[ Tuntaskan Urusan Perasaan ]


Islam melatih setiap pemeluknya untuk bertanggung jawab. Termasuk dalam perkara perasaan. Saat seorang pemuda diuji dengan perasaannya, maka ia harus menyelesaikan urusan perasaan itu dengan ketentuan Allah. Perasaan itu harus tuntas. Jika tidak, maka ia akan tersiksa dengan perasaan itu. 


Ia harus menuntaskan urusan perasaan itu dengan caranya Allah, yaitu dengan tidak mendekati zina, tidak melakukan suatu perkara yang bisa membuatnya mendekat pada zina. 


Jika belum mampu menikah, tutup segala perkara yang akan memasukkan kita pada maksiat. Jangan berlarut-larut dalam perasaan yang pada hakikatnya akan menjerumuskan pada maksiat dan menyiksa diri.


Interaksi antar lawan jenis apabila sudah jatuh dalam perkara haram, maka akan sulit untuk ditinggalkan karena merasa sudah biasa, merasa aman-aman saja, saling merasa nyaman. Interaksi seperti ini akan terus mengikut pada hawa nafsunya, sebab syaitan menghiasinya. Terikat pada perasaannya.


Maka hati-hati. Perasaan itu dapat menjadi tuhan-tuhan tandingan selain Allah. Menjadikan hawa nafsu sebagai tuhan. Apapun yang diminta hawa nafsunya akan diikuti. 


Tuntaskan urusan perasaan dan jangan menjadi budak cinta. Jika belum mampu menikah, maka tinggalkan segala hal yang akan menurunkan kualitas iman dan ketaatan. Bila sudah siap menikah, maka bersegeralah, ikhtiarkan. Jadikan pernikahan sebagai pernikahan Ideologis dengan visi meraih Surga bersama pasangan halal. 


Tuntaskan segala urusan perasaan pada lawan jenis yang belum halal, untuk kemudian melangkah menuju keberkahan Allah. Ingat bahwa; Allah itu pencemburu, ketika seorang hamba mencintai seseorang melebihi kecintaannya pada Allah. Jika kecintaan pada manusia lebih besar dibanding kecintaan pada Allah. Maka bersiaplah untuk kecewa.

Al Faqir ilallah; Dian Rahmana Putri
 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita dibalik Jilbab

Faidza ‘Azamta Fatawakkal ‘Alallah

Pilihan Hidup