PERTEMUAN SEORANG DA'I dan VOLUNTEER
Lelaki itu berkuliah di salah satu perguruan tinggi ternama di Makassar dan saat ini sedang sibuk mengerjakan tugas akhir dan selalu diteror pertanyaan "Kapan nikah?" hanya karena usianya yang terbilang tak muda lagi. Memasuki usia 25 tahun, lelaki itu terbilang sibuk. Bukan hanya sibuk mengurusi skripsi, juga sibuk dalam berbagai kegiatan sosial, kegiatan kampus yang digelutinya.
Lelaki itu telah siap untuk menikah. Namun yang dinanti tak kunjung datang. Meski ditiap doa ia meminta untuk segera dipertemukan dengan wanita impiannya. Meski telah berapa banyak wanita yang bersedia menikah dengannya. Entah, belum ada yang pas. Apa yang ia cari dalam diri seorang perempuan selain agamanya baik, shalihah, dan cantik?
Bahkan dibeberapa kesempatan ia pernah ditawarkan untuk menikah dengan seorang perempuan cantik, shalihah, dan pastinya dari keluarga terpandang. Namun lagi-lagi penolakannya membuat dirinya begitu paripurna.
Dilain kesempatan, seorang perempuan sedang sibuk mengurusi lembaga organisasi yang saat ini diamanahkan padanya, usianya baru memasuki 21 tahun. Usia yang terbilang muda untuk melaksanakan agenda-agenda sosial kemanusiaan. Perempuan itu adalah seorang volunteer, agak keras kepala dan mandiri. Sama sekali ia tak memikirkan nikah sebagai prioritas utama yang mesti disegerakan. Ia menikmati hidupnya, menikmati setiap prosesnya.
Jika dibilang tak pernah jatuh cinta, keduanya sama-sama pernah jatuh cinta kepada orang yang berbeda dimasa jahiliyah. Namun saat ini keduanya memilih menyibukkan diri, menghijrahkan diri hingga waktu mempertemukan mereka dengan seseorang yang telah Allah takdirkan.
*****
Abdul Kahar merupakan pindahan dari kampus yang saat ini menjadi tempat kuliah perempuan itu. Namun mereka tak pernah bertemu. Saat lelaki ini pindah ke STIBA, perempuan itu baru saja masuk sebagai Mahasiswa Baru.
Singkat cerita, perempuan itu terpilih menjadi ketua lembaga di salah satu Ukm Kampusnya pada semester tiga perkuliahan. Setelah dipertengahan kepengurusannya, kabar bahwa terpilihnya perempuan itu sebagai Ketua Lembaga sampai ke telinga Kahar. Lelaki itu tak setuju, sama sekali tak ingin jika Ukm Kampus yang dulu pernah ia masuki dipimpin oleh perempuan. Bukan tanpa alasan, tetapi karena memang seorang perempuan lebih baik tak memimpin jika disana masih ada laki-laki. Tapi perempuan itu juga punya alasan yang kuat mengapa ia saat itu mencalonkan diri. Bukan karena syarat-syarat menjadi calon ketua yang berat namun ada hal yang tak bisa ia jelaskan.
*****
Ditengah kesibukannya, Kahar selalu mencari waktu lapang untuk membicarakan ini secara langsung kepada Majelis Syuro Organisasi. Namun lagi-lagi kesibukannya itu tak pernah berhasil membuatnya bertemu langsung dengan MSO. Ia hanya mengutus beberapa orang untuk meminta perempuan itu mundur dari jabatannya. Berulang kali dan tak pernah menyerah.
Si ketua perempuan pun merasa perlu untuk mengumpulkan seluruh pengurusnya dan ingin memundurkan diri dari jabatannya sebagai ketua. Namun sayangnya keinginan itu tak disetujui oleh kalangan pengurus. Akhirnya setelah berpikir panjang, ia tetap melanjutkan amanahnya sebagai ketua hingga akhir.
Hingga suatu waktu, saat perekrutan anggota baru Ukm Kampus yang diketuai perempuan itu akan dilaksanakan. Si ketua perempuan sakit dan menyerahkan segala amanah kepada wakilnya. Tak ada apa-apa yang diketahui ketua karena para pengurus takut kalau ketua mereka drop kembali.
Para panitia rupanya mengundang Lelaki itu (Kahar) sebagai pemateri di hari pertama kegiatan, dan waktu itu si ketua perempuan juga telah sembuh dari sakitnya. Apa yang terjadi kemudian? Akankah mereka bertemu...?
