CITA RASA


 

Cita, sekata yang terbang tinggi. Ia melangit sejauh tetumbuh harapan yang kita tanam di kebun kehidupan. Mimpi, sesekali mewakili cita, meski dalam asal makna amat sangat berbeda. Mimpi kita hari ini, kata Hasan Al Banna, adalah kenyataan hari esok. Sebagaimana mimpi hari lalu adalah kenyataan hari ini. Tentu jika dan hanya jika, hari-hari antara kedua masa itu -kemarin dan hari ini- terisi dengan ikhtiar, doa, dan tawakkal untuk mengejar lesetan sang cita. Katakanlah itu sebagai mimpi yang ditindaklanjuti.


Unik dan menarik. Kita baru saja membicarakan cita yang identik dengan 'tinggi'. Gantung ia setinggi bintang di angkasa jauh, kata orang tua kita. Setinggi bintang. Dan dalam al Qur'an, di Surah "Bintang", kita menemukan sebuah pertanyaan, Sebuah pertanyaan tentang cita yang dengannya Allah ingin menyadarkan akan siapa kita dan siapa Dia. "Atau apakah manusia akan mendapat segala apa yang dicita-citakannya? Maka hanya milik Allah-lah akhirat dan juga dunia." (Quran Surah an-Najm: 24-25)


An-Najm artinya bintang, bukan? Ya. Kau dan aku, yang untuk makan pun perlu bantuan pak tani penanam padi, pekebun sayur-mayur, pedagang ecer di pasar, sampai juga pabrik alat rumah tangga, bisakah meraih segala yang dicita? Ada banyak hal di luar jangkauan lengan ikhtiar kita. Ada ragam perkara dengan kerumitannya masing-masing yang terkadang harus membelokkan arah lari kita mengejar lesatan cita. Justru pula, ada banyak hal yang memang tergaris, tak pernah mencocoki cita kita yang penuh cenderung.


Maka sebuah cita selalu perlu rasa. Jadilah cita rasa. Agar belokan-belokan cinta menjadi petualangan yang terasa indah dalam ampiran sejenak kita di dunia. Karena hanya milik Allah-lah akhirat dan juga dunia. Awal-awal generasi sahabat pun harus terheran, bahwa banyak hal yang harus terjadi di luar cita. Tetapi mengasah rasa kemudian menjadi pilihan yang menentramkan. "Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu amat baik bagimu. Dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal itu amat buru bagimu. Allah mengetahui sedang manusia tidak mengetahui." (Quran Surah al-Baqarah: 216)


 -Menggali ke Puncak Hati- 


(al faqir ilallah, Dian Rahmana Putri)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita dibalik Jilbab

Faidza ‘Azamta Fatawakkal ‘Alallah

Pilihan Hidup