Surat Untuk Suami Masa Depanku

Salam.

Semangat pagi, Suami Masa Depanku.

Aku tahu, surat ini sampai padamu saat gelap menyelimuti bumi. Tapi izinkanlah aku untuk mengucap semangat pagi padamu tak peduli pagi, siang maupun malam. Aku ingin jiwa kita selalu semangat seperti semangat di pagi hari.

Wahai suami masa depanku, aku sungguh buta siapa dirimu, dimana kau tinggal dan apa yang sedang kau kerjakan kini. Aku bahkan tak tahu apakah kita sudah bertemu atau belum.

Meski aku tak tahu apapun tentang dirimu, namun kau harus tahu bahwa aku mencintaimu. Ya, i've loved you for a thousand years. Aku telah mencintaimu meski Tuhan belum mempertemukan kita dalam mahligai pernikahan.

Wahai suami masa depanku, aku sering menyebut nama-mu dalam doa. Kugelar sajadah sebagai alas terindah untuk menyatakan rinduku padamu kepada Tuhan kita. Suamiku, aku begitu menanti hadirnya dirimu. Meski begitu, aku tak meminta Tuhan mempercepat pertemuan kita. Aku meminta pada Tuhan untuk memperkaya diriku dengan ilmu sehingga saat kita bertemu nanti, aku telah siap dalam kondisi yang sebaik-baiknya. Aku meminta pada Tuhan untuk memberikan waktu yang terbaik pada kita. Karena aku percaya, skenario-Nya adalah yang terbaik.

Wahai suami masa depanku, kau sedang apa? Aku berharap kau selalu berada dalam jalan Tuhan dan tetap semangat dalam menggapai mimpimu. Aku menilaimu dari agamamu, kesungguhanmu, semangatmu, kecerdasanmu, kemandirianmu dan cintamu padaku. Tak mengapa di awal kau bawa aku dalam kehidupan materi yang serba tak ada. Namun aku harap, tekad dan semangatmu untuk memperbaiki kualitas hidup tetap ada pada dirimu.

Wahai suami masa depanku, barangkali aku akan kepayahan menghadapi kesungguhanmu dalam meraih mimpi kita. Maka bimbinglah aku, berilah aku ilmu dan ajaklah aku dalam setiap titian langkahmu. Wahai suami masa depanku, kau selalu menjadi orang pertama yang mengetahui seluk beluk tentang diriku. Kulihat kau begitu mendukung mimpiku. Kau tak merasa berat saat melihatku tenggelam dalam buku-buku dan tulisan. Kau tak mengekangku seperti yang kusir lakukan pada kuda. Kau mengikatku dengan kebebasan bertanggung jawab, yang membuat rasa cintaku padamu bertambah. Dan ini semakin membuatku ingin memberikan yang terbaik padamu.

Wahai suami masa depanku, pikiranku sering berkelana, bahwa kelak kita akan berhaji bersama serta menyusuri negara-negara di dunia bersama. Kau membiarkan punggungmu memikul tasku yang beratnya bukan kepalang. Kubalas pengorbananmu itu dengan pijatan yang melegakan. Di tangan kananmu, kau genggam tangan kiriku. Sedang tangan kirimu menggenggam kamera yang menjadi saksi kebersamaan kita.

Wahai suami masa depanku, barangkali di awal pernikahan nanti kau akan segera tahu betapa buruknya aku. Barangkali masakanku nanti tak senikmat masakan ibumu, namun aku berusaha untuk memperbaikinya. Sungguh, maafkanlah segala kekuranganku. Aku akan selalu berusaha untuk memperbaiki sikap dan keterampilanku.

Wahai suami masa depanku, bersamamu aku ingin meniti langkah menuju surga. Tuntunlah aku selalu dalam kebaikan dan berilah aku nasihat bila aku keliru dalam mengambil langkah.


Wahai suami masa depanku, selamat berjuang.

Selamat memperbaiki diri. Jemputlah aku bila kau telah siap.

Aku menantimu dengan sabar, dalam balutan ketaatan padaNya.

Dari aku yang mencintaimu,

Istri Masa Depanmu.

Dian Rahmana Putri

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita dibalik Jilbab

Faidza ‘Azamta Fatawakkal ‘Alallah

Pilihan Hidup