Kamu dan Ketatapan

Pada lembar senja berikutnya
semoga memang kamu lah orangnya
laki-laki yang berhasil merebut debar jantung yang kian lama menghantam raga
hingga pejam mata membuatnya tenang
dan rindu membuatnya berdamai pada jarak,
lagi-lagi jarak dan kita saling bungkam tanpa tahu harus berlabuh kapan,
Pada jalan dan mimpi kita masing-masing,
Entah bagaimana rasa dapat tumbuh secepat ini,
Hingga lama mengendap di dasar hati,
Sejak hari itu kamu tak pernah keluar dari memoriku,

Jika aku bukanlah sosok perempuan yang engkau standarkan,
Maka biarkan pula aku meyakinkan perasaanku
apakah benar-benar ingin bersama atau hanya rasa kagum semata,
Jika dalam ikhtiarmu kau temukan aku,
maka datanglah
beranda pintu rumahku selalu terbuka untuk menyambutmu dengan legah,

Namun jika dalam perjalanan nanti ternyata bukan aku orangnya,
Tidak mengapa
Bahagiaku adalah bahagiamu
Jauh hingga hari ini rasaku telah ikhlas dan tugasku adalah menunggu
Siapa pun yang kelak bersanding dengan perempuan melankolis dalam tulisan ini,
Bersedialah untuk mendengarkan masalahnya,
Bersedialah untuk menjadi pelindungnya,
Bersiaplah untuk menjadi pundak yang kokoh untuk bersandar
dan Bersedialah menjadi pelukan terhangat untuk segala ketakutan-ketakutannya,
Perempuan yang selalu menjadikan sosok 'kamu' sebagai objek
itulah aku yang meminta mu dan mendoakan mu melalui jalur semesta,
Siapa pun kamu,
Tetaplah menggenggam tabah pada tubuh yang kian merontah
Ingin segera menyatu pada mimpi yang belum rampung,
Aku bukanlah ibunda khadijah yang dengan kuat dan berani meminang rasulullah,
Aku bukan fatimah yang mampu bersabar dengan sabar yang begitu hebat untuk memendam rasa cinta pada Ali,
Bukan pula Aisyah yang dengan  luar biasa mampu menahan rasa cemburunya pada cinta sejati Rasulullah ialah 'khadijah'
Ini lah aku, perempuan yang tidak memiliki kemahiran apa-apa namun menginginkan mu untuk bersama,
Mencemburuimu pada sosok perempuan yang lebih kau inginkan dari pada hadirku,
Aku ingin merontah, memberontak
Salah ku membiarkan mu masuk dan menumbuh
Aku terpenjara pada rasa ku
Hingga waktu yang belum bersua
Tetaplah disitu...
Jangan beranjak,
Sampai kau telah siap dan aku telah mampu
Memilikimu dengan utuh
dan kamu memelukku tanpa perlu takut kehilangan
Sebab itulah ketetapan saat Takdir telah berkata 'Kamu milikku dan Tuhan restu'
Aku menyayangimu
hari ini dan tanpa tahu akhirnya,
Semoga Tuhan selalu menjaga
Tersenyumlah,
Rindu ini milikmu

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita dibalik Jilbab

Faidza ‘Azamta Fatawakkal ‘Alallah

Pilihan Hidup