Sebuah Revisi atas Ambivalensi

Ambivalensi adalah suatu keadaan kebingungan selepas ada dua kondisi yang diperankan dan itu bersebrangan.

Menghadapi isu yang telah dan sedang (terus) diaruskan seputar feminisme ; kita mesti mendudukkan logika kabur.
Ada semacam kecurigaan berlebih ketika kemudian di kampus dan di daerah saya, banyak menjamur seminar dan diskusi soal bahasan ini.

Ada semacam paham yang diaruskan, bahwa solusi problematika perempuan adalah dengan memberikan ruang pada perempuan dalam berbagai ranah. Inilah yang mereka suarakan, point soal Feminisme.

Sayangnya, justru sebenarnya kita seringkali mengalami kebingungan pemaknaan. Semacam terjebak dalam ambivalensi persepsi

Satu sisi, kadang inginnya menyerukan persamaan atas nama kesetaraan gender, sementara sisi lain menyerukan pen-spesialan perlakuan bila menyangkut soal kepentingan kodrati sebagai perempuan.

Kebingungan inilah yang justru dimanfaatkan oleh segelintir kalangan yang tentu saja mereka secara sadar memandang wanita sebagai objek pemulus kepentingan.

Dalam campaign bertajuk Womens March, misalnya, Salah satu dari 8 poin yang disuarakan adalah pemberian hak pada LGBTQI. Bukankah ini aneh (?)

Usut punya usut, ternyata memang ada pengarusannya. Teman-teman bisa lihat dalam postingan web UN Commission on the status of Women (CSW62) dengan misi empowering rural women and girl
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
Sebenarnya, tidak ada jalan dalam sistem hari ini bagi para perempuan untuk memuliakan diri lewat jalan feminisme, sebab ia hanya akan semakin memperalat perempuan dengan pusaran sistemnya.

Pemberdayaan perempuan bukanlah semata dengan memberikan kedudukan kepada perempuan itu. Pemberian ruang pada perempuan seringkali dianggap sebagai solusi atas persoalan perempuan. Padahal tidak sedangkal itu

Dalam islam, Allah sejak dahulu telah memuliakan perempuan. Islam tidak membeda-bedakan laki-laki dan perempuan berdasar gender, melainkan karena ketaqwaan. Islam telah dengan gamblang mencontohkan pemuliaan terhadap perempuan. Apa yang diaturkan sejatinya merupakan penjagaan

Jadi mengapa tidak mengkaji dulu saja? Tetimbang menyuarakan kebingungan mbakku 🙈

#FeminisMabok

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita dibalik Jilbab

Faidza ‘Azamta Fatawakkal ‘Alallah

Pilihan Hidup