Kelak, Di Ruang Tunggu

Tahukah kau, saat jarak berhasil kita lipat, aku ingin menatap jauh ke dalam untuk menyaksikan fajar dan senja beriringan masuk, tenggelam dan membuncah ke luar melalui kedua bola matamu.

Darinya, kita mendapatkan ilham tentang betapa banyak hari yang kita habiskan sendiri-sendiri. Dengan tanpa saksi-saksi, kita telah berhasil menyembunyikan satu sama lain dalam kedalaman yang tak pernah bisa diukur oleh hati.

Melihat pagi dari wajahmu adalah harap yang terbit ke angkasa untuk mengungguli matahari dalam bersinar. Terkadang aku harus mengernyitkan dahi dan memicingkan mata untuk sekadar memuaskan keingintahuanku akan seberapa jauh dan seberapa terang harapan itu berada.

Dan waktu akan berjalan lebih lambat, ketika kucumbui kenang dari senyum dan sapa yang hangat. Sedari awal kemunculanmu, hingga ketiadaanmu. Tapi aku tahu pasti, sejauh apapun kau pergi, kau akan selalu kembali.

Karena kau telah berhasil menjelma matahari bagiku. Bintang termasyhur yang dikelilingi oleh orang-orang baik. Yang kuharap aku adalah salah satunya yang berotasi padamu dari jarak yang aman untuk menatap dan menetap. Hingga hangat senantiasa mendekap, bukan membakar hingga aku binasa.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita dibalik Jilbab

Faidza ‘Azamta Fatawakkal ‘Alallah

Pilihan Hidup