Untukku dan Untukmu

[Inilah, yang pertama untukku. Kemudian kedua untukmu]
.
"...bahkan sebelum dirimu dipertemukan dengannya pun, tidak mudah bagimu membuka hati, bahkan sangat menjaga diri untuk tidak tersentuh lelaki yang bukan mahram. Dan mampu mengendalikan nafsu untuk tidak memperlihatkan kecantikanmu kepada sembarang mata. 一M. Satria
.
Seharusnya bukan hanya kalimat "ya, saya mengerti." Untuk menerima kalimat ini. Akan tetapi, pahamilah semua itu dari dalam lubuk hati. Bahwa perempuan, bukan hanya fisikmu saja yang harus dijaga. Tapi, hatimu juga :)
.
Aku selalu kagum, kepada perempuan yang menjaga dirinya untuk tidak menampakkan kelebihan. Dia berilmu, namun tidak membuat orang lain terbodohi dengan ilmunya. Senyumnya teduh, bukan pada secarik wajah di linimasa, akan tetapi pada kesehariannya. Siapa yang disisinya, maka ia merasakan kebermanfaatan bersamanya. Sungguh, surga sebelum surga. Sampai bagian ini, kita mengerti, kan? Tanpa mereka menunjukkan一cahaya akan tetap benderang. Cahaya yang datang dari hati dan tutur kata yang penuh kelembutan
.
Hatinya tidak ia berikan ke sembarang laki-laki yang bukan mahram. Ia berharap, namun segera ia kembalikan kepada Allaah. Mengimplisitkan, bahwa kagum kepada laki-laki bukan berarti ia harus memintanya disetiap penghujung do'a. Sebab ia paham betul, ketetapan Allaah berlaku bagi setiap hamba-hambaNya. Dan betapa memalukan, jika ternyata ia sedang meminta jodohnya orang lain
.
Untukku, semua tulisan ini membuatku menunduk dalam. Bertanya, sudah sejauh mana usahamu mewujudkan misi wanita-wanita pembangun peradaban yang mulia? -Aa-

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita dibalik Jilbab

Faidza ‘Azamta Fatawakkal ‘Alallah

Pilihan Hidup