MEMANTASKAN DIRI UNTUK SIAPA?


 

Banyak orang yang keliru dalam memperspektifkan tentang memantaskan diri. 

Sebagian orang menganggap memantaskan diri adalah sebuah pemantasan agar supaya layak bersanding seseorang yang ia kagumi.


Itu tidak sepenuhnya salah, tetapi...


Khawatirnya adalah adanya ketidak ikhlasan dalam memantaskan dan memperbaiki diri.


Dikhawatirkan kita mau baik, kita mau shaleh dan mau memantaskan diri kalau kita bisa bersanding dengan seseorang yang kita kagumi. Jika tidak, yah tidak mau jadi orang yang lebih baik. 


Memantaskan diri bukan hanya sekadar memantaskan diri untuk seseorang. Tetapi juga memantaskan diri kita sebagai seorang hamba yang bertujuan hidupnya untuk beribadah.


Saat kita fokus untuk memantaskan diri sebagai seorang hamba, maka perihal seseorang yang akan bersanding dengan kita, itu akan Allah pilihkan langsung yang terbaik. 


Kalau tujuan memantaskan diri agar bisa bersanding dengan seseorang, kita tidak akan bisa fokus dalam berbenah diri, sebab standarisasi manusia akan berubah-ubah dan hatinya pun mudah terbolak-balik.


Berbeda saat kita memantaskan diri ikhlas karena Allah, standarnya tidak pernah berubah, dan Allah akan pilihkan yang terbaik untuk kita sebab kecintaan-Nya. 


Mumpung masih muda, masih banyak hal yang harus dikejar, tidak usah terjebak terlalu dalam pada lubang cinta. 


Mari berbenah diri, perbaiki yang selalu menjadi kesalahan.


Dengan begitu kita akan menjadi orang berkualitas, yang mudah-mudahan bisa bertemu dengan orang yang sama-sama sedang meningkatkan kualitas diri. 


Jika kita sudah siap, lalu besok lusa kita berjodoh, tentu Allah akan mudahkan urusan kita atas izin-Nya. 


Ada mimpi yang harus diperjuangkan. Ada diri yang harus terus diperbaiki, ada masa muda yang harus digunakan untuk beramal. Tentang cinta? Serahkan pada Allah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita dibalik Jilbab

Faidza ‘Azamta Fatawakkal ‘Alallah

Pilihan Hidup