*****
Dalam perjalanan menuju lokasi kegiatan, banyak peserta yang jatuh sakit. Si ketua perempuan nampak sibuk memperhatikan para peserta kegiatan dan tiba-tiba mobil yang digunakan peserta berhenti di rumah warga sebab ada peserta yang sedang sesak nafas. Si ketua perempuan pun turun dari mobil dan segera mengangkat peserta yang sakit ini menuju rumah warga.
(Dibelakang mobil peserta, dibawah gelapnya langit malam seorang lelaki (Kahar) memperhatikan perempuan itu (si ketua) dari kejauhan. Ia tak tahu siapa perempuan itu. Tak tahu namanya dan tak pernah bertemu. Namun perempuan itu berhasil membuatnya geleng-geleng kepala dan tersenyum)
*****
Setelah peserta yang tadinya sakit sudah agak baikan, mereka melanjutkan perjalanan. Kahar bersama temannya tiba lebih awal dan segera melaksanakan sholat isya. Sementara perempuan itu masih sibuk memperhatikan dan menghitung jumlah peserta (barangkali ada yang ketinggalan).
"Peserta Pas"
Mereka pun diarahkan menuju rumah panggung untuk istirahat sejenak sebelum lanjut menerima materi pertama yang dibawakan oleh Kahar.
Ketua panitia nampak kebingungan menyiapkan papan tulis, sebab syarat yang harus ia penuhi adalah meminjam papan tulis dengan bahasa arab... Ketua panitia pun memanggil dan meminta tolong kepada Ketua umum perempuan untuk meminjamkan papan tulis. Dengan semangat, si ketua perempuan pun selangkah menuju ustadz untuk meminjam papan tulis. Namun baru selangkah ia terhenti.
Jeng...jeng...jeng...seorang lelaki keluar dari toilet sambil memegang handuk dan segera bertemu ustadz untuk meminjam papan tulis dengan bahasa arab yang lancar. Masyaallah
Si ketua perempuan pun meresa di kalah cepat untuk meminjam papan tulis.
"Lohh, itu siapa? kenapa dia pinjam papan tulis? dia kan bukan peserta...terus dia itu siapa? kenapa tiba-tiba meminjam papan tulis?" Tanya si ketua perempuan agak kesal kepada ketua panitia dan sekretaris
"Maaf kak, kami tidak komunikasi dengan kakak terlebih dahulu. Dia itu pemateri, namanya Kahar..." Jawab Panitia
"Ohh ternyata itu namanya Kahar..." Ucap perempuan itu dalam hati dan berlalu meninggalkan ketua panitia dan sekretaris dengan perasaan yang masih kesal.
*****
Subuh pun datang, saat yang lain masih terlelap. Perempuan bercadar sedang menyapu lantai masjid untuk digunakan para peserta sholat berjamaah. Kahar yang tidur di masjid pun terbangun dan tak sengaja melihat perempuan itu lagi. Saat perempuan itu pergi. Lelaki ini bertanya pada panitia kegiatan yang ada disampingya;
"Tadi perempuan yang bercadar itu siapa? kenapa dia selalu muncul dimana-mana? dia panitia apa? Kok rangkap jabatan?" Tanya Kahar penasaran
"Ohh, itu Ketua Umum kak. Perempuan..."
"Ternyata itu ketuanya..." (Gumam Kahar dalam hati)
*****
Lelaki itu adalah seorang da'i yang akhirnya bertemu dengan seorang perempuan yang juga volunteer. Mereka kini sudah saling mengenal nama masing-masing, namun tetap diam dan memperlihatkan diri sebagai makhluk Paripurna. Tak ada percakapan diantara mereka, selain seorang junior menghargai seniornya. Dan seorang senior menghormati ketua nya. Profesional.
============
Hari itu adalah hari terakhir Perekrutan Ukm. Kahar pamit karena memiliki agenda lain. Namun sebelum pulang, ia menghampiri si ketua untuk mengucap 'terima kasih'
"Dik, jazakillahu khayran. Semoga Allah membalas kebaikan-kebaikanmu. Tunggu saya datang dirumahmu..." Ucap Kahar
Namun, si ketua perempuan yang saat itu sedang sibuk. Tak begitu terlalu mendengar ucapan Kahar karena kondisi saat itu sedang ribut. Ia hanya berterima kasih, selepas itu ia berlalu pergi kembali mengurus para peserta dan panitia.
