Bising

 


Kita pasti akan melewati beberapa orang dalam hidup ini untuk sampai di titik di mana kita belajar atau menetap. Kehadiran kehadiran yang membuat kita bertemu dengan masalah, juga dengan perasaan yang berbunga-bunga. Perasaan yang hadir silih berganti memberi kita kekayaan emosi yang cukup untuk bekal kemudian hari. Sampai saat kita tengah menjalani kehidupan dewasa ini. Kita menjadi mengerti bahwa bekal yang kita bawa ini adalah sesuatu yang dulu sering kita terima dengan terpaksa: kecewa, patah hati, penghianatan, keputus asaan, lelah, dan semua hal yang ternyata menjadi pelajaran berharga. Kini kita sudah terbiasa menghadapi lelahnya perjalanan, tidak lagi terpuruk saat dikecewakan, tahu untuk tidak lagi berharap lebih kepada orang lain, dan semua bekal pelajaran hidup berharga yang tak mungkin kita dapatkan hanya dari membaca buku, melainkan memang harus mengalaminya. 

Langkah kita semakin ringan, kita semakin tahu cara menghadapi beragam situasi. Dan kita semakin percaya bahwa kita telah tumbuh, saat melihat ke belakang menyaksikan jejak yang kita buat dan menertawakan diri kita pada masa lalu. Suara-suara bising yang ada di kepala kita tidak lagi menjadi sesuatu yang memekakkan. Kita bisa mendengar dengan lebih jelas, mana kata hati kita. Kita bisa mengambil sikap dengan suara-suara orang lain.

Kita pasti akan melewatinya meski proses yang akan kita tempuh nanti tidaklah mudah. Paling tidak, kita percaya kepada diri sendiri. Tunjukkan bahwa kita layak untuk memenangkan semua kebisingan ini. Tunjukkan bahwa apa yang mereka katakan tentang kita, tidaklah berarti apa-apa.

Bumi Allah,

Bising

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita dibalik Jilbab

Faidza ‘Azamta Fatawakkal ‘Alallah

Pilihan Hidup