Beku

Tidak ada yang lebih beku dari perjumpaan dua manusia pemalu. Hadirnya dua katup bibir, tak menjamin ada ucap di sana. Maka merekalah para ahli diam—untuk selanjutnya menjadi para ahli tebak. Karena tak ada yang bisa dilakukan untuk sebuah kebisuan kolektif selain menebak dan menebak. Sebab itu di sanalah kerap terjadi sebuah tragedi memilukan yang biasa kita sebut ‘tertipu oleh apa yang kita terka sendiri.’ Cerita cinta para pemalu adalah kisah yang penuh rindu pilu. Mereka habiskan senja untuk menanti bulan pujaan di perempatan jalan, untuk sekadar menatap dalam diam. Sampai sang bulan berlalu, berjalan menjauh, lalu menyisakan bayangan punggungnya untuk kemudian hilang. Kasihanilah mereka: para ahli memendam rasa; Para ahli membisu hati; Para ahli sungkan bicara. Tapi bersiaplah. Karena barangkali ketika kau tanyakan seberapa bahagia mereka, kau akan sadar bahwa sejatinya kaulah yang lebih pantas dikasihani. Lalu kau akan menangis. Tersedu. Dalam rindu yang—ternyata selama ini—semu :')

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita dibalik Jilbab

Faidza ‘Azamta Fatawakkal ‘Alallah

Pilihan Hidup