*****
Si Ketua perempuan sebenarnya sedang mengalami masa-masa sulit dalam kehidupannya. Semenjak kepergian sahabatnya, ia menjadi lebih agak tertutup. Mengapa tidak? mereka bersahabat sejak menjadi mahasiswa baru, sekelas, sebangku, sekamar, dan kemana-mana pun selalu sama, tempat berkeluh kesah menceritakan segala hal yang terjadi, kadang-kadang mereka seperti saudara kembar, orang-orangpun kadang memanggil mereka dengan nama yang tertukar.
*****
Setiap manusia harus siap ditinggalkan atau meninggalkan. Begitulah yang dirasakan si ketua perempuan kini. Meski berat, ia harus tetap menyelesaikan amanahnya. Sepulang kuliah, ia tinggal sendiri di sekret entah untuk membaca buku atau sekadar membersihkannya. Menyibukkan diri mungkin adalah salah satu solusi yang paling tepat agar tak berlarut-larut dalam kesedihan.
Setelah masalah demi masalah datang menimpanya. Baginya kehadiran Kahar justru tambah menambah masalah; seseorang yang senantiasa menerornya untuk mundur dari amanah yang berusaha ia selesaikan. Tapi, mundur dari amanah setelah diberikan kepercayaan bagi si ketua perempuan bukanlah hal mudah. Itu adalah konsekuensi yang harus ia ambil. Ini adalah pilihannya. Penerimaan dan penolakan dalam organisasi adalah hal yang biasa. (Perempuan itu berusaha meyakinkan dirinya) dan bersikap profesional.
Kadang perasaan sedih, menangis sendiri di rasakan si ketua perempuan. Betapa rindu ia dengan sosok sahabatnya, betapa rindu ia berbagi kisah dan bertukar cerita. Orang-orang disekitarnya dirasa kini begitu tak adil. Namun, hidup terus berjalanan. Tak boleh ada yang terluput.
*****
Hari itu Kahar meminta untuk memberikan materi kepada anggota baru (ikhwan) Ukm yang di ketuai si perempuan. Namun begitu mendadak. Si ketua perempuan pun meminta para anggota Ukm untuk hadir di sekretariat menerima materi. Sebagai seorang ketua, si perempuan pun punya tanggungjawab untuk menyediakan fasilitas pemateri seperti papan tulis, spidol, dll. Ia pun menuju sekretariat dan membawa serta perlengkapan yang dibutuhkan pemateri. Setelah sampai dan menitipkan spidol dll, ia langsung pulang menuju kosan. Namun...diantara dinding; seorang lelaki berbicara dengan suara yang begitu pelan kepada si ketua.
Si ketua perempuan tahu bahwa itu adalah suara pemateri yang mengucap terima kasih. (tapi, si ketua perempuan tak berbicara apa-apa, ia pun berlalu pergi dan meminta pengurus laki-lakinya untuk tetap tinggal menemani pemateri hingga materinya usai).
Hari berlalu, si ketua perempuan semakin sibuk mengurusi agenda-agenda organisasinya. Sebab sebentar lagi amanahnya akan selesai.
Ada satu sosok yang begitu andil diantara pertemuan si ketua perempuan dan seorang da'i itu, ia adalah ketua demisioner Ukm yang saat ini dipimpin si perempuan. Namanya Bachtiar. Bachtiar adalah sosok ayah, suami, sekaligus seorang senior yang bertanggungjawab dikampus. Rupanya ia yang juga ikut menjodohkan si ketua perempuan dengan Kahar secara diam-diam. Bachtiar juga merupakan orang yang andil dalam membantu si ketua menyelesaikan amanahnya dan bagi si ketua perempuan ia cukup berjasa.
Kahar, rupanya diam-diam meminta petuah kepada Bachtiar tentang si ketua perempuan. Namun, si ketua perempuan nampak dingin. Jelas sekali bahwa pernikahan belum menjadi prioritas utama yang harus disegerakan. Meski si ketua perempuan kadang membuat teman-temannya baper, namun bukan berarti ia akan segera menikah. Itu hanyalah candaan saja. Ia memang jail.
"Dek, bagaimana kalau ada ikhwan yang mau menikah sama kamu?" Tanya Bachtiar
Namun pertanyaan itu tak dijawab.
