Abu Trump Al-Amriki (2)
Ada dua kemungkinan saat orang tidak takut dikecam oleh puluhan pemimpin negara, jutaan demonstran, dan ratusan juta netizen dari seluruh penjuru dunia.
Pertama, orang tersebut telah menyiapkan kekuatan yang lebih besar dari seluruh yang menentangnya.
Kedua, ada pelakon drama di antara orang-orang yang mengecam. Lain di muka, lain di bekakang. Mengutuk di depan, mendukung di belakang.
Sungguh luar biasa seorang Trump (Presiden Amerika Serikat)
Deklarasi "Yerusalem Ibu Kota Israel" tentu bukan hanya ulah Trump seorang. Ada mesin gelap, besar, dan menyeramkan yang bekerja di belakangnya. Hanya saja orang ini yang paling jadi bahan hujatan atas langkah ini.
Kalau merujuk buku "They Dare to Speak" karya Paul Findley kita tahu, tak ada presiden Amerika terpilih tanpa persetujuan AIPAC. Tak ubahnya dengan seluruh langkah strategis yang dijalankan.
Deklarasi pencaplokan jantung hati umat Islam ini, tentu juga bukan rencana 2-3 bulan, yang asal dijalankan. Pasti sudah direncanakan dengan amat matang.
Betapa visionernya mereka, dalam waktu 100 tahun, sejak Deklarasi Balfour 1917 oleh PM Inggris, hari ini mereka berhasil mendeklarasikan Yerussalem sebagai Ibu kota Israel oleh Presiden Amerika.
Butuh waktu 100 tahun!
Bukan hanya mempersiapkan dua deklarasi yang berselang 100 tahun.
Mesin gelap di belakang Trump, yang sering kita sebut Zionis, juga mengondisikan umat Islam, agar tak terulang sejarah kelam generasi Umar bin Khattab, Muhammad Al Fatih, atau Salahudin Al Ayubi.
Generasi yang sukses mempecundangi pasukan salib.
Dalam rentang 100 tahun, Zionis berhasil membuat "cacat" umat Islam. Coba tengok, saat Al Quds diusik, masih banyak masyarakat yang santai menanggapinya. Tak resah dan gelisah dengan tragedi yang menggetarkan bumi dan langit ini.
Maka, jadi hal yang mudah mencuri harta berharga terakhir di Palestina, saat pemiliknya telah buta dan tuli.
Pertanyaan besar selanjutnya adalah?
Mengapa Allah biarkan ini semua terjadi? Kalau lah Al Quds tanah suci umat Islam, kalau lah AlQuds tanah yang diberkahi, mengapa hari ini kondisinya terluka?
Jawabannya karena Allah sedang membentuk skenario di muka bumi, agar terlihat mana manusia yang mau berjuang mana yang tidak. Mana yang benar-benar beriman mana yang tidak.
Mana mereka yang mau mengorbankan kuotanya, citra dirinya, pikirannya, hartanya, jiwanya, bahkan nyawanya untuk Allah, dan mana yang tidak.
Mari cek surah Al-Ankabut ayat 2-3 "Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan mengatakan 'kami telah beriman' sedang mereka belum diuji?" Lalu sebagian bertanya, Mengapa Allah mengetes hamba-Nya diam-diam. Bukan kah selalu ada pengumuman sebelum ujian berlangsung?
Sejak 1400 tahun yang lalu Allah telah mengatakannya dalam Surah Ali-Imran ayat 140.
"Dan masa kejayaan dan kehancuran itu, Kami pergilirkan di antara manusia agar mereka mendapat pelajaran; dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman dengan orang-orang kafir dan supaya sebagian kamu dijadikan-Nya gugur sebagai syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim.” .
Kalau boleh memilih, tentu kita ingin dihidupkan dalam masa gemilangnya Islam jaman Umar bin Khattab, atau Muhammad Al Fatih. Namun, apa daya hari ini Allah takdirkan kita jadi saksi sejarah Deklarasi gila Trump.
Komentar
Posting Komentar