Perempuan tulus
Aku pernah menitipkan cinta ini pada seseorang, yang pada
akhirnya orang itu tak mengindahkan titipanku. Maaf, jika sekarang aku
mencintaimu dengan adanya orang-orang sebelum kamu. Tetapi, percayalah,
aku mencintaimu tak ada bekas-bekas lalu, semuanya terlihat baru.
Entah apa yang membuatku memilihmu untuk menjadi partner
dalam meraih mimpi-mimpiku. Kadang aku bertanya, mengapa kamu? Semesta
kadang selucu ini, memberikan misteri-misteri yang jauh dari nalarku.
Yang pasti, aku mencintai kamu. Sudah. Begitu saja.
Ada yang perlu kamu tahu, aku hanya punya tulus. Aku
perempuan yang paling bisa menunggu. Aku perempuan yang, yasudah ini
aku. Jika aku cinta, maka aku akan mencinta dengan baik. Aku perempuan
yang mudah sekali menghujani pipi. Aku perempuan yang sulit sekali untuk
marah, sebagai gantinya aku malah menyiksa hati, menangis sampai tak
hitung hari, tanpa sepengetahuan siapapun, bahkan orang mati. Hingga
pada akhirnya, orang sebelum kamu tak kuat dengan ketulusanku. Maka aku
ditinggal, tanpa sebab, berulang kali, sakit menghujam hari, belati
balapan menyentuh hati, merobek sana sini, duh, aku takut itu terjadi
lagi.
Sudah, aku tak bermaksud mengingat masa lalu. Jelas,
sekarang kamu, yang paling aku tunggu, dengan rasa yang baru dan catatan
bahagia yang mengharu. Kamu, bagian rencana bahagiaku.
-
Komentar
Posting Komentar