Suatu siang sebuah chat masuk di hp si ketua perempuan.
"Jangan mendzolimi diri sendiri..."
Itu adalah chat dari nomer baru setelah si ketua perempuan untuk pertama kalinya memasang aplikasi WhatsApp.
*****
Si ketua perempuan tahu kalau chat itu adalah pesan dari seorang lelaki. Namun ia tak tahu jelas siapa pemilik nomer baru itu.
Tak ada balasan pesan. Si ketua perempuan malah memblokir nomer baru itu. Keeseokan harinya, sebuah chat dari nomer baru masuk lagi mengirim sebuah artikel tapi bukan pesan broadcast. Kali ini nama pemilik nomer baru itu jelas; 'Khr😊' (Langsung saja nomer itu kembali di blokir si ketua perempuan). Rupanya ia tak ingin membuka celah diantara mereka.
Berkali-kali di blokir, berkali-kali juga tak menyerah. Kahar sebenarnya bermaksud baik. Namun si ketua perempuan tak ingin terlalu jatuh kepada kebaikan seseorang. Jika ingin menyampaikan sesuatu, ia hanya meminjam hp pengurus agar tak ada fitnah. Atau meminta perantara diantara mereka menyampaikan yang penting-penting saja.
Lalu bagaimana dengan Bachtiar? Lelaki yang andil dalam perjodohan mereka? Beliau rahimullah meninggal dalam kecelakaan (semoga Allah mengampuni dosa-dosa beliau dan ditempatkan di surga Allah. aamiin)
Sebelum beliau meninggal, ada pesan yang diberikan kepada si ketua perempuan; "Jadi bagaimana kelanjutan dengan dia? Lelaki yang baik untuk perempuan yang baik. Cukup percaya janji Allah. Kalau ditakdirkan berjodoh, bagaimanapun kita menolak tapi kehendak Allah tak bisa disangkal. Sebetapapun kita menjauh, kalau ditakdirkan bersama. Maka selalu ada cara Allah untuk mendekatkan." (Pesan dari almarhum yang selalu terngiang).
Kini si ketua perempuan merasa kehilangan untuk kedua kalinya. Setelah kehilangan sahabat, ia kehilangan seorang kakak baginya yang senantiasa memberikan nasehat berharga. Tak ingin berlarut dalam kesedihan, ia pun lebih menyibukkan diri lagi.
Tak pernah lagi ada pesan dari Kahar karena kontaknya diblokir. Mereka kini tak pernah lagi bertemu. Bukan karena berbeda kampus, namun memang tak ada hal penting yang mewajibkan keduanya bertemu setelah pertemuan terakhir Kahar membawakan materi.
Amanah si ketua perempuan sebulan lagi akan usai. Ia legah dan merasa bahwa dirinya perlu mencharger iman. Akhirnya,si ketua perempuan diantarkan beberapa pengurus Ukm untuk masuk ke sebuah Pesantren selama libur perkuliahan.
======================
Si ketua perempuan pun masuk di Pesantren. Selama disana, hp untuk sementara waktu disita. Rupanya ia betah disana. Jam 2 malam mereka telah bangun untuk melaksanakan sholat lail, tak ada waktu untuk tidur kembali. Anak-anak pesantren akan istirahat setelah sholat subuh dan ceramah berakhir. Setelah itu jam 7 pagi mereka menyetorkan hafalan, dhuha dan belajar bahasa arab. Begitu seterusnya yang dilakukan selama berada di Pesantren.
Untuk mengisi waktu senggang, si perempuan rupanya menulis. Apapun yang ada dibenaknya. Tulisan itulah yang kemudian ia selesaikan di Pesantren dan menjadi buku pertamanya 'Konspirasi Rasa'. Tak terasa waktu liburan kuliah telah berakhir. Itu tandanya ia pun akan segera meninggalkan pesantren.
Sementara itu, bagaimana dengan Kahar?
Beliau diutus menjadi seorang da'i ditanah Jawa. Kini, keduanya benar-benar sibuk dengan urusan masing-masing. Setelah meninggalkan pesantren, si ketua perempuan kini menyibukkan diri kembali. Kali ini berbeda. Ia sibuk dalam berbagai kegiatan sosial. Mengunjungi anak-anak pelosok, pesisir hingga yang sangat terisolir. Rupanya ia menikmati perannya sebagai seorang volunteer. Amanah sebagai seorang ketua pun telah usai.
