MERAPIKAN ISI HATI


 

Terkadang kita dengan mudah menghakimi macam-macam kepada orang lain. Misalnya, seseorang yang memuat berbagai keberhasilannya di sosial media, lalu kita menganggapnya sedang pamer atau riya. Menghukumi seseorang dengan sesuatu hanya karena berbeda pilihan dengan kita atau lebih jauh lagi, mengomentari perbuatan seseorang dengan ketidaksukaan kita terhadap sesuatu yang ia lakukan lagi-lagi masih dengan sudut pandang kita sendiri. 


Akhirnya, kita terkungkung dalam ruang berpikir kita sendiri, kita merasa diri kita sudah berada di jalan yang benar dan selain kita itu salah. Kita menganggap bahwa hanya kita saja yang sedang berjuang, dan orang lain hanya menjadi duri dalam daging perjuangan itu. Kita merasa bahwa jalan yang kita pilih saja yang benar, dan jalan orang lain sesat. Kita mengira bahwa warna kita saja yang sejati dan yang lain hanyalah tipu-tipu belaka.


Padahal bukankah atas kekurangan-kekurangan orang lain kita dianjurkan untuk memberikan pemakluman? Alih-alih mencari kesalahan, kita justru diperintahkan untuk memberikan udzur sebanyak-banyaknya atas kekurangan orang lain, hingga kemudian sampai pada titik dimana kita tetap dapat berbaik sangka padanya dengan berkata; mungkin aku tidak tahu alasan dibalik pilihannya itu.


Kita sibuk menilai segalanya hanya dengan kacamata kita sendiri. Kita sibuk menilai dari luar. Tanpa kemudian kita sadari, bahwa bukan tugas kita menjadi hakim. Bahwa bukan tugas kita untuk menilai apapun.


Dan yang masih patut untuk terus kita yakini, bahwa yang lebih penting dari merapikan feed sebenarnya adalah merapikan isi hati kita sendiri.


Maka berhenti menganggap remeh peranan orang lain. Sebab seperti segala siklus yang berkoneksi di dunia ini, kita tahu bahwa semua peranan itu bertaut satu sama lain. Kita hanya sedang berbagi posisi. Semua orang juga sedang berjuang, pada perjuangan mereka masing-masing. Bahkan yang kita anggap hanya bisa duduk diam dan tak melakukan apa-apa itu, barangkali ada yang sedang riuh dalam alam pikiran dan perasaannya, tanpa pernah kita tahu.


~ Kelana Sunyi "Perjalanan Paling Hening Menuju Hatimu Sendiri"


(Dian Rahmana Putri || Januari 2022)

===================================


Buku pertama yang saya selesaikan di tahun 2022 ini, dengan isinya yang penuh makna penuh hikmah penuh nasehat dengan cover yang amat manis. 


Siapapun sepertinya perlu membaca buku ini 🤭

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita dibalik Jilbab

Faidza ‘Azamta Fatawakkal ‘Alallah

Pilihan Hidup