Belajar dalam Kesederhanaan

"Alhaakumut takaatsur" (Kamu telah dilalaikan oleh kemewahan) : Tqs. At-Takaatsur : 1
.
Khalifah Utsman bin Affan merupakan manusia yang paling dermawan dan kaya raya namun bagi utsman semua yang ia miliki hanyalah titipan. Utsman bin affan berdakwah melalui sedekah, membantu perjuangan nabi dan senantiasa membantu umat muslim yang sedang dalam kesulitan. Suatu hari umat muslim sedang mengalami kelaparan dan kehausan akibat kemarau berkepanjangan, Mengetahui hal tersebut Utsman Bin Affan segera mengirimkan seratus ekor unta dan pembekalan bagi umat muslim, beberapa sahabat mencoba membalas kebaikan beliau namun Utsman bin Affan menolak. Ia yakin bahwa Allah akan menggantikannya dengan yang lebih baik. Sungguh Khalifah Utsman bin Affan menjalani hidup sederhana di tengah kekayaannya yang berlimpah.
.
Kesederhanaan hidup merupakan kebalikan dari hidup bermegah-megahan atau beelebih-lebihan. kesederhanaan hidup inilah yang membuat hati terasah inda tenang tanpa kecemasan dan ke khawatiran bagi manusia.
.
Seperti itu pula pada kisah Tsa'labah yang awalnya memilih untuk hidup sederhana, namun akhirnya meminta pada Rasulullah agar didoakan hartanya melimpah ruah, dapat bersenang-senang dan bermegah-megahan. Ketika apa yang diinginkan Tsa'labah terkabul, jadilah beliau sebagai manusia yang amat celakah sebab ia justru tidak tenang dalam menjalani hidup, was-was hingga nyaris setiap waktu pikirannya dihantui oleh kekhawatiran.
.
Atau pada kisah sederhana Nidzam al-Mahmudi seorang sufi yang kaya raya, tinggal di gubuk kecil perkampungan terpencil. yang berpesan pada anaknya : "Anakku, jika aku membangun sebuah istana anggun, biayanya terlalu besar dan biaya sebesar itu bila dibuatkan gubuk-gubuk kecil yang memadai untuk tempat tinggal, berapa banyak gelandangan yang bisa terangkat martabatnya menjadi warga terhormat ? Ingatlah anakku, dunia ini disediakan Tuhan untuk segenap makhluknya. Dunia ini cukup untuk memenuhi kebutuhan semua penghuninya akan tetapi, dunia ini akan menjadi sempit dan terlalu sedikit bahkan tidak cukup untuk memuaskan keserakahan seorang manusia saja." Sungguh penuh makna perkataan Nidzam al-Mahmudi pada anaknya.
.
Kesederhanaan selalu menjadi Ketenangan bagi jiwa-jiwa yang mampu mensyukuri segala nikmatNya bahkan jika itu terjadi pada manusia-manusia yang memiliki ambisi duniawi yang tak pernah terpuaskan, harapan yang melebihi batas dan keinginan yang tidak pernah habis.
.
Berangkat pada semua itu, manusia harusnya mampu belajar untuk hidup sederhana, sesederhana nikmatNya ketika merasakan manisnya Iman dan Sesedeerhana dijauhkan dari kecemasan dan ke khawatiran duniawi
.
~Dian Rahmana Putri (Pangkajene, 26 November 2017)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita dibalik Jilbab

Faidza ‘Azamta Fatawakkal ‘Alallah

Pilihan Hidup