak pernah ditolak Allah SWT. Hidup Uwais Al Qarni begitu menderita, namun Ia tidak pernah mengeluh dan menjalani ujian dengan sabar. Pemuda ini berasal dari Negeri Yaman dan menderita penyakit Kopak atau tubuhnya belang-belang. Penduduk kota Yaman tercengang. Mereka saling bertanya-tanya: “Siapakah sebenarnya engkau wahai Uwais al-Qarni ? “ Bukankah Uwais al Qarni yang kita kenal, hanyalah seorang fakir yang tak memiliki apa-apa, yang kerjanya hanyalah sebagai penggembala domba dan unta ? Tapi, ketika hari wafatmu, engkau telah menggemparkan penduduk Yaman dengan hadirnya manusia-manusia asing yang tidak pernah kami kenal. Mereka datang dalam jumlah sed