Apalah Merdeka ?

Selayaknya konstelasi angkasa, tiap malam yang kamu lewati sejatinya memiliki wajah berbeda. Mungkin serupa tapi tidaklah sama.

Seperti musim yang kau jalani setiap tahunnya, dipergilirkan bagimu sinar surya dan rinai hujan pada tiap paruh waktunya.

Tiap masa memiliki pemimpinnya. Setiap waktu miliki ceritanya. Begitupun masamu kini, kamulah yang mesti memegang kendali.

Karena lewat dipergilirkannya masa, Dia ingin menitipkan pelajaran bagi kita. Bahwa tak ada yang abadi dan selamanya. Dan tidak ada pemikiran, ide, gagasan, grand design, atau apa yang benar-benar sempurna. 

Bergeraklah kamu. Seperti halnya pahlawan kita terdahulu, Jend. Soedirman, ia yang tetap menuntut bela meski ditandu dengan hanya setengah paru.
Atau Bung Tomo yang mengobarkan perjuangan arek-arek Suroboyo. Ia yang lebih baik hancur lebur daripada hidup dalam penjajahan.

Kuatkan niatmu. Seperti teguhnya niat Khalid bin Walid yang dipecat oleh Amirul Mukminin di tengah kegemilangannya memimpin kala itu. Sang Pedang Allah yang Terhunus itu tak pernah sekalipun kalah perang dalam karirnya. Hingga Umar bin Khattab kala itu khawatir umat islam tak lagi menggantungkan ketenangan pada Allah melainkan padanya.

Maka bertanyalah prajuritnya sekembalinya ia dari hadapan Khalifah itu sebagai prajurit biasa. Lantas dengan mantap beliau jawab, "Aku berperang bukan karena Umar, aku berperang karena Allah SWT"

Sungguh hanya keteguhan yang benar yang menjadikannya begitu mantap menjalani amanahnya. Karena memimpin dan dipimpin masing-masingnya adalah cobaan. Dan tak ada yang lain selain pengharapan terbaik dari apa yang kita panjatkan pada-Nya.

Kelak mungkin jalanmu takkan lapang. Likumu tajam dan menyusahkan. Tapi kamu tak bisa berhenti. Karena ketika telah sampai amanah pada pundakmu, tak ada pilihan lain selain terus melaju.

Kuatkan dirimu
Mantapkan hatimu
Bergeraklah atau tergantikan

"Apa perlunya kita mengejar dan mencapai kemerdekaan politik kalau dalam kebudayaan kita, dalam sifat hidup dan penghidupan kita, kita mengekor, membuntut, dan dijajah bangsa lain. Awal atau akhir, kemerdekaan politik kita akan terdesak, akan lenyap atau tidak berarti, kalau tidak didasarkan atau disandarkan pada kemerdekaan kebudayaan"

Bapak pendidikan Indonesia
-Ki Hadjar Dewantara-

Semakin samar
Matamu mencari salah benar

Semakin jauh
Rasa mengais nurani yang kian lusuh

Kian hilang
kebenaran semakin jauh dari pandang

Jika kebenaran kini menjelma sebuah kemewahan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita dibalik Jilbab

Faidza ‘Azamta Fatawakkal ‘Alallah

Pilihan Hidup