Pengantar untuk Perempuan
"Apakah sulit, melepaskan seseorang? Seandainya kau tahu ia tidak cukup baik agamanya, tetapi akankah kau masih tetap mempertahankannya? Padahal sebelumnya kau mungkin menyukainya dalam waktu yang cukup lama?" Tanya seorang wanita kepada wanita lainnya di suatu pagi yang kelam. Wanita yang ditanya hanya tersenyum sembari menatap langit kelabu sampai akhirnya menjawab, "Tidak. Aku tidak akan mempertahankannya meskipun sulit. Karena aku menyukainya karena agama yang ada dalam dirinya. Jika agama tersebut hilang, maka hilang pula rasa sukaku padanya."
.
"Apakah kau pernah melakukannya? Maksudku melepaskan seseorang?" Tanya wanita itu lagi. Wanita yang ditanya, menatapnya sekarang, "Ya. Dan In Syaa Allah aku tidak menyesal karena melepasnya. Allah tunjukkan kepadaku bahwa dengan melepasnya adalah keputusan yang sangat tepat. Bagaimana bisa aku hidup dengan seseorang yang agama dan akhlaknya tidak sesuai dengan koridor Islam? Bagaimana cara ia menggandeng tanganku dan anak-anaknya kelak ke surga kalau begitu?"
.
"Tidakkah kau sedih?" Wanita itu bertanya lagi karena penasaran. Yang ditanya kali ini tersenyum teduh sekali, ia lalu menjawab, "Sedih pada awalnya, terluka pada prosesnya. Tapi aku punya Allah, yang menyembuhkan semua luka yang aku terima. Dan percayalah, sungguh indah bagaimana cara Allah menyembuhkan luka hati yang menganga ini dengan sangat cepat. Dan sudah saatnya bagiku untuk membuka pintu hatiku kembali. In syaa Allah, Allah antarkan langsung pria istimewa yang ntah siapa itu untukku."
.
Kali ini wanita yang bertanya terdiam. Dari lubuk hatinya yang paling dalam ia berdoa, semoga wanita anggun yang duduk dihadapannya mendapatkan pengganti yang jauh lebih baik dari sebelumnya, yang mampu menggandeng tangan lembutnya ke surga-Nya. Janji Allah sudah pasti, Allah bersama orang-orang yang sabar. Dan wanita yang duduk dihadapannya adalah salah satunya.
.
"Semoga aku bisa menjadi setegas wanita ini yang memiliki kepercayaan penuh atas kehendak Allah dimanapun aku berada." Ujarnya dalam hati, lalu menarik nafas panjang. "Sekarang, sudah saatnya melepaskan." .
Angin dingin tiba-tiba datang mengelus lembut, seolah mengiyakan tekadnya yang datang diluar dugaan.
Komentar
Posting Komentar