Yang Abadi
Hidup berubah. Lagi.
Sebagai anak muda yang emosinya juga masih suka berubah, perubahan rencana hidup yang juga secara konstan terjadi bikin saya sering keteteran.
Kayaknya banyak deh yang merasakan hal yang sama. Firasat saya sih ini masalah umum untuk anak muda. Atau mungkin bukan cuma anak muda, tapi masalah semua orang berapapun usianya.
Masalahnya, di buku-buku ga pernah diajarkan: hidup itu memang begitu tabiatnya. Berubah sana sini tanpa aturan, suka suka dia.
Di TV dan sosial media juga ga ada petunjuknya. Dari timeline mah yang ada cuma bahagia, hidup kayaknya isinya cuma ketawa dan hura hura. Padahal kita semua tahu ga begitu aslinya.
The fact is: yes, life is constantly changing. Embrace it. Seperti kata Chief Bogo di Zootopia.
Itulah kenapa teori Darwin bilang yang akan bertahan adalah yang paling cepat beradaptasi. Bukan yang paling kuat. Bukan yang paling kaya. Apalagi yang paling hits kece badai membahana.
Karena akan ada masanya ketika kuat, kaya, dan hits kece badai membahana jadi tidak relevan.
Memang sepertinya kita harus terima. Kita mungkin punya rencana - dan memang harus ada - tapi hidup akan selalu berubah. Dan gapapa.
Tidak ada masalah dengan perubahan, tinggal kita yang menyesuaikan. Belajar beradaptasi. Berubah, adaptasi lagi. Berubah lagi, adaptasi lagi.
Hingga akhirnya saya bisa paham arti sebuah jargon jaman kampus yang dulu terdengar cheesy, tapi ternyata maknanya dalam sekali.
“Karena yang abadi, hanyalah perubahan itu sendiri”
@catatansangmusafir
Komentar
Posting Komentar