Kahar tak perlu lagi repot-repot untuk memintanya mengundurkan diri. 'Legah' begitulah yang kini perempuan itu rasakan. Setelah banyak kepedihan, kekecewaan, dan berbagai penolakan yang ia terima dan berhasil dilauinya. Selama berbulan-bulan menikmati peran baru sebagai volenteer, dan tak pernah lagi berkomunikasi dengan Kahar. Ia tahu bahwa perasaannya kepada lelaki itu telah berbeda, tapi perempuan itu juga cukup pandai mengendalikan perasaannya. Sejak tamat SMA hingga kuliah, perempuan itu memang tak pernah lagi berani menaruh hati kepada lelaki manapun. Bukan karena tak normal. Tapi baginya; "Bukan hanya rasa yang mesti diperhitungkan, melainkan prestasilah yang harus diperjuangkan..."
"Assalamualaikum, dek. sudah siap nikah? saya serius kalau kamu juga serius..."
(Kurang lebih seperti itu pesan yang masuk di hp perempuan, dikirim oleh nomer baru)
*****
Pesan yang kemudian membuatnya berdebar dan berpikir akan membalas pesan itu atau tidak.
"Bagaimana mungkin seorang yang tidak pernah kamu lihat rupanya, baru kamu kenali dan kamu yakin ingin menikahinya"
(Perempuan itu membalas pesannya lalu kemudian memblokirnya)
*****
Keduanya memang tak terlalu kenal, berpapasan di jalan karena kebetulan saja. Lalu tiba-tiba lelaki itu ingin menikahinya. Galaulah si perempuan.
Tahajjud dan dhuha tak pernah terluput ia lakukan, sholat istikharah meminta diberikan kemantapan hati menerima atau tidak pun sudah dilakukan. Ternyata, laki-laki itu benar serius. Ia mengurusi segala hal menuju pernikahannya bersama perempuan yang menjadi pilihannya itu. Sembari meminta restu kepada kedua orangtua.
Perempuan itu pun sudah memantapkan hati untuk menerima pinangan lelaki yang dulu begitu menjengkelkan dimatanya. Ia meminta restu kepada kedua orangtuanya, namun...si perempuan tak mendapat restu dari orangtua.
GAGAL..Tak diterima...
Setelah penolakan itu, mereka tak berkirim kabar dan keduanya semakin menyibukkan diri. Tak ingin berlarut dalam kegalauan, keduanya saling memblokir media sosial masing-masing. Harapannya agar tak ada celah untuk syaitan masuk diantara mereka. Berbulan-bulan setelah kejadian itu, lelaki itu rupanya tak menyerah. Perasaannya masih sama kepada perempuan yang belum pernah ia lihat rupanya seperti apa. Tapi ia yakin, ia mantap ingin menikah dengan perempuan itu. Ia merasa ada yang berbeda dari perempuan ini...dan ini adalah kali pertama dia ditolak oleh seorang perempuan sebab ia merasa bahwa tak pernah sekalipun ia gagal tebar pesona kecuali dengan perempuan ini.
Perempuan yang benar-benar membuatnya hampir kehabisan akal sehat.
"Assalamualaikum, dik...kali ini saya akan mencoba kembali bertemu orangtuamu. Jika kali ini gagal, berarti saya harus mengikhlaskan. Sebab memang jodoh itu ada ditangan Allah, tugas kita hanya mengistiharahkan dan berserah diri."
*****
Bismillah...lelaki itu benar-benar datang. Ia meminta si perempuan idamannya kepada wali perempuan. Padahal, belum ada kesempatan untuk mereka bertemu. Si lelaki juga sudah yakin dan tak perlu lagi melihat rupa perempuannya.
DIRESTUI...Mendapat lampu hijau
Namun, lagi-lagi ada saja halangan untuk mereka bersatu. Diantaranya adalah si lelaki yang kemudian dijodohkan dan penolakan-penolakan lain dari keluarga dengan alasan bercadar. Dan si perempuan pun juga ternyata ada lelaki lain yang ingin berta'aruf dengannya.
"Maaf kak, beberapa menit yang lalu saya sudah di khitbah. Semoga ini menjadi kebaikan dan pilihan yang tepat. Semoga antum juga dipertemukan dengan perempuan yang lebih baik. aamiin"
*****
Ia menolak berta'aruf sebab seorang lelaki telah berhasil meyakinkan keluarganya. Membawa serta keluarganya untuk melamar si perempuan yang dulu menurutnya juga begitu menyebalkan.
