GENERASI MUDA dalam JERATAN KAPITALISME LIBERAL
"Tawaku semakin lebar dengan luka menganga. Pernahkah kau ada di titik itu dimana lukamu harus kau balut sendiri sambil menggigit kain lusuh agar isakmu tak memecah di seluruh gendang telingah parah bedebah penggibah yang selalu siap menggerogoti daging dan meminum darahmu tanpa mengenal ampun."
(Coreta diatas diduga adalah ungkapan hati yang ditulis tangan oleh almarhumah Asmaul Husna (21)).
----------
Terlalu banyak memperhatikan lisan-lisan di sosial media, mengatakan "Sudah syar'i masih bisa juga ya pacaran, sampai hamil duluan lagi.
"Percuma aja pakai baju syar'i kuliah di univ. Islami tapi sama saja sama orang-orang biasa masih mendingan yang nakal sekalian ya"
"Seberapa parahnya pergaulan hari ini sampai-sampai yang pakai baju syar'i pun terkena virus pacaran sampai melakukan hal sedemikian."
Perih rasanya hati ini membaca komentar-komentar tersebut.
--------------
Ada yang sudah hijrah atau mulai belajar hijrah namun masih sering berhubungan dengan sang mantan/gebetan atau apa namanya seseorang yang berjenis ikhwan?
"Menunggu si dia datang, aku memperbaiki diri dulu. Nanti kalau sudah sama-sama hijrah melanjutkan hubungan ke jenjang yang lebih serius."
Atau sudah hijrah tapi masih suka balas chat ikhwan dan kita tidak bisa mengendalikan itu semua.
Atau yang janji-janji di nikahin dalam waktu dekat namun masih menghubungi via media sosial tanpa perantara?
Sudah berhijab syar'i, lengkap dengan cadarnya ahh masa' sih ada? Mana mungkin...
Padahal di kampus ketua komunitas islami, jadi ketua pembina kajian, ustad, hafiidz pula dll. Wahh masa' sih ada? Yang masih sering mengganggu kenyamanan seorang muslimah yang mulai mencoba memperbaiki diri?
---------
Disini sedang tidak membicarakan perihal kasus yang tengah ramau hari ini karena bagaimanapun Allah telah berencana yang terbaij untuk ukhty tersebut, semoga Allah limpahkan kebaikan dan melapangkan kubur kita, aamiin. Jangan pernah menghalalkan lisan kita untuk mencelanya karena pengakhiran seseorang pun hanya Allah saja yang tahu.
Pergaulan di sistem sekuler kapitalisme mengizinkan anak manusia menjadi tunggangan bagi hawa nafsunya, bahkan di fasilitasi oleh negara dengan bukti legalnya kondom dengan alasan kesehatan dan masuh banyak yang lainnya.
Bagaimana jiwa para intelektual muslim bila melihat kasus serupa yang bahkan tidak hanya satu dua kasus melainkan sudah tak mampu terhitung lagi.
Asik menuduki keshalihan sendiri? Atau kah nyaman dengan rabitah ibadah individual sendiri?
Generasi muda dalam jeratan kapitalisme liberal. Bukan kapitalisme namanya kalau tidak merusak. Ya, karena memang ideologi ini diciptakan untuk meratakan kerusakan dimuka bumi. Mengapa?
Pertama, dengan asas sekularisme (pemisahan agama dari kehidupan) jelas telah menuntut manusia agar menjauhkan agama dari pengaturan kehidupan. Agama justru dianggap sebagai racun yang menghambat kemajuan manusia. Walhasil, generasi yang tumbuh dalam sistem kapitalisme menjadi generasi yang gampang ingkar kepada Allah, dan tidak takut lagi akan murkanya.
Kedua, paham liberalisme (kebebasan) dan permisifme (serba boleh) yang dipuja dalam sistem kapitalis otomatis mendorong manusia untuk berbuat sekehendaknya. Tak ada lagi standar hidup seperti halal-haram, benar-salah, pahala-siksa, surga-neraka, imam-kafir, terpuji-tercela, seperti yang dipandu oleh agama.
Sehingga tak mengherankan jika generasi yang hidup dalam kubangan sistem ini banyak yang terperosok ke dalam berbagai jurang kemaksiatan. Maksiat berujung aborsi, kecanduan miras dan narkoba seolah telah menjadi hal biasa. Viral karena gaya-gayaan tidak jelas via tik tok hingga membuat tenar adalah hal yang kini menjadi wajar. Gaul bebas semakin meluas dan lain-lainnya.
Ketiga, perilaku hedonisme (berhura-hura) yang ditumbuh-suburkan oleh kapitalisme telah menghipnotis manusi, termasuk remaja untuk berlomba menikmati kemewahan dan kesenangan duniawi semata. Terlena dan lupa dengan negeri akhirat. Sehingga tak perlu heran, jika hari ini banyak ditemukan semakin banyak generasi muda yang gemar mengumbar syahwat dan suka berfoya-foya dan sementara kegiatan yang bernuansa agama seperti rohis bagai jamur di padang pasir, sepi peminatnya.
Keempat, kapitalisme menyuguhkan materi sebagai sumbervkebahagiaan dan kesuksesan. Tak pelak lagi, manusia terinspirasi untuk mengejar materi dimanapun mereka pergi. Begitu pula generasi yang dibesarkan dalam sistem kapitalis tentu juga berlomba mengejar materi. Standar terpuji tercela, halal haram, seolah tak mereka pedulikan lagi.
Standar hidup hari ini bukan lagi halal-haran, melainkan asas manfaat.
Suka sama suka boleh zina, ada hak asasi yang mengatur disana. Nauzubillah
Komentar
Posting Komentar