Amalan Hangus Karena Status
"Amalan Hangus Karena Status"
Judul ini bermaksud untuk sedikit me review materi.
Memang awalnya sangat berat untuk membuat artikel dengan materi ini, namun insyaAllah semoga bisa bermanfaat untuk kita semua Social media dewasa ini telah menjadi trend di kalangan remaja, anak-anak, maupun orang dewasa, banyak sekali yang memanfaatkan social media ini untuk berbagai hal, tak terkecuali para aktifis dakwah yang memanfaatkan Sosial media ini sebagai salah satu fasilitas untuk berdakwah.
Untuk membagikan postingan postingan yang islami dan bermanfaat, ada yang juga melakukan kampanye gerakan gerakan positif melalui social media, untuk membentuk sebuah komunitas yang bergerak si dunia keislaman dan masih banyak yang lainnya.
Ada juga yang memanfaatkan social media ini juga untuk memfasilitasi diri melakukan hobi seperti misalnya menulis atau membuat poster poster dakwah untuk mengajak orang orang agar ikut serta untuk melakukan kebaikan.
Tapi sadarkah kita bahwa teknologi ini pun bak pisau ber mata dua yang di satu sisi dapat memberikan manfaat dan di satu sisi bisa merugikan juga. Tidak sedikit para aktifis dakwah yang justru bukannya mendapatkan pahala dari postingan postingannya, malah justru mengurangi nilai amalan amalan yang di kerjakan. Kenapa?
Sebagai seorang aktivis dakwah memang berrdakwah sambil berselancar di dunia maya adalah hal yang menyenangkan. Mungkin pada awalnya kita hanya berniat untuk mencari artikel artikel islami untuk menambah ilmu pengetahuan tentang islam dan lain sebagainya, namun lambat laun kita juga menemukan celah dimana kini kita juga bisa menyampaikan kebaikan melalui media social yang nyatanya dimana disana ada banyak orang yang melihat kita secara maya lewat sebuah akun.
Dan di mulailah para aktivis dakwah melaksanakan syi’ar nya di media social.
Saya sendiri pun sangat senang melihat bahwa kini social media pun diisi dengan hal hal yang bermanfaat, saya juga termasuk likers dan juga followers dari beberapa akun dakwah yang kini juga mulai menjamur.
Dan juga diikuti dengan tokoh tokoh yang dulu hanya bisa kita lihat di tabligh akbar atau kajian kini sering kali menyebarkan tausiyah di media social. Diikuti juga oleh aktivis aktifis dakwah yang juga melakukan syi’ar di media social rasanya adem sekali ketika membaca tulisan tulisan yang mengingatkan akan kebaikan.
Namun seiring berjalannya waktu Banyak sekali aktifis dakwah yang berniat baik untuk mengajak orang orang untuk ada di jalan kebaikan namun di sertai dengan memperlihatkan amalan yang telah di lakukan, dan itu tidak sesuai dengan apa yang di ajarkan Rasulullah karena sudah pasti Rasulullah melarang kita untuk melakukan perbuatan Riya, lalu bagaimana yaaaa?
Sering kali menjumpai kalimat kalimat status seperti ini “Alhamdulillah hari ini Kholas 30 Juz” “Walau Lelah harus tetap bisa Bangun di 1/3 Malam terakhir nanti, Semangat!” “Alhamdulillah, buka puasa hari ini bisa makan enak, Terimakasih ya Allah” “Alhamdulillah dapet Rizki lagi, pasti karena sedekah kemaren” “Alhamdulillah sekarang sudah pake jilbab lebar, do’a kan istiqomah ya teman teman” *sambil majang foto selfie sambil manyun* hehehe Menurut sahabat sahabat sekalian yang seperti ini riya atau bukan?
Berikut ini beberapa keterangan mengenai Riya Begitu hebatnya bahaya riya’ ini membuat Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam khawatir atasnya, beliau bersabda “Sesuatu yang aku khawatirkan menimpa kalian adalah perbuatan syirik asghar”.
Ketika beliau ditanya tentang maksudnya, beliau menjawab “(contohnya) adalah riya’”. Bahkan bahaya riya’ ini lebih berbahaya dari fitnah dajjal, seperti sabda beliau Rasulallah, “Maukah kamu kuberitahu tentang sesuatu yang menurutku lebih aku khawatirkan terhadap kalian daripada fitnah al masih ad dajjal?” Para sahabat berkata, “Tentu saja”. Beliau bersabda, “Syirik khafi (tersembunyi), yaitu ketika seorang berdiri mengerjakan sholat, dia perbagus sholatnya karena mengetahui ada orang lain yang memperhatikannya”.
Tidak jarang akhir akhir ini atau semenjak maraknya penguna social media, banyak sekali yang entah sengaja atau tidak mengupload Amalannya di social media, mungkin ada muatan ajakan yang di tuliskan juga tapi dengan memperlihatkan amalan kita juga apakah itu bukan namanya Riya?
Sahabat masih ingatkah kita dengan isi surat Al-An’am ayat 162 yang Artinya “Katakanlah (Muhammad) ‘Sesungguhnya shalatku, Ibadahku, hidupku, dan Matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh Alam” Jika kita masih mengharap decak kagum manusia, Jadi, untuk siapakah kita selama ini beribadah? Untuk Manusia? Atau untuk Allah. Karena siapa kita berubah menjadi lebih baik ? karena manusia? Atau karena Allah? Kalo segala macem amalan yang kita lakukan di update ke social media, apa yakin semua niat kita hanya untuk Allah? Atau jangan jangan itu tandanya kita sudah membagi niat kita jadi bukan hanya Lillah namun juga untuk mengundang decak kagum khalayak? Sahabat memang segala sesuatu itu tergantung pada niatnya, namun tidak ada salahnya kan kita menjaga diri dari niat yang sering kali ber ubah ubah yang kita sadari atau bahkan tidak kita sadari.
