Surat Cinta untuk Kaum Wanita, Bacalah!

Hari semakin berjalan, peradaban terus bergulir walau berganti generasi. Ada yang bersyukur, namun tak sedikit yang kufur. Langit tetap sama, indah dengan segala gugusan bintang, tanpa tiang dan tak retak sedikitpun, Namun entah kenapa banyak yang menolak kebenaran.
Kecerdasan manusia berbeda-beda menangkap pesan yang tertuang dalam rangkaian nasehat yang sarat dengan isyarat, ada yang mudah menangkap, kemudian menerima dengan lapang dada. Namun ada juga yang bebal, tak mempan dengan segala cara, tiada pilihan kecuali berdoa. Itu sudah sangat cukup!
Seorang Muslimah membutuhkan sosok pahlawan yang bisa menasehati kendati kehadirannya hanya satu orang, ketimbang seribu orang yang membersamai namun selalu membantahnya.
Betapa banyak orang yang selalu bersama-sama, namun hati mereka bercerai berai dan betapa banyak orang yang terpisah, namun hati selalu bersatu padu, kokoh dan seirama.
Hidup dan mati seorang Muslimah teramat mulia, kesulitan yang menghimpit dan kesedihan duniawi tidak pantas membuatnya bersedih hati. Belajar untuk terus bersabar dari sejarah para Nabi;
Nuh yang dihinakan kaumnya,
Ibrahim yang tertolak dakwahnya dan terusir oleh ayahnya,
Yakub yang dipisahkan dari anak kesayangan dan buyar penglihatannya,
Musa dan Bani Israil yang hampir tersusul Firaun beserta bala tentaranya,
Ayyub yang hidup dalam derita dan dijauhi keluarganya,
Yunus yang pernah hidup dalam perut ikan di kegelapan dan dalamnya lautan,
Dan Muhammad beserta kaum muslimin yang terkepung dalam perang parit dengan jumlah armada musuh yang lebih dahsyat.
Ketika mereka sudah hampir pada titik keputusasaan hingga berkata;
 “Dimanakah dan kapan datang pertolongan Allah?”.
Pada saat itu mereka sebenarnya telah mendapat petunjuk Allah Ta’ala karena tiada pertolongan selain dari Allah semata. Tiada jalan keluar selain pintu dariNya dan inilah karunia terbesar bagi seorang hamba berupa hidayah. Maka katakan saja beberapa kalimat indah berikut:
“Innii dzaahibun ilaa Robbi sayahdin”  (Sesungguhnya aku pergi menghadap kepada Tuhanku, dan Dia akan memberi petunjuk kepadaku).
“Inna ma’iya Robbi sayahdin”  (Sesungguhnya Tuhanku besertaku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku)
“Innii Muhaajirun ilaa Robbii,  innahu Huwa Al-Aziz Al Hakim”  (Sesungguhnya aku akan berpindah ke (tempat yang diperintahkan) Tuhanku (kepadaku); Sesungguhnya Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana).
Dalam kondisi sulit seperti ini, maka seorang hamba berhak dihilangkan dari kesedihan dan kesulitannya, karena pintu-pintu langit sejatinya telah terbuka untuknya dengan cucuran rahmat dan keberkahan dari Allah semata. Maka berbahagialah!
Ketahuilah! Jika landasan hidup seorang Muslimah karena Allah Ta’ala. Maka semua masalah seberat dan sehebat apapun akan terasa ringan dan mudah tanpa perlu frustasi, menyalahkan orang, takdir apalagi sampai gila hingga gantung diri.
Berbahagialah dalam melewati hari-hari, karena tiada yang membuat seorang hamba lebih berbahagia melainkan bertemu dengan hari jum’at penuh berkah dan waktu-waktu mustajab, kemudian menanti jum’at berikutnya hingga akhirnya berjumpa dengan bulan ramadhan penuh kemuliaan.
Puncaknya ia diperkenankan melihat Robbnya, berkumpul dengan para Nabi, orang-orang shaleh yang dicintai dari kalangan kerabat maupun sahabat. Saling berhadapan berbagi keceriaan dan cerita, tiada cela sedikitpun dengan karunia yang tidak akan pernah putus. Ya Robbanaa wa lakal hamdu.
Duhai sebaik-baik perhiasan dunia!
Ketahuilah! Dalam sejarah orang-orang baik cenderung sering menjadi korban dan berumur pendek, adapun yang kurang baik terkadang memiliki segalanya dan berumur panjang. Generasi setelahnya harus pandai mengambil pelajaran. Idealnya bisa berumur panjang dan banyak tabungan amal sholehnya.
Rata-rata umur manusia sekarang hanya setengah abad, kita sudah terasa lama hadir menghiasi bumi yang sudah tua renta, sisanya bisa kita hitung masing-masing. Diantara kita berbeda dalam menyikapi masalah duniawi.
  • Ada yang sibuk dan terlena dengan perkara dunia, kemudian bersedih karenanya.
  • Ada yang terus mencari jati diri, selalu dibuat galau karenanya
  • Ada yang tidak kawatir dan tidak pula bersedih , karena perkara dunia sangatlah mudah, yang sulit adalah perkara akherat.
 Ketahuilah! Bahwa manusia paling berbahagia di dunia ialah ;
Mereka yang senantiasa beriman, bertasbih siang dan malam, senang bersujud, pandai mengagungkan dan memuliakan, tetap beribadah sampai ajal menjemput, memohon pertolongan, meminta perlindungan, mengadukan segala keluh kesah, senang bertawakkal, terus bersabar, tegar menjalani kehidupan, bersyukur atas segala limpahan karunia, konsisten dalam beramal kebajikan, memohon ampun dan menyegerakan bertaubat, dan menyerahkan segala urusan hanya kepada Yang Maha Mendengar, Maha Melihat dan Maha memperkenankan doa-doa yaitu Ar-Rahman, Dialah Allah Ta’ala yang Maha Pemurah.
 وَمَنۡ أَحۡسَنُ دِينً۬ا مِّمَّنۡ أَسۡلَمَ وَجۡهَهُ ۥ لِلَّهِ وَهُوَ مُحۡسِنٌ۬ وَٱتَّبَعَ مِلَّةَ إِبۡرَٲهِيمَ حَنِيفً۬ا‌ۗ وَٱتَّخَذَ ٱللَّهُ إِبۡرَٲهِيمَ خَلِيلاً۬ (١٢٥)
“Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan.” (QS. An Nisaa: 125)
Teriring salam dan doa di akhir untaian nasehat, Semoga Allah Ta’ala senantiasa memberikan kebahagiaan dan merahmati para wanita yang kelak akan menjadi penaung dan rumah peradaban bagi keluarga serta keturunan mereka. Ya Robbanaa.
Guntara Nugraha Adiana Poetra, Pimpinan redaksi kajian Islam progresif


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita dibalik Jilbab

Faidza ‘Azamta Fatawakkal ‘Alallah

Pilihan Hidup