Muslim Bukan Umat Yang Lemah
Pernah tidak, kita mendengar一atau teringat tentang perang terbesar setelah perang Ahzab?
Ialah perang Mu'tah. Perang yang berlatar belakang terbunuhnya seorang utusan Rasulullah -Shallallahu Alayhi wa Sallam- ; al-Haris ibn Umair al-Azdi. Saat itu Haris diutus untuk mengantarkan surat kepada pembesar Basrah. Namun ditengah perjalanan ia dicegat dan diserahkan kepada kaisar hingga ia pun tewas dipenggal.
Saat itu, membunuh seorang utusan adalah tindakan yang sangat tercela, sama saja dengan menabuh genderang peperangan.
“Apabila Zaid ibn Harisah gugur, penggantinya adalah Ja'far. Apabila Ja'far gugur, penggantinya adalah Abdullah ibn Rawahah.” Sabda Rasulullah.
Berangkatlah 3000 pasukan Muslimin hingga tiba di Mu'an (termasuk wilayah Syam yang berbatasan dengan wilayah Hijaz utara). Saat itu kaum Muslimin menerima informasi bahwa Kaisar Heraklius telah berada di Ma'ab bersama seratus ribu pasukan Romawi. Tidak luput pula himpunan pasukan lain yang menyertainya; ialah dari Lakham, Judzam, Balqin dan Bahra. Hingga jumlahnya mencapai dua ratus ribu orang.
(Mendengar kisah ini sungguh dada saya bergetar, bisakah kita membayangkan 3000 pasukan Muslimin bertemu dengan 200.000 pasukan musuh? 😭)
Ketika mengetahui hal itu, mereka pun berunding untuk memusyawarahkan permasalahan tersebut. Akhirnya mereka memutuskan untuk mengirim surat kepada Rasulullah dan memberitahukan jumlah kekuatan musuh.
“Wahai kaumku!” Sela Abdullah ibn Rawahah
“Demi Allah, apa yang kalian benci pada saat ini sebenarnya sesuatu yang kalian cari, yakni mati syahid. Tidaklah kita memerangi pasukan yang memiliki jumlah dan kekuatan yang sangat besar. Kita memerangi mereka hanya demi agama ini yang dimuliakan Allah Azza Wa Jalla. Oleh sebab itu, berangkatlah! Disana hanya ada satu diantara dua kebaikan, yakni menang atau mati syahid!”
Dada-dada mereka pun bergemuruh, api semangat menguasai diri mereka; lillah.. lillah.. lillahita'ala. Allahu Akbar, kalimat agung terus berkobar.
Bertemulah kini 3000 manusia menghadapi 200.000 manusia, bak batu karang yang hendak diterkam lautan manusia. Sesuai perintah Rasulullah, panji-panji perang digenggam Zaid hingga ia pun terbunuh. Tidak ada yang satu pun pahlawan islam yang menandingi keberanian Zaid ibn Haritsah. Panji tersebut beralih kepada Ja'far ibn Abu Thalib. Tangan kanannya terkena sabetan pedang hingga putus, diraihlah panji tersebut dengan tangan kirinya. Ia terus maju menembus peperangan hingga kemudian tangan kirinya pun tanggal. Hingga didekapnyalah bendera tersebut sampai ia syahid. Panji tersebut diraih oleh Abdullah ibn Rawahah, keraguan merasuki rongga dadanya. Cepat-cepatlah ia singkirkan, ia pun bersyair;
“Aku bersumpah, wahai jiwa turunlah
Dengan cara terpaksa atau taat
Biarkan manusia berteriak dan menghina
Sedang aku tidak melihatmu enggan masuk surga.”
Ia menerobos maju kedepan, bertarung dengan gagah hingga ia pun terbunuh.
Kemudian Khalid ibn Walid tampil mengambil panji peperangan, ialah sahabat Rasulullah yang memiliki julukan pedang Allah. Atas izin Allah ia mengamankan posisi kaum Muslimin kala itu. Kecerdasannya mengatur strategi perang amatlah cemerlang hingga menumbuhkan benih-benih ketakutan didada musuh-musuh Allah. Akhirnya, pasukan Romawi memutuskan untuk kembali kenegerinya, dan kaum Muslimin kembali ke Madinah dengan selamat.
Dari kubu muslimin tercatat 12 orang yang gugur, sedangkan kubu Romawi tidak tercatat jumlahnya. Namun dari gambaran peperangan diketahui jumlahnya cukup banyak, Wallahu'alam bishawab.
Ekspedisi militer Mu'tah ini memberikan dampak positif pada pamor Muslimin. Bagaimana tidak? Bangsa Arab Quraisy mempredikisi bahwa kenekadan kaum Muslimin menyerang Romawi sama saja dengan bunuh diri. Fakta yang terjadi perang tersebut menunjukkan pertolongan Allah yang pasti akan datang. Selagi niat kita tulus, putih.. Serta bersih hanya karena Allah semata.
Masih berdecak bukan? 3000 pasukan Muslimin biasa melawan 200.000 pasukan terlatih. Ini memberi bukti, kaum Muslimin bukanlah kaum yang lemah. Justru, mereka adalah umat yang senantiasa dikuatkan dengan pertolongan Allah.
Lantas bagaimana dengan kita? Apakah saat ini ucapan beliau, Rasulullah Shallallahu Alayhi wa Sallam tengah terjadi? Bahwa; ‘saat itu一kaum muslimin banyak sekali jumlahnya; namun mereka bagaikan buih di lautan.’
Mereka (saudara kita diluar sana), adalah orang-orang pilihan
Mereka (saudara kita diluar sana), adalah salah satu dari keajabian zaman
Mereka (saudara kita diluar sana), adalah hamba-hamba Allah yang seharusnya mengibarkan semangat kita untuk terus berjuang.
Kita bisa melihat, bahwa ketakutan itu tidak ada didalam dada mereka. Mereka berdiri dengan gagah menghadapi musuh Allah dengan berani. Entah tua, muda hingga anak-anak remaja dan bocah;
“Bagaimana bisa?”
Sebab hati mereka telah dipenuhi dengan Iman. Iman mereka dipagari dengan ayat-ayat Al-Qur'an. Yaa Allah, semoga kita sama-sama mampu berjuang, tidak letih untuk mendo'akan. Hasbunallah wa ni'mal wakil.
Avilia Armiani
Komentar
Posting Komentar