Standararisasi
Wajar kita berbeda.
Standarmu dan standarku jelas jauh berbeda.
Standarmu dunia pikirmu akhirat itu belakangan, Standarku akhirat dan Islam di atas segalanya.
Jika seleramu hanya sebatas perempuan cantik yang cerdas dan punya materi, yaa bolelah.
Seleraku high class. Laki-laki yg tdk gampangan. Gampang mengumbar sayang, menyatakan cinta sana sini padahal belum halal.
Seleraku high class. Yang punya "mahfum Islam". Mahfum (pemahaman) itu aset bagiku. Satu mahfum, satu tujuan, satu arah dan satu standar.
Aku realistis namun aku yakin dengan ketentuan Rabbku. Aku realistis kalau kita hidup butuh materi, namun bukankah Allah sudah menyampaikan bahwa "Jika kau ingin kaya, maka menikahlah" asal kau yakin, ikhlas dengan ketetapan-Nya dan tetap berikhtiar.
Yaa, aku juga melihat fisik. Tapi aku yakin apapun yang Allah berikan itulah yang terbaik bagiku.
Jangan silau dengan dunia yang fana ini.
Ingat, bahwa di penghujung nanti akan ada penghisaban. Hartamu, istrimu dan pekerjaanmu tdk akan dihisab tapi yg dihisab adalah bagaimana caramu mendapatkannya.
Harta, apakah kau bekerja dgn halal atau haram.
Istri, apakah kau meng-kreditnya (pacaran) atau meng-cashnya (khitbah).
Pekerjaan, apakah dengan cara yg benar atau salah.
Jika ingin hidup yang berkualitas, naikkan standarmu dan terus berikan nilai pada dirimu. Tunjukkan bahwa kau punya nilai, sehingga kau hanya pantas dengan orang yg punya nilai.
Mengapa? Karena jodoh adalah cerminan diri. Ketika kita ingin yang terbaik, maka tanyakan ke diri. "Sudah pantaskah diri ini mendapatkan yg terbaik?" Itulah realistis yang sebenarnya. Dunianya dipikirkan Akhiratnya jadi prioritas.
Karena dunia hanya sementara, yang kekal adalah akhirat.
.
Muslimah al fatih
Komentar
Posting Komentar