Siapa Yang Aku Cinta?

“Siapa? Siapa yaa~ Ayah? Ibu? Kakak-Adek, atau semuanya? Atau ada tambahan. Suami/Istri, anak, dan Ah tentu banyak!” Ada kabar gembira, kawan. Bahwa Imam Al-Bukhari dan Muslim, meriwayatkan begini; “Dan kelak akan dihimpun seseorang itu bersama yang dicintainya.” Siapa yang tidak percaya dan berani menyangkal apa-apa yang dikatakan oleh Al-Mushthafa Shallallaahu ‘alayhi wa sallam? Bukankah setiap perkataan Rasulullaah Shallallaahu ‘alayhi wa sallam itu adalah sebuah kebenaran yang Allaah izinkan? ‘Aisyah radhiyallaahu ‘anha pernah ditanya tentang akhlak Rasulullaah shallallaahu ‘alayhi wa sallam, dan beliau pun menjawab, “Akhlak beliau adalah (melaksanakan seluruh yang ada dalam) Al-Qur’an.”, lantas, siapa yang berani mengatakan bahwa beliau berdusta perihal ini? Bahkan, Allaah Ta’ala berfirman; “Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Qur’an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya). [QS. An-Najm 03-04] Nah, jadi ucapan diatas (seseorang akan dihimpun dengan yang dicintainya) berarti juga adalah sebuah bocoran yang Allaah Azza Wa Jalla berikan kepada kita nih, MasyaAllaah..ini kabar gembira, kan? Benar. Tentu saja, ini adalah kabar gembira untuk hamba-hamba-Nya yang mencintai Rasulullaah Shallallaahu ‘alayhi wa sallam diatas segala urusan dunianya, mencintai sahabat-sahabat beliau setelahnya, dan mencintai orang-orang shalih setelahnya. Kabar gembira, bahwa kelak mereka akan terhimpun bersama mereka, berada dalam satu naungan bersama-sama dengan mereka. Rabbana, siapa yang tidak gembira? Imam Asy-Syafi’i pernah berujar, “Aku mencintai orang-orang shalih, padahal diriku tidak termasuk diantara mereka. Semoga dengan cinta itu, akan kugapai syafaat.” Tidak kalah, Imam Hasan Al-Bashriy juga menasihati kita, “Perbanyaklah kawan-kawan yang shalih, sebab mereka memiliki syafa’at di Hari Kiamat.” Maha Penyayang, Allaah. Inilah sebuah kabar gembira. Namun, bagaimana dengan kita? Yang mengaku mencintai mereka, namun amalan sama sekali tidak mencerminkannya. Yang mengaku mencintai mereka, namun ketika mendengar nama-nya (Rasulullaah Shallallaahu ‘alayhi wa sallam), tidak mau bershalawat kepadanya. Boro-boro menangis tatkala dikisahkan pedih lebam penderitaan beliau ketika mengemban dakwah dan risalah-Nya. Melihat orang-orang yang menjalankan Sunnah-nya saja, kita menatap sinis dan lebih gemar mencelanya. Astaghfirullaah.. Mari membangun kembali cinta, mari merapihkan kembali struktur-struktur cinta. Sebab, apalah artinya cinta, jika ia malah membawa kita kepada murka-Nya? Jika dengan amalan, aku belum mampu menggapai surga. Semoga, dengan mencintai mereka (orang-orang shalih) aku mampu mendapat syafaat tatkala berada pada masa peradilan yang teramat berat. Kawan, kelak, jika terpanggil namaku dihadapan Rabb-mu. Dan engkau mendapatiku dalam keadaan yang begitu payah dan menyedihkan. Maka, bantulah aku. Katakanlah kepada Allaah, bahwa aku pernah menuliskan tulisan-tulisan tangan ini, hingga sampailah (juga) kepadamu. Katakanlah kepada Allaah, bahwa aku.. adalah seorang hamba-Nya, yang percaya dan yakin dengan seluruh keridho’ anku kepada-Nya. Bahwa Allaah,satu-satu nya Yang Maha Cinta, dan hanya dengan Cinta-Nya, Ia mampu menghimpunku bersama dengan orang-orang yang kucinta. sumber : https://catatansangmusafir.tumblr.com/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita dibalik Jilbab

Faidza ‘Azamta Fatawakkal ‘Alallah

Pilihan Hidup