Pada Puisimu; Kehilangan Semoga Dapat Membuat Riwayatku Lebih Panjang

Apa yang terjadi pada kata-kata ketika aku mengiba pada pepuisi? Dalam reringkuk pelukan masih saja kutemukan lebih nyata yang kubaca daripada yang kau paksa kudengar. Seandainya tiap-tiap kita mampu bertukar posisi. Apa yang akan ingatanmu lebih percaya, aku atau puisi? Kelak, jika aku mati lalu usia kenanganmu habis--menyusulku ke surga, bagaimana lagi caraku menyampirkan lengan, agar pundakmu tak lupa menggenap, melainkan oleh bebingkai kisah yang selalu kita puisikan? Bukankah pada akhirnya, kau berhutang terimakasih pada keputusanku yang tak lebih cepat menjadi penulis? sebab sungguh, kenangan kita lebih banyak melukai orang lain ketimbang diri sendiri. Mengebumikannya di liang-liang jiwa adalah pilihan tak dewasa untuk kolektur peristiwa macamku. Dan kenyataanya, tak akan ada yang cukup memahami hal itu. Untukmu; jika kau sedih, rindu, marah, bahagia, jangan menulis. Jika telah cukup menyiksa, ingatlah bahwa bertahun-tahun aku melakukannya demi menyelamatkan mata sebuah hati yang kelak kuanggap tepat; jika kini kau sadari siapa--lantas mengertilah betapa menahan diri tak pernah cukup mudah. Bukankah pada akhirnya, aku berhutang kesabaran demi segala puisi yang terlanjur menubuhkan dirinya di mata segala wanita yang disisihkan takdir pada urat namamu? Sebab sungguh, kenangan yang kita bawa, acapkali lebih sering ditanggung orang lain bebannya. Memakamkan luka tak sama dengan menabung bahagia. Dan kenyataannya, kita lebih sering lupa sedang merasai apa. Selebihnya dunia mati demi menunggu kita sadar dari ingatan-ingatan keparat. Sudahkah kau bangun, Hai Tuan? Ratusan malam telah terbunuh, ribuan air mata jatuh, jutaaan kecupan di bibirmu bahkan masih tiada kesanggupan menjanggal kelopakmu dari katup. Demi apa aku harus mengulum nyawa jika pada pepuisimu aku selalu hanya jelmaan rahasia? Demi apa harus kuulang kehidupan jika bersama tak pernah cukup berdua? Pada Puisimu; Kehilangan semoga benar dapat menyelamatkan riwayatku dari tamat. Makassar, Juni-Juli 2013 Azure Azalia

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita dibalik Jilbab

Faidza ‘Azamta Fatawakkal ‘Alallah

Pilihan Hidup