MENIKAH; PILIH KARENA AGAMANYA




"Kita memang tak semulia Sang Nabi, tak sekaya Khadijah, juga tak sebagus kualitas karakternya dibanding mereka. Namun, kita punya cara tersendiri untuk mendukung sepenggal jiwa kita. Berikhtiar sebaik mungkin untuk membuatnya tenang saat gelisah melanda, bekerjasama sesinergi mungkin agar kesulitan yang mendera bisa berakhir dengan indah, juga bertanggung jawab berdua menyelesaikan persoalan agar kelak ketenangan menjumpai kita." (Ario Muhammad PhD)


Pernikahan yang penuh berkah adalah pernikahan yang berlandaskan pada visi pertemuan di surga. Maka hanya orang-orang yang dekat dengan Allah-lah yang mampu melakukannya. Saat kesulitan mendera, rumah tangga akan dipenuhi sikap tawakkal yang purna pada-Nya. Tidak ada resah yang membuat sebuah keluarga hancur, sebab mereka yakin Allah selalu bersama. Saat ujian kenikmatan tiba, rasa syukur yang berlimpah akan senantiasa hadir. Sebab mereka yakin bahwa keberkahan dalam pernikahan harus senantiasa dilengkapi dengan sabar dan syukur. 


Maka memilih pasangan hidup bukan hanya tentang mendambakan dan mendapatkan yang tampan, mapan serta rupawan. Lebih dari itu bahwa memilih pasangan hidup yaitu memilih dengan mengutamakan agama dan akhlaknya. 


Rasulullah pernah bersabda sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan Abu Hatim Al-Mazni;


"Jika datang pada kalian orang yang kalian sukai agamanya dan akhlaknya, maka nikahkanlah dia (dengan putrimu). Sebab, jika kamu sekalian tidak melakukannya, akan lahir fitnah (bencana) dan akan berkembang kehancuran yang besar di muka bumi."


Agama adalah kunci paling penting saat memilih pasangan hidup. Letakkan agama sebagai kriteria paling utama sebab pernikahan tidak hanya akan bertahan dengan menikmati keindahan fisik belaka.


Bagi seorang lelaki, jangan mengandalkan imajinasimu bahwa kamu akan mampu mendidik istrimu kelak lebih dekat kepada Allah. Sebab belum tentu kamu bisa melakukannya. Tantangan sebagai kepala keluarga, pencari nafkah, dan beban mendidik anak dan istri adalah perkara yang tak mudah. Jika istrimu kelak tak mampu mengingatkanmu dalam kebaikan, maka jangan heran jika yang terjadi adalah bukan tentang istrimu yang semakin dekat kepada Allah, tapi kalian berdua yang semakin membentang jarak dengan-Nya. Memilih istri bagi seorang lelaki adalah juga memilih ibu bagi anak-anakmu kelak. Maka tanggung jawabmu bukan hanya untuk dirimu saja, tapi juga generasi-generasi selanjutnya yang mengakar darahnya darimu. Mereka akan tumbuh menjadi generasi rabbani jika kamu menikahi seorang perempuan yang dekat kepada Allah. 


Bagi seorang perempuan. Seorang imam yang sholih adalah prioritas paling penting dalam menakar kriteria calon pasangan hidup. Dialah yang akan menjadi nahkoda dan mengendalikan arah bahtera rumah tangga. Kuatnya kedekatan seorang laki-laki dengan Allah, maka semakin besar pula semangatnya untuk membangun visi ke surga. 


Semakin banyak kriteria, semakin banyak syarat, semakin banyak keinginan, maka bersiap-siaplah kecewa. Apa penyebabnya? Karena bisa jadi yang diharapkan tak seindah realita, yang disyaratkan tak sempurna dalam lakunya. Maka berharap menemukan seseorang dalam kesempurnaan hanya akan membuat yang sederhana menjadi rumit. Apalagi jika ukurannyabadalah cantik, kaya, punya kedudukan, juga sholih tanpa cela. Maka bersiap-siaplah untuk terpasung dalam kerumitan. Sebab mencari satu dari sekian banyak pasangan jiwa dengan kriteria di atas, tak lebih hanya menyulitkan keadaan dan memperkecil kesempatan. 


Jika ada pinangan yang datang, sedang kebaikan agama dan keluhuran karakternya secara zahir nyata adanya. Tak perlu meninggikan kriteria untuk mencegah datangnya pemudah sholih. Pun bagi lelaki yang ingin menjaga dirinya. Jika memantaskan diri terasa berat dan ada calon pendamping hidup yang kita yakin bisa mengajaknya ke surga, maka lamarlah. Jangan menunda. Sebab jodoh yang baik dan shalih adalah rezeki terbesar dalam hidup seorang manusia. 


Jika belum ada pinangan yang datang, bersabarlah dengan kesabaran yang baik. Sebab datangnya jodoh adalah rahasia yang kita tak punya ilmu tentangnya. Jangan habiskan waktu dengan meninggikan kriteria sedangkan kamu tak pernah berikhtiar untuk memantaskan dirimu. 


Bukankah jodoh adalah cerminan diri? 