Kini...Kahar dan perempuan itu menunggu hari yang menebarkan. Dimana perjanjian suci diantara keduanya akan dilaksanakan. Melaksanakan ibadah terlama, membersamai dalam duka cita.
Hari yang dinanti pun tiba, bersatunya dua keluarga dalam satu perjanjian suci. Kini seorang da'i dan volunteer itu menyatukan ikatan hati. Perasaan yang bergejolak yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya.
SAH...(Tamu undangan bersorak gembira)
Mempelai laki-laki menjemput mempelai wanita...dan untuk pertama kalinya ia melihat wajah perempuan yang diidamkannya itu tanpa penutup wajah lagi. Ia...memegang tangannya, lalu memegang ubun-ubun istrinya seraya berdoa;
"Allahumma inni as’aluka min khoirihaa wa khoirimaa jabaltahaa ‘alaih. Wa a’udzubika min syarrihaa wa syarrimaa jabaltaha ‘alaih.”
Artinya: ya Allah, sesungguhnya aku mohon kepada-Mu kebaikan dirinya dan kebaikan yang Engkau tentukan atas dirinya. Dan Aku berlindung kepada-Mu dari kejelekannya dan kejelekan yang Engkau tetapkan atas dirinya.
Keduanya saling tersenyum, tersipu malu dan memiliki visi untuk menjadi keluarga inspiratif.
Pertemuan seorang da'i dan seorang volunteer yang tak pernah terduga sebelumnya. Mereka menjaga cinta tanpa menodai dengan ikatan pacaran. Bersatunya Dakwah dan Kemanusiaan yang kemudian menjadikan keduanya harus lebih kuat menghadapi ujian-ujian mendatang. Ujian yang sesekali akan merobohkan benteng pertahanan jika keduanya lengah. Pernikahan tak serta merta bahagia, melainkan bersama menghimpun ketaatan dalam suka cita.
"Istri adalah pakaian untuk suaminya. Dan suami adalah pakaian untuk istrinya..." begitulah kehidupan pernikahan. Kadang-kadang diuji lalu bersabar, kadang-kadang diberikan kenikmatan lalu bersyukur.
*****
Ketika sebelumnya di hatimu tidak pernah terlukis satu wajah menawan, tetiba ada satu momentum yang mengukir seanggun wajah yang menggenapimu. Wajah yang dengannya Allah janjikan untukmu sakinah, yang dengan kehadirannya engkau dilapangkan hati, dianugerahkan rasa qanaah.
Dalam hal ini, pernikahan secara ajaib mempertemukan kami. Ia menjadi satu dalam dua, dua dalam satu. Menggenapkan agama, menyempurnakan dien, mengokohkan ibadah.
Selamat setia dalam penantian yang barakah bagi kamu yang berikhtiar mencari separuh jiwa. Ciptakan penantianmu, hargailah ia dengan memuliakan cinta-Nya sebelum cinta yang lain. Jemput cintamu dengan mengutamakan cinta-Nya, niscaya semua cinta akan tertuju padamu.
*****
Kelak, kamu akan mengerti mengapa seseorang itu dipilih oleh Allah untuk dijodohkan denganmu. Walaupun jarak memisahkan, walaupun awalnya kamu tak suka, dan alasan-alasan lainnya. Allah itu Maha Membolak Balikkan Hati Manusia. Sekuat apapun genggaman tapi itu bukan hak milik. Maka akan ada cara Allah untuk memisahkan, sangat mudah bagi Allah.
Tugasmu bukan untuk memikat hati manusia, tapi mendekati Allah dengan ketaatan yang lebih dekat pada-Nya. Allah sesuai prasangka hamba-Nya. Tak perlu khawatir.
Demikian kisah pertemuan seorang da'i dan volunteer dengan beberapa potongan cerita yang kami hilangkan. Semoga menjadi bahan pelajaran dan tak menjadi rasa penasaran lagi.
Doakan kami dalam menjalani biduk rumah tangga, pun doa kami selalu menyertai siapapun yang mendoakan kami. Semoga Allah senantiasa menjadikan kita hamba yang penuh kasih dan bermanfaat untuk oranglain, mengistiqomahkan dalam kebaikan dan memberikan hidayah-Nya. aamiin
Sampai jumpa dikisah-kisah berikutnya.
Komentar
Posting Komentar