Aktivis Dakwah dan Virus Merah Jambu


Persoalan rasa yang melanda seorang pemuda bukanlah hal yang patut untuk disepelekan. Ia sangat memberikan pengaruh terhadap berbagai hal yang dilakukan oleh seseorang; berpengaruh terhadap tingkah laku, cara berpikir, rutinitas harian bahkan pada ibadah-ibadah yang dilakukan. Persoalan rasa tidak hanya melanda orang-orang mapan yang siap menuju jenjang pernikahan. Akan tetapi, hal ini justru melanda berbagai kalangan; remaja hingga dewasa, muda sampai tua, laki maupun perempuan atau bahkan anak baru baligh yang masih meraba asupan pembelajaran di bangku sekolah.


Kalangan aktivis dakwah pun demikian. Justru, di kalangan aktivis dakwalah mayoritas persoalan rasa ini terjadi. Mereka juga sama sekali tak lepas dari berbagai macam fitnah ikhwan-akhwat yang siap memerangi kekokohan idealisme yang tertanam selama menjadi seorang aktivis dakwah, taklimers.


Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam sudah sejak lama menasehatkan sebagai bentuk antisipasi dalam berhati-hati mengola persoalan perasaan. Karena, jika hal ini tidak terorganisir dengan baik atau terekspresi pada hal-hal yang justru menimbulkan kemurkahan Allah subhanahu wata’ala, maka akan terjadi penyimpangan yang mengerus nilai-nilai moral yang sudah tertanam sejak menjadi seorang yang berkomitmen ingin hijrah.


Batasan pergaulan antara laki-laki dan perempuan sangatlah terjaga sebagai bentuk antipati dalam menjaga diri dari fitnah-fitnah yang akan merusak idealisme keimanan yang ada dalam diri mereka. Sayangnya, banyak kemudian dari kalangan aktivis yang tak bisa mengendalikan perasaan yang dimilikinya. Akhirnya, dimulai dari komunikasi biasa-biasa saja kemudian menjadi komunikasi yang sangat intens yang kemudian mereka menikmatinya. Nauzubillah


Kalangan aktivis yang hari ini sedang merasakan hal tersebut atau bahkan pernah merasakannya, mereka sebenarnya tahu bahwa perbuatan yang mereka lakukan itu tidak benar, sekalipun tidak berpacaran. Tetapi syaitan, ialah makhluk yang senantiasa bertempur menciptakan rasa was-was pada diri setiap pemuda, pun ia akan munculkan was-was pada dan rasa khawatir berlebih apabilah ia meninggalkan apa yang telah dirasa nikmat itu. Sehingga pada akhirnya ditempulah cara-cara yang tak sesuai dengan bingkai titah-Nya, melewati batas-batas syar’i yang telah ditetapkan. Syaitan berhasil membingkai sesuatu yang buruk seolah-olah terlihat manis.


Dan untuk meyakini adanya pertolongan Allah; jangan sekali-kali utamakan hawa nafsu kita melewati batas-batas syar'i yang Allah tetapkan. Mari menjaga hati dan pandangan, meminimalkan ikhtilath dan memaksimalkan penjagaan diri. Jemput cintamu dengan mengutamakan cinta-Nya, niscaya semua cinta akan tertuju padamu. Tepis segala rasa yang hadir sebelum waktunya jika itu nyata melanggar syariatnya. Ikhlaskan segala perasaan cinta yang hadir sebelum waktunya, serahkan kepada yang Maha Cinta. Percayalah bahwa apa-apa yang engkau tinggalkan karena Allah maka Allah akan menggantikannya dengan yang lebih baik atau bahkan tetap dia orangnya tetapi Allah pisahkan sementara untuk kemudian bersama hingga Jannah-Nya. InsyaAllah

Ukhtukum Fillah,

Dian Rahmana Putri
 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita dibalik Jilbab

Faidza ‘Azamta Fatawakkal ‘Alallah

Pilihan Hidup