Sibukkan hari dengan memantaskan diri. Memantaskan diri untuk memiliki pendamping yang sholih. Memantaskan diri karena Allah untuk memiliki pasangan hidup yang berkarakter lagi bijaksana. Memantaskan diri untuk menjemput belahan jiwa yang tangguh lagi luhur pekertinya. Jangan menghabiskan waktu dengan percuma. Sebab boleh jadi, di belahan bumi yang lain, calon jodohmu juga melakukan hal yang sama. Jangan menghabiskan waktu mengasikkan diri dengan bermesraan bersama pasangan tak halal. Sebab orang-orang sholih tak melakukannya.  


Sibukkan diri dalam kebaikan. Pantaskan diri dalam ketaatan. Ada begitu banyak majelis ilmu yang bisa di datangi. Ada begitu banyak organisasi kebaikan yang bisa diikuti. Ada begitu banyak peluang kebaikan yang bisa dikerjakan. 


Pilih karena agamanya. Dia yang tak biasa sholat lima waktu, jangan harap akan sholat lima waktu dengan mudah setelah menikah. Dia yang terbiasa main game sepanjang hari, jangan harap akan meninggalkannya begitu saja saat anakmu butuh untuk dipapa. Dia yang terbiasa bermaksiat bersama teman-temannya, jangan harap akan mudah meninggalkannya saat sudah mengucapkan janji agung untuk menjagamu. Kebiasaan seseorang adalah cara ia hidup dan akan terus berlanjut jika tidak dihentikan dengan sikap pantang menyerah menaklukkan kebiasaan buruknya.


Pilihlah karena agamanya...


Apakah ia lebih sering menghabiskan waktunya di organisasi kemahasiswaan untuk berkontribusi bagi dunia, ataukah lebih sering bermain game online di warung internet dekat kosannya. Pilihlah karena agamanya...apakah ia bergegas memenuhi panggilan adzan subuh saat menggema ke seantero jagat raya, atau asyik masygul dengan selimutnya tanpa tahu menahu bahwa matahari sudah nampak di depan kamarnya. Periksa rutinitas mingguannya. Apakah ia sering mengupgrade kapasitas keilmuannya, ataukah ia sibuk bermaksiat bersama temannya. Jika kamu juga begitu, jangan harap pasanganmu akan berbanding terbalik denganmu. Karena jodohmu hampir selalu tak beda dengan dirimu. Entah itu takaran agamanya, perilakunya, hingga garis keturunannya. 


Maka perhatikan dengan baik kebaikan agama seseorang agar pernikahanmu bukan hanya twentang meraih mimpi bersama di dunia, tapi juga berkumpul di surga yang indah dan penuh cahaya. Utamakanlah calon pasangan yang hatinya dekat dengan Allah, sebab ia akan membawamu pada jalan cahaya yang tak hanya indah di dunia, tapi juga penuh berkah di hadapan Allah. Dahulukan ia yang senantiasa yakin bahwa pernikahan adalah sarana memperkokoh iman, sebab ia akan mengajakmu bersujud bersama dalam mimbar doa yang khidmat dan menggetarkan. 


Pilihlah karena agamanya...


Yang datang melamarmu bolehlah seorang yang tampan rupawan, punya mobil mewah juga dari keturunan kaya raya. Tapi jika agama bukan keunggulannya, karakternya jauh dari kata pantang menyerah. Apalagi kebiasaan-kebiasaannya bukanlah rutinitas seorang pejuang kehidupan. Maka tinggalkan. Jangan terperangkap dengan cinta buta. Sebab menikah bukan hanya modal cinta. Apalagi bila yang dikejar adalah tentang menggapai mimpi bersama. 


Pilihlah karena agamanya...


Yang hendak kamu nikahi bisa jadi cantik menawan menggoda iman. Punya senyum menawan yang sudah mengganggu tidurmu berhari-hari lamanya. Tapi bila ketakwaannya tak begitu jelas dan nyata, jika majelis ilmu begitu jauh dari kehidupannya. Untuk apa memperjuangkan ketertarikan sesaat demi menggadai kehidupan panjang bernama pernikahan. 


Pilihlah karena agamanya...


Sebab pernikahan bukan hanya tentang nikmatnya bercumbu rayu menikmati keindahan fisik pasangan, tapi juga tentang berlelah-lelah bersama menghadapi kerasnya hidup yang tak mudah. Jangan mudah tergoda dengan bisikan keindahan dunia, sebab ia tak pernah abadi selamanya. Rengkuhlah yang engkau yakini kedekatannya pada Allah. Yang engkau yakini kecintaannya pada Rasul-Nya. Yang engkau yakini kecendrungannya kepada agama yang lurus dan purna. Dengan begitu, jalan panjang membangun mahligai pernikahan akan dilewati bersama-sama. Bersinergi dalam iman dan ketaatan. 


Setiap manusia telah disempurnahkan hidupnya dengan pasangan jiwanya. Bukan untuk sekadar menentramkan hati dan melengkapi jiwa yang terkadang letih. Namun lebih dari itu. Mereka hadir untuk membuatmu menjadi sang penghamba sejati, untuk Rabbul Izzati. Maka pilihlah karena agamanya. 


Maroji' :


-Ario Muhammad.2018.PhD Parents' Stories Menggapai Mimpi Bersama Pasangan Hidup.NEA Publishing.


- Salim A Fillah.2011.Barakallahu laka Bahagianya Merayakan Cinta.Pro U Media.Yogyakarta.
 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita dibalik Jilbab

Faidza ‘Azamta Fatawakkal ‘Alallah

Pilihan Hidup