Jadi aktifitas aktifitas bikin status status yang memperlihat kan amalan amalan kita lebih baik di kurangi atau jika memang bisa di tiadakan. Lagipula Allah tetap tahu apa amalan kita walau tidak kita Upload di social media kan? Hehe untuk para aktifis dakwah yang sedang semangat semangatnya dalam ber dakwah.
Ada kutipan dari sebuah tulisan yang di tulis oleh Ust. Rahmat Abdullah yang kutipannya kira kira seperti ini “Karena itu kamu tahu. Pejuang yg heboh ria memamer-mamerkan amalnya adalah anak kemarin sore. Yang takjub pada rasa sakit dan pengorbanannya juga begitu. Karena mereka jarang disakiti di jalan Allah. Karena tidak setiap saat mereka memproduksi karya-karya besar. Maka sekalinya hal itu mereka kerjakan, sekalinya hal itu mereka rasakan, mereka merasa menjadi orang besar.Dan mereka justru jadi lelucon dan target doa para mujahid sejati”
Saya pun teringat teman teman seperjuangan, dan termasuk saya yang masih sering kali di sengaja maupun tidak memperlihatkan amalan amalan di social media, padahal mungkin selama ini amalan yang kita amalkan tak seberapa, banyak orang orang yang melakukan amal shaleh lebih lebih dari pada kita namun lebih memilih diam dan menjaga amalannya agar tak nampak karena tujuan utama ibadah mereka adalah Allah, bukan mengharap pujian dari khalayak, sering kali juga kita takjub dengan rasa sakit yang di alami di jalan dakwah mengumbar kesakitan, keperihan dan mengumbar segala pengorbanan yang telah kita lakukan untuk dakwah di social media. hey! Padahal masih banyak orang orang yang mengalami kepahitan lebih dari apa yang kita rasa, mengalami rasa sakit yang lebih dari apa yang kita rasa, melakukan pengorbanan lebih dari apa yang kita telah korbankan di jalan dakwah tapi mereka memilih diam, tak mengumbarnya, membiarkan semua menjadi rahasia yang dia dan Allah saja yang mengetahuinnya, karena mereka tahu dan faham, bahwa segala apapun yang dirasakan, semua kepahitan ,rasa sakit, dan pengorbanan semua mereka lewati karena mereka benar benar mencintai Allah dan yang mereka harapkan hanya keridhoan dari Allah bukan pujian dari khalayak .
Sahabat bisa di bilang kita ini belumlah apa apa, pengalaman kita belumlah banyak, amalan kita belumlah sempurna, niat kitapun masih sering kali berubah ubah, lantas apakah kita pantas berlaku Sombong atas semua amalan yang kita lakukan?
Yuk Muhasabah Sahabat yang di rahmati Allah, terutama mungkin aktifis dakwah. Kita memang di wajibkan untuk berdakwah
“Sampaikanlah walau satu Ayat”. Namun perlu di perhatikan juga, bahwa apa yang kita dakwahkan tersebut jangan sampai ada unsur amalan kita yang kita sengaja perlihatkan.
Jangan sampai mau mendulang pahala dengan mengajak orang lain untuk berbuat baik malah justru menghanguskan amalan kita.
Jangan sampai “Amalan Hangus Karena Status” walaupun sekarang zamannya bukan Cuma status aja, udah ada Path, BBM, Instagram, Tumblr dan lain sebagainya *saking banyaknya jadi ga hafal* hehehe
Sahabat yang di rahmati Allah, yuk kita bareng bareng belajar membenahi Niat yang terpatri, jangan sampai ibadah yang kita lakukan di niatkan selain karena Allah dan kita hanya ingin mengundang decak kagum orang lain yang melihat.
Entah agar kita di bilang Agamis, agar orang ramai ramai memuji kita di social media. Perlu di ingat sahabat, kita tak butuh pujian khalayak, kita tak butuh pengakuan sebagai seseorang yang taat, yang kita butuhkan dari apa yang kita lakukan hanyalah RIDHO ALLAH.
Ingat sahabat jangan ingin jadi orang yang ramai di perbincangkan di dunia namun tak ramai di perbincangkan kebaikannya di akhirat. Mungkin kita berniat baik untuk mengajak khalayak untuk sama sama melaksanakan kebaikan namun kita juga harus pandai menjaga tulisan kita di social media, jangan sampai tulisan kita di media social ini menjadi boomerang bagi kita yang tadinya ingin mengajak menuju jalan kebaikan malah jadi semacam ajang untuk sekadar mendapatkan pujian khalayak, sekali lagi jangan sampai “Amalan Hangus Karena Status” Jadi Lillah atau …….?
Sebelumnya saya mohon maaf apabila ada kata kata yang menyinggung , jujur saja tulisan ini juga menampar diri saya sendiri karena saya pun masih banyak sekali kekurangan, mohon maaf pula apabila ada kata kata yang kurang berkenan, dengan menulis ini bukan maksud saya menggurui, karena kita semua masih sama sama belajar untuk menjadi seorang Hamba Allah yang baik.
Mari bersama sama memperbaiki diri dan senantiasa memperbaiki niat dalam diri.
Wallahu’alam bishawab
Komentar
Posting Komentar