Sastra dan Senja

Mengumpamakan sastra dan senja, nyatanya mereka hampir sama. Ada orang-orang yang dibuat jatuh cinta ada pula yang hanya memberi perasaan iba.
Katanya, sastra dan senja hanya untuk mereka yang cengeng dan manja. | Bagiku, sama sekali tidak. Justru, keduanya menjadi media penguat yang disediakan oleh Allah untuk hamba-hambaNya.
-
Sastra dan senja, keduanya hadir dalam sudut pandang yang berbeda. Jika pada sastra kau mampu berbicara, pada senja kau akan dibuat diam tanpa kata. Namun tetap pada satu satuan makna; 'kelapangan menghadapi apa-apa yang disuguhkan oleh semesta一Ialah benci yang dileburkan, lara yang dibiaskan juga syukur yang dilambungkan. | Jika tetap ada orang yang tak suka pada caramu mengolah asa, tak mengapa. Penilaian mereka hanya sebatas lidah mereka. Jika kau gagal dalam cita-citamu, apa mereka lantas bertanggungjawab atas kepedihanmu?
Jawabannya, Tidak.
-
Satu kali lagi,
Menjadilah seperti sastra dan senja, meskipun ada saja orang-orang yang tak menyukai mereka, mereka tetap ada. Tidak lantas membuat kata itu hilang dan jingga itu tenggelam. -Aa-

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita dibalik Jilbab

Faidza ‘Azamta Fatawakkal ‘Alallah

Pilihan Hidup