Mereda Meredam
Kita terlungkup resah dalam jiwa-jiwa yang sekali waktu jatuh cinta
Meski, mungkin hanya sendiri diantara salah satunya yang merasa
Atau jika memang keduanya merasa hal yang sama, barangkali waktunya saja yang belum tepat
Bagiku, sama saja
Aku jatuh cinta
Pada ketidaksengajaan Tuhan yang sampai hari ini belum kutau akhirnya.
Kita adalah dua insan yang tak bisa apa-apa
Maka kulepas agar aku ikhlas
Kuakhiri, barangkali cintaku akan lebih terjaga
Lalu, kita beranjak terperanjak oleh jarak yang sewaktu-waktu menikam rindu
Doa-doa yang menguat menjadi candu,
Tak berkirim kabar,
Selayaknya tak pernah terjadi apa-apa
Tentang kita yang sedang meredam rasa
Rupanya doa telah jauh melambung sebelum ini
Terima kasih telah menghargaiku atas usahamu tidak berkirim kabar
Sekarang kita paham
Siapa yang meminta lebih kuat melalui pintu doa
Meski sekali waktu kita terhanyut oleh rasa yang membawa pada lembah keikhlasan
Memaksa untuk tetap tinggal tak pernah berarti apa-apa jika kita melanggar aturanNya
Maka untuk kali ini
Tak apa sedikit perih, sedikit sakit
Itu lebih baik
Agar rasa yang kita miliki tetap terjaga tanpa melanggar-Nya
Aku menghargaimu
Maka untuk menjagamu dari murkaNya
Aku memilih pergi perlahan
Pelan-pelan
Atas fitrahku dan fitrah yang telah Allah titipkan
Aku tetap menikmatinya sebagai sesuatu yang mungkin akan kumiliki dalam bentuk yang lain
Perasaan itu akan tetap menjadi yang istimewah melalui pintu doa
Ketuklah, jika kau benar-benar telah mampu
Selamat bertumbuh
Atas nama yang kita pinta dalam doa
Semoga Allah restu menjadikan kita utuh
Tenanglah
Banyak doa-doa baik untuk kita
Selamat menjaga dan bertahan dalam rasa yang sama
Berdoalah agar Allah kuatkan perasaan yang kita miliki
~Aku, perempuan yang memilih menjauh untuk menjagamu
(Luwu Utara, 17 Juni 2018)
Komentar
Posting Komentar