Dari Mata Turun ke Hati
Kalian pasti ingat aksi heroik presiden BEM UI yang mengacungkan tinggi-tinggi kartu kuning di depan Jokowi. Tangannya lurus, tegap, tak menjadi bengkok sedikit pun walau dihalau paspampres. . .
Percaya diri, sekaligus galak, bak wasit sepak bola. Aksi "kartu kuning" ini langsung viral. Zadit Taqwa mengaplikasikan komunikasi semiotik dalam aksinya dengan cerdas. Cepat, Tepat, dan efektif! Pesannya langsung menyebar ke seluruh negeri. . .
Mungkin beda halnya, kalau ia membentangkan spanduk berisi "bla..bla..bla..". Belum sempat terbaca mungkin sudah diseret ke belakang. Lihat kan? sebuah tanda, warna, bentuk, visual, sangat besar pengaruhnya. Terekam cepat dalam otak. Tertanam kuat dalam hati. Maka, hati-hati dengan pilihan benda-benda yang ada di sekitarmu.
Perkara pulpen yang bertengger di mejamu, bisa bikin merana, kalau asalnya dari dia yang kau suka. Perkara sepatu puluhan juta. Bisa meninggalkan selapis, demi selapis kesombongan jika terus terusan kau pakai.
Perkara poster idola yang kau tempel di dinding kamar. Bisa menimbulkan harap demi harap, kau kan punya jodoh serupa ia.
Pun begitu sebaliknya, Perkara syal Palestina, yang kau gantungkan asal di gagang pintu. Bisa jadi pemantik semangat dalam seluruh hidupmu. Saat malas, kau lihat syal itu. Maka semangat perjuangan intifada kan meletup letup dalam kepalamu.
Mereka berlari, bertakbir, melempar batu, berbalas peluru. Kau masih malas? malu! Saat hatimu gundah karena dirundung masalah, kau lihat syal itu. Maka tangisan anak yang kehilangan ibunya, dentuman hujan rudal dari langit, dan barisan tak takut mati para penjaga Al Aqsa yang melawan tentara Israel, akan berkelabat dalam kepalamu.
Masih galau karena masalahmu? malu! Hati-hati dengan pilihan barang-barang di sekitarmu, yang selalu membersamaimu, yang selalu kau lihat. Ia akan menyetir hatimu. Mengubah jiwamu.
Komentar
Posting Komentar