SITI MASYITAH
"Perempuan salehah yang memegang teguh kebenaran dan keimanan kepada Allah., yang kuburannya wangi."
Siti Masyitah merupakan wanita salehah yang hidup di zaman fir'aun. Diam-diam, ada tiga orang dekat Fir'aun yang beriman kepada Allah dan Nabi Musa as. Mereka ialah; Asiyah (istri Fir'aun), Hazaqil (orang kepercayaan Fir'aun yang juga pembuat peti untuk menaruh bayi Musa yang dihanyutkan ke sungai Nil), dan Masyitah (perempuan yang bertugas mengurus anak Fir'aun).
Hazaqil akhirnya menikah dengan Masyitah.
Di istana, Hazaqil menjadi orang kepercayaan Fir'aun. Suatu hari terjadi perdebatan antara Huzaqil dengan Fir'aun terkait hukuman kepada ahli sihir yang beriman kepada Nabi Musa. Huzaqil menentang keras keputusan Fir'aun. Fir'aun mulai curiga, jangan-jangan Huzaqil selama ini mengimani Musa. Karena sikapnya tersebut, Huzaqil akhirnya dihukum mati oleh Fir'aun, karena Huzaqil mempertahankan keyakinannya kepada agama yang dibawa oleh Musa as. Huzaqil ditemukan meninggal dunia dengan tangan yang terikat di pohon kurma, tubuhnya penuh dengan tusukan anak panah. Tentu hal ini membuat Masyitah sangat sedih melihat suaminya dibunuh secara mengenaskan.
Namun, Masyitah memilih tetap sabar.
Sepeninggal suaminya, Masyitah tetap bekerja seperti biasa, yakni mengasuh putri Fir'aun. Hingga suatu hari ada kejadian kecil tetapi berdampak besar bagi Masyitah. Ini adalah ujian keimanan yang cukup menyedihkan baginya.
Saat itu Masyitah menyisir rambut putri Fir'aun. Secara tak sengaja sisir yang dipegang Masyitah terjatuh. Spontan terucap kalimat "Bismillah" dari lisan Masyitah.
Ucapan itu membuat anak Fir'aun terkejut, "Apakah ucapan yang kamu maksud adalah ayahku?" Siti Masyitah dengan berani berkata, "Ucapan itu bukan ditujukan untuk ayahmu, melainkan kepada Tuhan yang sesungguhnya, yaitu Rabb-ku, juga Rabb ayahmu, yaitu Allah. Karena tiada Tuhan selain Allah."
Jawaban Masyitah ini membuat anak Fir'aun tersinggung, hingga ia mengadukan kepada ayahnya. Laporan anaknya membuat Fir'aun marah besar. Ia tak menduga sama sekali kalau pengasuh anaknya ternyata adalah pengikut Musa.
Masyitah lantas dipanggil dan ditanya oleh Fir'aun, "Apakah benar yang disampaikan putriku? Siapakah Tuhan yang engkau sembah selama ini?"
Masyitah menjawab dengan lantang, "Betul. Tiada Tuhan selain Allah yang sesungguhnya menguasai alam dan isinya."
Jawaban itu membuat Fir'aun semakin murka. Dia memerintahkan para pengawal menyiapkan minyak mendidih di dalam wadah yang besar untuk menggodok Masyitah dan anak-anaknya. Hukuman ini dipertontonkan di depan masyarakat luas untuk memberi pelajaran bagi masyarakat agar tak berani membangkang Fir'aun.
Fir'aun memerintahkan melemparkan anak Masyitah satu persatu di hadapan ibunya. Masyitah tentu saja memandangnya dengan tangis. Hingga yang terakhir bayi yang sedang menyusu dalam pelukan Masyitah. Ketika bayi terakhir ini hendak di masukkan ke dalam penggorengan raksasa, Masyitah sempat ragu. Keimanan Masyitah dibenturkan dengan naluri keibuannya.
Namun Allah menguatkan Masyitah melalui kekuasaanNya. Bayi yang masih menyusu itu tiba-tiba bicara, "Sabarlah wahai ibuku, sesungguhnya kita dalam pihak yang benar. Wahai ibu masukkanlah, karena sesungguhnya siksa dunia lebih ringan dari pada siksa akhirat." (HR. Ahmad)
Kalimat bayinya tersebut menguatkan keimanan Masyitah. Dengan berserah diri Masyitah mengucap, "Bismillahi tawakkaltu alallah, wallahu akbar."
Siti Masyitah dan bayinya pun masuk ke minyak mendidih. Namun ada keanehan di sini, begitu minyak panas menggerus raga mereka, tercium bau yang sangat harum dari dalam wajan penggorengan. Ketika Masyitah, dan anak-anak dilemparkan satu per satu ke penggorengan, ternyata Allah terlebih dahulu mencabut nyawa mereka sehingga tidak merasakan perih dan panasnya minyak mendidiha.
Tulang belulang Masyitah beserta anak-anaknya dikubur di suatu tempat namun terus-menerus mengeluarkan bau yang sangat harum.
Ketika Isra' dan Mikraj, aroma wangi itu tercium oleh Rasulullah.
Rasulullah penasaran kemudian bertanya pada Malaikat Jibril, "Harum apakah itu wahai jibril?"
Malaikat Jibril menjawab, "Itu adalah wangi dari kuburan seorang perempuan salehah bernama Siti Masyitah, dan anak-anaknya."
Sungguh Maha Besar Allah atas segala KuasaNya
Komentar
Posting Komentar