Seperti Luka
Aku adalah kehidupan
Aku adalah nafas panjang
Aku adalah problematika
Aku adalah Aku; Luka yang perih setiap waktu meminta
Di setiap waktu, kuinginkan bahagia hadir melampaui batasnya.
Mengiringi langkah, menghiasi wajah, memancar di setiap sudut tubuh serupa sewaktu masih balita.
Aku ingin bahagia mencerna setiap pori-pori kulitku, menenangkan setiap hirupan napasku–hingga diriku terasa damai.
Tanpa tekanan, tanpa hujatan.
Pelan-pelan aku merasakannya. Ia hadir di setiap sepertiga malam, atau sewaktu senja perlahan memudar.
Di setiap sujud terakhir di kedua waktu itu, kurasakan kedamaian dalam batinku; ketenangan, kenyamanan, kebahagiaan yang berbeda dibanding tawa, senyum, yang diberikan sejumlah orang padaku.
Aku tahu, di waktu itu Ia ada. Ia ingin bencengkrama panjang denganku. Bersahabat denganku, yang bukan hanya untuk beberapa waktu, melainkan di seluruh waktu-Nya.
Menyuruhku meninggalkan apa yang tak sepantasnya, lalu memilih petunjuk terbaik dari-Nya.
Seperti luka,
Tuhan selalu menegur dengan cara yang tak biasa
Menampakkan yang tak semestinya dengan teguran luar biasa
meski terlampau perih,
petunjuknya adalah hadiah hidup tak ternilai harganya.
Seperti Luka
Ujar kak wiwi melanjutkan ceritanya
Komentar
Posting Komentar